"Apa yang kau pikirkan?" tanya suara berat yang baru saja masuk ke dalam ruangan tersebut. Kemana telinga Emily? kenapa wanita itu tidak mendengar langkah Edwin.
"Apa arti hidup jika kita terus di tindas oleh keadaan?" tanya balik wanita itu, sorot mata sendu menggambarkan bahwa hidup nya sungguh sangat menyedihkan.
"Selemah ini kah diri mu?" gumam Edwin dengan menangkat ke dua alis nya.
Entah dari mana datang nya keberanian itu, Emily menatap tajam ke mata elang itu. "Bagaimana jika anda berada di posisi ku sekarang? hidup sebatang kara tanpa tempat tinggal bahkan untuk makan saja susah!"
Tidak, Edwin tidak menjawab karena ia tidak pernah merasakan semua itu. Terlahir dari keluarga yang kaya raya membuat Edwin tidak pernah merasakan hidup susah selain percintaan nya yang susah.
"Tidak bisa menjawab?" lirih Emily.
Wanita itu mengubah posisi tidur nya menjadi ke arah samping, entah kenapa saat ini hati nya mentah untuk menatap pria yang selalu membuat nya terpesona itu.
Edwin menghela nafas kasar lalu keluar dari ruangan itu. Sejenak ada rasa yang berbeda ketika Edwin melihat sorot sendu Emily.
"Seperti nya kau menyukai wanita itu?" tanya Darren ketika melihat Edwin keluar dari ruang rawat Emily.
"Dia wanita berbeda, tidak seperti wanita kebanyakan yang mencoba mencari muka di depan ku. Darren, cari tahu latar belakang nya. Aku mau dalam waktu tiga puluh menit kau harus melaporkan nya pada ku." perintah Edwin membuat Darren bergeleng kepala.
Darren kemudian memerintahkan anak buah nya untuk mencari tahu latar belakang Emily. Tidak sulit bagi seorang Darren karena ia juga banyak mengenal kalangan atau mau pun kalangan bawah bahkan dunia gelap sekali pun.
"Kemana kau?" tanya Darren.
"Kembali ke kantor,..." jawab datar Edwin.
"Kenapa dengan dia?" tanya Dion menghampiri sahabat nya.
"Kau ini, seperti tidak tahu Edwin saja." sahut Darren. "Ngomong-ngomong, kapan wanita itu di perbolehkan pulang?" tanya Darren.
"Sore ini. Emily mengalami syok dan aku tidak tahu penyebabnya. Dia tidak mau bercerita!" gumam Dion.
"Siapa kau? kenapa dia harus bercerita pada mu?" protes Darren.
"Aku seorang Dokter, wajar jika aku menanyakan hal semacam itu." ucap Dion dengan sombong nya. Pria itu kemudian pergi begitu saja meninggalkan Darren yang terus mengumpat.
Di kantor, Edwin sangat tidak fokus dengan pekerjaan nya karena pria itu terus terbayang wajah sedih Emily. Lelaki itu akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Edwin mendapati Emily sedang berkemas. "Siapa yang mengizinkan mu untuk pulang?" tanya Edwin dengan suara bariton nya.
"Dokter Dion..." jawab Emily sedikit takut. Benar kata Cerry jika bos mereka ini sangat dingin bahkan sangat datar. "Tuan, terimakasih atas pertolongan anda. Soal biaya rumah sakit saya akan mencicil nya dengan gaji saya." ucap Emily hati-hati.
"Total semua nya lima ratus juta, apa kau sanggup untuk membayar nya?" tanya Edwin dengan tatapan sinis.
"Kalau begitu ambil saja jantung saya..." jawab Emily membuat darah Edwin mendidih.
"Berani sekali kau berkata seperti itu...!" bentak Edwin membuat tulang Emily sedikit bergetar. "Jika aku mau, aku bisa kapan saja membunuh wanita seperti mu. Bahkan wanita seperti mu tidak ada harga nya bagi ku...!"
Tajam sekali perkataan Edwin ini, hingga membuat Emily yang sudah frustasi semakin bertambah frustasi. Dengan mata berkaca-kaca Emily pergi meninggalkan Edwin. Sebegitu rendah nya kah diri nya hingga semua orang suka merendahkan harga diri nya.
Benar lagi kata Carry, untuk menggapai Edwin bagai menggapai rembulan. Mampu di pandang namun tak mampu untuk di pegang. Sepanjang jalan Emily terus menangis, tak ada tempat untuk nya berkeluh kesah. Carry? bahkan keadaan mereka pun tidak jauh berbeda.
