Setelah perdebatan yang panjang, hingga suster menegur Bara dan Sasa yang masih dengan Bara pulang dan tidur di rumah sakit. Akhirnya perdebatan tersebut di menangkan oleh Bara. Bara memutuskan untuk menemani Sasa di rumah sakit.
" Gue ada satu permintaan" Ujar Sasa kepada Bara.
" Katakan" Ujar Bara sambil bersandar di kursi yang terletak di sebelah tempat tidur Sasa.
" Bisakah Lo ganti pakainan Lo dengan yang lain? Sumpah, gue rasanya mau muntah liat seragam Lo." Ujar Sasa yang memang tidak memandang kearah Bara.
Bara teringat saat Sasa menyuruh rekan kerjanya menggantikannya menjaga kasir.
" Oke" Bara membuka Jaket nya, kemudian membuka seragamnya, dan di letakkan di atas pangkuannya. " Sudah"
" Bisakan kalo Lo gak nampakin baju itu di hadapan gue?" Ujar Sasa yang terdengar sedikit lembut dari yang tadi.
" Saya ke mobil dulu, nyimpan baju ini"
" Emm"
Bara meninggalkan Sasa dan menuju ke mobilnya yang berada di parkiran. Bara kembali kedalam ruangan Sasa, dan ternyata Sasa sudah tertidur. Bara memandang wajah Sasa yang tenang dengan napas yang teratur.
" Mungil, kenapa aku selalu memikirkanmu?" Gumam Bara yang jelas tak di dengar oleh Sasa.
Bara merapikan rambut Sasa yang menutupi sebagian wajahnya. Bara tersenyum sambil memegang dadanya. Jantungnya terasa 3 kali lebih cepat dari pada saat dia bersama Lia.
Sasa membuka matanya, ingin merenggangkan otot tangannya tetapi masi merasa sakit di bagian lengan Kirinya. Sasa menguap tanpa menutup mulut nya dengan satu tangannya yang tidak sakit untjk di renggangkan. Sasa menggaruk kepalanya, dan saat saa menoleh kesebelas kirinya, Sasa terkejut karena mendapati Bara yang menatapnya sedari.
" Hah.. Astaghfirullah... Kamu ngapain liatin aku kayak gitu?" Ujar Sasa,
kemudian menatap kepada tubuhnya sendiri. Dan betapa terkejutnya Sasa saat melihat 3 kancing teratas kemejanya sudah terbuka dan menampakkan belahan dadanya. Sasa menarik ingin menarik selimut yang dipakainya semalam, tapi selinut itu tidak ada. Sasa baru sadar jika dia tidak tidur menggunakan selimut.
" Kamu___"
Bara berdecih, kemudian melemparkan selimut tersebut kepada Sasa. Sasa sudah bersiap ingin menyemprot Bara dengan makiannya, namun Sasa harus menelan semua kata-katanya karena ucapan Bara.
" Kamu semalam yang membuang selimut itu, saya sudah berkali-kali menyelimuti kamu, tapi tetap saja kamu menendangnya dan menjatuhkannya." Jelas Bara.
Sasa baru sadar, jika dia tidak terbiasa tidur menggunakan selimut jika cuaca panas. Dan sayangnya ruangan Sasa yang hanya di sekat oleh kain, tidak kebagian dinginnya AC di rumah sakit ini, karena terhalang oleh kain tersebut.
Untungnya saat yang tepat perawat masuk dan memeriksa keadaan Sasa.
Kriiiuuukkkk..
Sasa menatap Bara, dan begitupun sebaliknya.
" Itu bukan suara perut gue" Ujar Sasa cepat.
Perawat tersebut sudah tersenyum melihat Bara dan Sasa.
" Saya akan mencari sarapan, kamu tunggu di sini, jangan ke mana-mana" Ancam Bara galak.
Setelah kepergian Bara, Sasa menanyakan kepada perawat, apa dia sudah bisa pulang?.
" Sus, administrasi nya gimana?"
