Sasa sedang membantu karyawan lain membersihkan toko saat sudah waktunya jam kerja selesai.
" Mbak, duduk aja giu. Biar kami aja yang bersihi" Ujar Ica.
" Gak pa-pa, saya masih sanggup kok"
" Wajah Mbak itu loh, pucat banget."
" Iya Mbak, duduka aja" Ujar Lena.
Akhirnya Sasa pun mengalah dan duduk manis sambil memperhatikan mereka membersihkan toko. Setelah semuanya beres, mereka pun pulang.
" Mbak, aku antar ya" Tawar Bela.
" Gak ngerepotin?"
" Ya gak lah Mbak, ayokk"
Sasa pun naik ke atas motor Bela. Namun suara Ica mengintrupsi Sasa untuk turun.
" Wah, beneran Bel, kempes."
" Aduh Mbak, gimana nih?"
" Kok gimana sih, di dekat kantor polisi itu kan ada tempel Ban, ya Lo ke sana aja" Ujar Ica.
" Iya juga ya, ya udah deh Gue dorong kesana dulu. Mbak, maaf ya gak bisa antar"
" Iya, gak pa-pa kok Bel. Kamu hati- hati ya "
" Oke Mbak, semuanya, duluan ya" Bela pun mendorong motornya menuju tempat tempel Ban.
" Mbak, tarik tiga aja yuk kita" Tawar Ica, saat ini Ica sudah di jemput dengan pacarnya, sedangkan Lena masih menunggu jemputan dari adiknya.
" Gak pa-pa, Mbak naik ojek ada ntar"
" Ya udah, aku duluan ya Mbak, Len" Ica dan pacarnya pun pergi meninggalkan Sasa dan Lena.
" Lena, pinjam ponsel kamu dong. Buat pesan ojek online"
" Ini Mbak"
Lena pun memberikan ponselnya kepada Sasa, namun belum sampai ponsel itu kepada Sasa, sudah kembali di serahkan ponsel Lena keoada pemiliknya.
Sasa menatap tangan pria yang membalikkan ponsel Lena keoada pemiliknya. Bara tersenyum sangat manis sekali.
" Gimana luka kamu? Masih sakit?" Tanya Bara.
" Udah mendingan"
" Kamu kenapa tinggalin saya sendiri tadi pagi? Saya kan sudah bilang untuk menunggu saya"
Sasa tidak menjawab pertanyaan Bara, dalam hati Sasa, dia akan minta nebeng dengan Lena dan adiknya. Tapi saat yang menjemput Lena adalah Ayahnya, Sasa harus menelan bulat-bulat semua kata-katanya.
" Saya duluan ya Mbak, Pak" ujar Lena sopan.
Sasa menganggukkan kepalanya dan tersenyum manis kepada ayah Lena.
Deg
Sasa menatap tajam kearah Bara. " Tas gue mana?"
" Masih di kantor polisi"
" Kenapa gak Lo bawa sih ke sini?"
" Kenapa kamu gak ambil ke sana?" Gue gak akan menginjak kantor polisi.
Sasa pun berjalan meninggalkan Bara. " Mau ke mana?"
" Pulang lah"
" Aku antar"
" Gak usah, gue bisa sendiri" Namun karena keadaan tubuh Sasa yang memang belum fit, Sasa sedikit terhoyong dan berpegangan kepada pintu toko.
" Aku antar pulang" Ujar Bara tegas dan merangkul pinggang Sasa agar tidak terjatuh. Dengan terpaksa Sasa mengikuti Bara, karena memang kondisi tubuhnya yang masih lemah.
Sasa merebahkan tubuhnya ke sandaran kursi penumpang, tak butuh waktu lama, Sasa tertidur. Bara yang memang sudah tau di mana tempat tinggal Sasa pun langsung melajukan mobilnya.
