Teman baru

"Nona, apa Anda sedang menunggu tuan muda pulang?" tanya seorang pelayan pada Mika yang terduduk di kursi taman.

Mika menoleh kearah pelayan itu berdiri. Dia mengubah posisi duduknya memiring agar bisa bertatapan langsung dengan pelayan itu. "Ahh, jangan panggil aku nona, panggil aja Mika, ya." tutur Mika.

"Tapi Anda Istri dari tuan muda Raga, nona." ucap Pelayan itu.

Mika tersenyum. "Jangan panggil aku nona, oke? Aku tidak suka dipanggil begitu. Gimana kalo kita berteman? Aku ini belum pernah punya teman, loh!"

Pelayan itu tersenyum. Ternyata Istri dari tuan muda tidak sombong. Pikirnya.

"Kamu duduk disini dong, aku kan mau bercerita-cerita," kata Mika, menepuk-nepuk sisi kursi yang kosong.

Pelayan itu tersenyum lagi. Dia mendudukkan bokongnya disebelah Mika.

"Nama kamu siapa?" tanya Mika kala Pelayan itu sudah duduk di sebelahnya.

"Tasya, nona." jawab Tasya.

"Ishhh, jangan panggil aku nona. Kan udah aku bilang tadi, panggil aja Mika." kesal Mika namun dia tersenyum begitu pula Tasya dia tersenyum pada Mika.

"Boleh aku tanya?"

Tasya mengangguk. "Tentu saja, non-- Mika."

Mika tertawa mendengar Tasya memanggil namanya dengan canggung. "Apa sebelumnya tuan muda punya seorang kekasih?" tanya Mika.

"Maaf Mika, aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu."

"Yaudah, gak papa. Tapi apa jabatan Dion itu? Sepertinya jabatan dia sangat tinggi ya di Antareja Groups," tanya Mika lagi.

Pipi Tasya merona mendengar nama Dion. "Dia, dia adalah sekretaris sekaligus tangan kanan tuan muda, Mika." jawab Tasya.

Mika memincingkan matanya melihat pipi Tasya merona kala mendengar nama Dion. Dia mencolek pipi mulus Tasya. "Apa dia kekasih kamu?"

Tasya menggeleng cepat. "Bukan, dia hanya atasan seperti Mbak Vera."

Mika manggut-manggut mengerti. Dia senang akhirnya dia mempunyai teman juga di sini dengan begitu dia tidak akan di dalam kamar terus menerus saat menunggu Raga pulang.

"Hei, bodoh! Apa yang kamu lakukan disini?!" 

Mika terkejut. Dia reflexs langsung menoleh kebelakang dan mendapati Raga berdiri dibelakangnya dengan wajah datarnya. Begitupun dengan Tasya, dia sontak langsung berdiri tegak.

"Menghirup angin segar dong, tuan." sahut Mika.

Raga menatap Tasya yang menundukkan kepalanya. Dia menjentikkan tangan menyuruh Tasya pergi dari sana. Dan Tasya pun langsung mengerti, dia melengang pergi dari sana meninggalkan Mika sendirian dengan Raga.

"Berdiri." suruh Raga. Mika berdiri, mendekati Raga.

Raga mendorong kepala Mika kala Mika mendekatinya. "Jam berapa kamu pulang dari warung makan Bapak?" tanya Raga.

Mika mengingat-ingat jam berapa di pulang dari warung makan Bapaknya. "Mungkin jam 9, tuan." jawabnya.

"Mungkin? Apa kamu tidak bisa melihat jam?"

Mika mengangguk. "Saya ini pintar tuan." Mika percaya diri.

"Cih," decih Raga.

"Tuan, apa anda tahu, sepulang dari warung bapak tiga puluh menit lalu, saya ingin mandi tapi saya tidak ada pakaian." ucap Mika.

"Yaudah, telanjang aja bisa kan?" sahut Raga, menyeringai.

Mika menutupi tubuhnya dengan tangannya tiba-tiba. "Tuan, apa tuan sedang membayangkan tubuh saya?" Mika memicing.

Raga memutar bola matanya malas. "Emangnya aku kurang kerjaan?! Berkaca sana, lihat tubuhmu! Sangat rata!" cibir Raga.

"Tuan jangan ngataian tubuh saya dong!" kesal Mika. Raga tidak menggubris Mika lagi, dia beranjak pergi meninggalkan Mika sendirian di sana dengan wajah kusut bak pakaian yang belum disetrika.

^^^ ^^^

 

"Silahkan di nikmati, nona." ucap Pelayan itu kala menaruh sepiring mie instan goreng di hadapan Mika kemudian Pelayan itu beranjak pergi.