" Administrasi nya udah di selesaikan dengan pacar mbak tadi."
" Ck, dia bukan pacar saya"
" Oh, maaf. Tapi kalian terlihat sangat serasi."
' Serasi dari hongkong' Batin Sasa. " Oh ya, saya sudah boleh pulang kan?"
" Kalo tidak ada merasa sakit dibagian manapun, Mbak sudah bisa pulang."
" Makasih ya Sus"
Sasa bersiap untuk pulang. Dia tidak mempedulikan ancaman Bara. Sasa melenggang keluar dari IGD, setelah berpamitan kepada perawat jaga. Hanya satu harapan Sasa saat ini, semoga ada taksi, becak, atau tukang ojek yang berada di dekat rumah sakit ini.
Bara berjalan santai dengan membawa dua bungkus Bubur, sesampainya di ruangan Sasa, Bara hanya melihat tempat tidur sudah kosong dan tidak ada lagi Sasa.
" Sus, pasien di sini mana ya?"
" Loh, katanya tadi Bapak sudah menunggunya di depan, maka dari itu saya memberi izin untuk pulang" Ujar perawat jaga tersebut.
" Terima kasih Sus, oh ya ini untuk suster aja" Hilang sudah selera makan Bara.
Bara berlari keluar berharap agar bertemu dengan Sasa, namun Bara kalah cepat, Sasa sudah keburu naik kedalam taksi.
" Sial" Makinya..
Bara melangkah kearah mobilnya. Bara merebahkan tubuhnya di kursi kemudi.
" Hah, gak tidur gue semalam gara-gara dia." Bara menyalakan mesin mobilnya, dan melajukan mobilnya menjauh dari perkarangan rumah sakit.
" Dari mana kamu? kok gak pulang dan kasih kabar?" Tanya Mami Shella.
" Bara telpon Daddy, dan kasih kabar ke dia. Mi, Bara tidur dulu sebentar ya, nanti sekitar jam 9 bangunin yaa"
" Kamu gak tidur semalaman?" Tanya Mami Shella.
" Iya Mi, ada kerjaan" Setelah mengatakan itu, Bara menghilang kedalam kamarnya.
Bara merebahkan tubuhnya di atas kasur, tak butuh waktu lama matanya pun terpejam. Seperti perintah Bara tadi, Mami Shella membangunkan Bara tepat pukul 9 pagi.
" Bar, bangun. Udah jam 9" Ujar Mami Shella dan membuka tirai kamarnya.
" Hmm" Bara menggeliat dan perlahan membuka matanya.
Bara tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
" Kamu kenapa? Kok senyum-senyum sendiri bangun tidur?"
" Hah, gak kok. Siapa yang senyum-senyum"
"Ck, Mami lihat dengan jelas loh Bara. Mami kamu ini belum rabun. Udah cepat sana mandi, Mami sudah siapin sarapan untuk kamu"
Bara pun bangkit dari tempat tidurnya dan membersihkan dirinya. Bara keluar dari kamar mandi dengan keadaan segar. Bara kembali memakai seragam polisinya, dan tidak lupa pula membawa jaketnya. Yaa, Bara memang tidak terlalu mau tampil menonjol dengan seragam nya.
"Kamu kemana semalam?" Tanya Mami Shella.
" Oh, rumah sakit"
" Siapa yang sakit?"
" Teman, kebetulan dia tidak memiliki siapapun untuk di hubungi, jadi Bara berinisiatif untuk menemani dia"
" Perempuan atau laki-laki?" Tanya Mami Shella penasaran. Saat mencuci pakaian yang dikenakan Bara tadi, Mami Shella mencium wangi parfum yang lembut, dan sudah pasti itu bukan parfum Lia, karena Lia tidak berada di sini saat ini.
" Itu___"
" Assalamualaikum, Mi, Mas Bara belum berangkat kerja? Kok mobilnya di luar ya?" Tanya Vina yang tiba-tiba datang dengan perut besarnya.