Bara memperhatikan wajah Sasa yang terlihat gelisah saat tidur. Padahal yang terkena pisau itu hanya lengannya, tetapi kenapa Sasa terlihat sangat kesakitan?
" Jangan tembak" Ujar Sasa dalam tidurnya,.
" Sa" Panggil Bara dengan menggoyangkan bahunya.
Terlihat air mata Sasa jatuh di sudut matanya. "Jangan tembak" ucap Sasa lagi dalam tidurnya dan air matanya kembali terjatuh.
" Sa, bangun sa. Sasa" Panggil Bara, tapi Sasa masih terlihat gelisah dalam tidurnya. " Mungil, bangun. Sasa.. Mungil, Sayang.., bangun" Entah Bara sadari atau tidak, dia memanggil Sasa dengan kata 'sayang'.
" Sayang.., bangun" Panggil Bara lagi dengan menepun pelan pipi Sasa.
Sasa tersentak dan membuka matanya. Di lihatnya tubuh Bara sudah mencondong kearah dirinya. Sasa pun beringsut menjauh dan mendorong tubuh Bara.
" Kamu baik-baik aja"
" Hah? kenapa?"
Bara menghapus air mata Sasa yang mengalir dari sudut matanya, Sasa langsung menggantikan tangan Bara yang menghapus air matanya. " Ah, kenapa bisa ada air mata? " Ujar Sasa.
" Kamu mengigau, lalu menangis" Ujar Bara lembut.
" Ngigau? Emang gue bilang apa?"
" Jangan tembak"
Sasa tertegun mendengar ucapan Bara, kemudian dia menutup matanya, dan mencoba untuk tersenyum. Sasa melihat kesekeliling ya, ternyata mereka sudah sampai di depan apartemen Sasa.
" Em, terima kasih" Sasa membuka pintu dan ingin turun, namun gerakannya di tahan oleh Bara. Sasa menoleh kearah Bara dengan kening berkerut.
" Saya lapar, kamu temani saya makan ya"
" Hah?"
" Di situ aja, gak lama kok. Pliiss.." Setelah mengatakan itu, perut Bara pun berbunyi seolah menjadi alibi yang kuat jika Bara memang belum makan.
" Hmm"
Bara tersenyum manis, dan langsung bergerak turun dari mobilnya. Mereka berjalan bersisian menuju penjual pinggir jalan yang berada dekat dengan apartemen Sasa.
" Kamu pesan apa?"
" Mie tiaw aja "
" Minumnya?"
" Jus jeruk"
" Mas, nasi gorengnya satu pakai telor mata sapi, terus mie tiaw nya satu ya, minumnya jus jeruk 2"
" Baik, di tunggu ya Mas ganteng" Ujar penjual, Bara pun tersenyum ramah.
Sasa menatap sekelilingnya, dia baru menyadari jika Bara tengah menjadi pusat perhatian. Memang Bara tidak menggunakan seragam polisi, tapi celana yang digunakannya, bahkan sepatu yang digunakannya juga, orang bisa menebak jika dia adalah seorang polisi. Terdengar di telinga Sasa 4 orang perempuan yang tengah duduk di sebelah meja mereka tengah membicarakan Bara.
" Ganteng banget tubcowok, Maco, polisi deh kayaknya, lihat aja penampilannya, sepatunya kinclong, persis iklan semir sepatu" Mereka pun tertawa dan terang-terangan menatap Bara.
Sasa heran, apa yang dilihat dari si Bara api di depannya ini. Sasa melihat kearah Bara, dan ternyata Bara sedang menatapnya intens.
" Kenapa?" Tanya Sasa. Niat Sasa yang ingin memperhatikan Bara, di urungkan nya
" Gak ada"
Pesanan mereka pun tiba, hingga Sasa tidak jadi membalas ucapan Bara.
" Kayaknya enak" Ujar Bara sambil menyendokkan mie tiaw milik Sasa.