Edwin menggertakan gigi nya geram, baru kali ini ada seorang wanita yang berani melawan bahkan beradu debat dengan nya.
"Kau di sini? aku mencari mu di kantor...!" tegur Darren yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu.
"Apa kau tahu, kau terlambat berapa lama?" tanya Edwin dengan suara dingin nya.
"Maaf, ada masalah di kantor cabang. Jadi aku membereskan nya terlebih dahulu." jawab Darren.
"Katakan, apa yang kau dapat?"
Darren kemudian menceritakan informasi apa yang ia dapat tentang Emily. Benar saja, Edwin sekarang merasa bersalah kepada Emily. Tanpa menunggu penjelasan Darren selesai, Edwin pergi begitu saja.
"Kebiasaan...!" ucap Darren kesal.
Edwin pergi mencari Emily, bahkan pria itu sudah memutari beberapa kali wilayah rumah sakit namun Emily tak bisa ia temui. Edwin kemudian putar balik menuju arah kantor nya dan menemui Carry.
Carry yang terkejut sekaligus takut hanya bisa menjawab semua pertanyaan dari Edwin. Untung saja tidak ada karyawan yang melihat kalau tidak, ia akan dalam masalah besar.
Edwin melajukan mobil nya menuju alamat yang di berikan oleh Carry. Jam masih menunjukkan pukul dua siang dan sudah tentu semua orang masih sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Edwin melihat Emily di tarik beberapa orang bahkan dengan sangat jelas Edwin melihat Emily di tampar oleh salah satu orang yang sudah beberapa kali Edwin lihat.
Telinga Edwin memerah saat itu, pria itu langsung menendang salah seorang hingga memancing emosi ke dua teman nya.
"Siapa kau? kenapa selalu ikut campur urusan ku?" tanya Frans tidak suka.
"Aku hanya orang yang kebetulan lewat." jawab Edwin.
"Brengs*k...! jangan ikut campur, pergi sana.Jika tidak aku akan menghajar mu." ancam teman Frans.
"Siapa kau berani memberi ku perintah?" tanya Edwin. Sejujurnya Edwin sudah tahu siapa Frans sebenarnya namun pria itu bersikap seolah ia tidak tahu.
"Dia pel*cur ku, apa kau ingin membeli nya?" ujar Frans malah mendapatkan bogem mentah dari Edwin. Di bantu ke dua teman nya Frans menghajar Edwin namun mereka kalah telak. Frans dan ke dua teman nya memilih untuk kabur.
Edwin menghampiri Emily yang susah terduduk lemas dengan isak tangis, entah kenapa tiba-tiba pria itu memeluk Emily. "Ada aku, kau bisa tenang sekarang." ucap Edwin.
Setelah beberapa saat Emily naik ke lantai tiga tempat yang ia tinggali sekarang. Sungguh miris Edwin melihat tempat itu, tempat yang sangat kotor bahkan Edwin banyak mendapati orang-orang mabuk berkeliaran.
Emily mempersilakan Edwin untuk masuk dan duduk di atas tempat tidur nya karena apartemen yang di tempati Emily tak pantas di sebut apartemen. Lagi-lagi, Edwin menatap miris dengan keadaan wanita itu.
"Terimakasih sudah membantu saya..." lirih Arumi dengan wajah memar nya.
"Bersikaplah biasa saja, jangan panggil aku tuan, saya atau apa lah." protes Edwin lalu berdiri menghampiri Emily.
Edwin mendongakkan wajah Emily lalu tak sengaja mata mereka saling beradu pandang. Jangan di tanya bagaimana keadaan jantung Emily, sudah pasti hampir lompat keluar.
"Wajah mu memar lagi..." ucap Edwin lalu mengambil air kompresan dan sapu tangan milik nya.
Edwin mengompres memar di wajah Emily, tentu saja wanita itu merintih kesakitan. Kali ini, bolehkah Emily terpesona dengan duda daun mada ini? bolehkah Emily berkhayal untuk memiliki nya? tidak, tidak boleh. Karena jurang pembatas antara mereka berdua sangat dalam bahkan tak terukur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
rins vins
emily apa arumi thor daritadi arumi trs thor😉
2022-08-05
0
Anie Jung
Boleh ko Emily menghayal ngk bayar gratis ko😆😆
2021-08-11
0
ˢˢᵃ•༂Hoℕҽყ🍯❦ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂✴️
mi mami.. ada typo dikit mi, si arumi ganti emily. itu aja. maacih mamikoooh. cemunguuuuuuuuuuutt 😘😘😘
2021-05-07
2