" Aduh vina, kamu itu kalo jalan pelan-pelan dong" Pekik Mami Shella dan berjalan cepat menghampiri Vina. Vina hanya terkekeh mendapati repetan dari sang Mami.
" Ada apa nyariin Mas?"
" Mas Bara ku yang tampan, Vina nebeng ya ke toko kue. Nanti Vina pulangnya dengan Mas Vano kok"
" Ya udah, habis ini Mas berangkat. Kamu siap-siap terus."
" Oke Mas ku" Vina mengecup pipi Bara cepat. Ya begitulah mereka, jika ada maunya aja manis-manis.
Bara melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Vina sangat antusian bercerita tentang kehamilannya, saat Bara menanyakan tentang kehamilannya itu.
Sesampainya di toko kue, Vina turun dengan di bantu dengan Bara.
" Makasih Mas ku"
" Hati-hati ya, Mas langsung balik kantor, udah kesiangan banget ini"
Vina melambaikan tangannya saat mobil Bara pergi. Vina melangkah masuk kedalam toko.
" Selamat pagi menjelang siang Mbak Vina"
" Selamat pagi menjelang siang juga Lena. Oh ya, Sasa mana?"
" Katanya sih tadi masuk siang Mbak "
Vina pun mengangguk-anggukkan kepalanya. Vina melihat etalase yang berisi cake-cake menggiurkan. Pilihan Vina jatuh pada brownis alpukat.
Vina sengaja datang ke toko untuk mencoba cake yang berada di toko saat Kesya tidak ada. Apa ada perubahan rasa atau tidak. Dan ini juga atas perintah Arka dan Kesya.
Vina tidak terlalu bosan di toko kue, semenjak kehamilannya memasuki 7 bulan, Vano menyuruh Vina untuk resign, dan saat ini Vina sudah sebulan menjadi pengangguran.
" Masih dengan rasa yang sama" Gumam Vina saat memasukkan sesendok brownis alpukat yang dipesannya tadi.
Vina berbincang dengan karyawan toko kue, mereka juga akrab dengan Vina. Karena memang keluarga Kesya terkenal mudah bergaul. Termasuk Mami Shella dan Daddy Roy.
Vina melihat kedatangan Sasa yang terlihat lesu dan pucat.
" Sasa" Panggil Vina.
" Eh, Mbak Vina. Udah lama?" Tanya Sasa.
" Lumayan, kamu kenapa? Kok pucat?"
" Hah? Oh, kurang enak badan aja Mbak"
" Kalo gak enak Badan kenapa masuk?"
" Gak pa-pa, ni udah mendingan kok"
Tidak ada yang tahu jika lengan Sasa terluka, karena Sasa menggunakan kemeja lengan panjang.
Vano datang dengan wajah dinginnya, namun setelah melihat sang istri tercinta sedang mengobrol dengan Sasa, Vano langsung tersenyum lebar.
" Seru banget ceritanya."
" Eh Mas, Iya.. lagi cerita tentang kehamilan aku dengan Sasa "
Sasa berdiri dan tersenyum, kemudian sedikit menundukkan badannya untuk memberi hormat.
" Saya kembali ke kasir ya Mbak" Ujar Sasa.
Vina pun menganggukkan kepalanya. Vano memesan cake Belgian coklat, dan memakannya di tempat. Sambil menikmati suasana yang mereka ciptakan berdua.
Tak berapa lama Vina dan Vano pamit pulang kepada Sasa.
" Enak banget ya Mbak jadi orang kaya" Ujar Lena kepada Sasa.
Sasa hanya tersenyum menanggapi ucapan Lena.
*Readers... Budayakan siap membaca jangan lupa tancapkan Jempolnya ya.. kasih Like biar aku nya semakin semangat...
Salam SaBar ( Sasa Bara )
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 279 Episodes
Comments
Hartin Marlin ahmad
suka cerita ini bagus
2022-07-04
0
Kebun Bungaku
Visual Thor
2022-03-12
1
Erni Zam
👍👍👍
2021-07-21
1