Sasa hanya menatap Bara dengan melongo. Bisa-bisanya dia mengambil makanan yanva da di piringnya.
" Emm, beneran enak. Aku mau bungkus untuk Mami."
Bara pun memanggil si penjual dan memesan 3 bungkus Mie Tiaw.
" 4? " Tanya Sasa yang entah kenaoa dianmesti bertanya.
" Hmm, untuk Mami, Daddy, Kiki, dan aku"
" Lo?"
" Hmm, aku ingin memakannya, jika menunggu aku memakan itu di sini, akan lama. Dan kamu perlu istirahat, jadi aku bungkus untuk di nikmati di rumah"
Sasa hanya menatap Bara tidak percaya, apa pria didepannya ini doyan makan? lalu kenaoa Badannya bisa sebagus itu? Ah, Sasa luoanjika dia seorang polisi. Tapi, polisi kan banyak juga yang berlemak. Lihat saja cara dia makan dan menikmati setiap suapannya. Hingga perempuan yang berada di sampingmmeja mereka tadi menatap takjub kepada Bara.
' Apa menariknya sih emang?' Batin Sasa, dan kembali menikmati makanannya.
Di sisi lain, Lia sudah berkali-kali mengirim pesan kepada Bara, namun belum ada satupun yang di balas, jangankan balas, di baca pun tidak. Dan saat Lia mencoba menghubungi Bara, selalu seorang perempuan dengan kalimat yang sama mengangkatnya. ' Maaf, nomor yang anda tuju, tidak dapat dihubungi'.
Lia berdecak kesal dan membuang ponselnya kearah sofa.
Lia Baru saja berantam dengan kekasih simpanannya, jadi Lia membutuhkan Bara untuk membuat perasaannya tenang.
" Aaakkhhhhh, BARAAAA" teriak Lia frustasi.
Sasa merebahkan tubuhnya di tempat tidur, melepaskan lelah seharian ini. Tanpa perlu waktu lama, Sasa sudah terlelap dalam tidurnya dengan masih memakai pakaian lengkap yang tadi digunakannya.
Bara sampai di rumahnya pukul 11 malam. Mami Shella melihat putra sulungnya itu pulang sambil bersenandung dan membawa satu kantong plastik yang berisi steroform yang entah apa isinya.
" Mi, Bara bawa Mie Tiaw" Bara memberikan tentengan plastik itu kepada Mami Shella.
" Mana? kebetulan Daddy kepingin makan" Ujar Daddy Roy yang baru muncul dari halaman belakang.
Daddy Roy, dan Mami Shella duduk di meja makan. Kiki sudah tidur, jadi tidak mungkin dibanguni, sayang dia sudah kelelahan seharian belajar mengerjakan tugas sekolahnya.
Bara keluar dari kamarnya dengan keadaan lebih segar.
" Kamu beli di mana? enak banget" Tanya Mami Shella.
" Oh, di dekat apartemen temen."
" Cewek atau cowok?" Tanya Mami Shella, karena saat Bara pulang tadi, Mami shella mencium parfum yang sama di tubuh sang anak.
" Itu___"
" Mi, Mas Bara udah pulang?" Tanya Kiki tiba-tiba dengan suara khas bangun tidurnya.
" Kenapa?" Tanya Bara.
" Kiki tidur dengan Mas Bara ya, Tadi Kiki mimpi serem"
" Dasar penakut" Goda Bara dan mengacak rambut Kiki.
*Readers... Budayakan siap membaca jangan lupa tancapkan Jempolnya ya.. kasih Like biar aku nya semakin semangat...
Salam SaBar ( Sasa Bara )
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 279 Episodes
Comments
HARTIN MARLIN
aku banget cerita ini 👍👍👍👍
2023-02-05
0
Hartin Marlin ahmad
putusin aja lia itu bar
2022-07-05
0
Umi Asmarani
Ayo Bara kejar terus Sasa...rebut hatinya...😁
2021-09-19
1