Mika tersenyum senang. Dia langsung melahap mie goreng itu dengan menghayati setiap suapan yang masuk ke dalam mulutnya. Kakinya bergoyang-goyang dibawah meja saking enak dan nikmatnya mie goreng itu.

Tiba-tiba seseorang langsung mengambil mie goreng milik Mika dan memakannya membuat Mika terpekik terkejut.

Mie instan miliknya habis begitu saja dengan orang itu. Mika yang melihat itu tidak percaya, baru juga dia memakan beberapa suapan dan bisa-bisanya Orang itu tiba-tiba datang menghabiskan mie gorengnya. Mika menangis menatap Orang itu.

"Hiks, kenapa di habisi?" tangis Mika membuat Orang yang mengambil mie gorengnya menatapnya bingung.

Orang itu adalah Raga, dia sengaja menghabiskan mie goreng Mika dengan tujuan menjahili nya dan hasilnya berhasil.

"Kenapa?" tanya Raga bingung dengan sikap Mika itu.

Mika merampas kembali piring yang hanya tersisa bumbu saja dari tangan Orang itu. Dia menatap tidak percaya mie gorengnya habis begitu saja tidak tersisa. "Huaaa mienya habis..." tangis Mika makin mengencang.

Raga menatap Mika bingung. Mengapa hanya sepiring mie goreng dia menangis?

"Kenapa kamu nangis?" tanya Raga.

Mika mencebikkan bibirnya. "Itu punya saya, tuan. Kenapa dihabisi!" kesal Mika.

Raga tidak bisa menahan tawanya kali ini. Dia tertawa melihat ekspresi Mika yang baginya sangat lucu.

Mika menyerngitkan dahinya, bingung Raga tiba-tiba tertawa seperti itu dan bulu kuduknya mulai berdiri.

Raga memberhentikan tawanya kembali pada ekspresi datarnya.

"Tuan, apa tuan baik-baik aja?" tanya Mika, sudah memberhentikan tangisnya.

"Hei! Apa kamu mendoakan aku agar sakit?" tuduh Raga.

Mika menggelengkan kepala. "Tidak tuan, tapi kenapa Anda tertawa seperti itu? Menyeramkan sekali." ujar Mika.

"Menyeramkan? Aku belum menunjukannya pada mu tapi kenapa kamu bilang aku ini menyeramkan?"

"Tuan, apa tuan mau saya pijat? Saya ini jago dalam memijat, tuan." kata Mika, mengalihkan pembicaraan. Meragakan pijatan di udara.

"Cih, jangan harap bisa menyentuh tubuhku!"

"Lagipun siapa yang mau menyentuhnya!" teriak Mika. Mika memukul mulutnya. Tidak bisakah berbicara seperti itu di belakang Raga? Bisa habis dia sekarang.

Mika menyengir kepada Raga yang menatapnya tajam. "Maaf tuan, mulut saya memang nakal. Tapi percaya tuan saya tidak benar-benar mau berbicara seperti itu."

"Sepertinya kamu mau diberi hukuman, ya. Sudah dua kali kamu berteriak seperti itu di depanku." seringai Raga.

"Tidak mau, tuan." menggeleng.

"Ikut aku ke kamar!" perintah Raga, berjalan duluan.

Mika menggerutuki diri sendiri mengapa bisa dia keceplosan seperti itu pasti Raga akan menghukumnya sangat kejam. Mika hanya bisa merengek-rengek dan mengikuti Raga dari belakang menaiki tangga menuju kamar mereka.

Sesampai di depan kamar, Mika terdiam di depan ambang pintu. Enggan untuk masuk ke dalam. Dia takut jika Raga menerkamnya sebagai hukumannya.

Raga mendesah kesal. Menatap Mika yang belum masuk ke dalam kamarnya juga. Dan akhirnya Raga mendekati Mika yang masih berdiri di ambang pintu, menarik tangannya masuk ke dalam kamar namun Mika menahannya.

Raga menatap Mika dengan tatapan tajam. "Masuk!" bentak Raga.

"Jangan apa-apakan saya, tuan. Saya janji tidak akan berbicara seperti itu lagi. Tolong maafkan saya, tuan." mohon Mika.

"Masuk, atau aku akan mematahkan kedua tangan mu?" ancam Raga.

"Sudah tidak waras ya?!" teriak Mika dan untuk kedua kalinya Mika meneriaki Raga. Mika memukul mulutnya berkali-kali. Pasti Raga tidak mengampuninya sekarang.

Wajah Raga benar-benar merah padam, marah. "Masuk!" bentak Raga lebih kencang.

Nyali Mika menciut, dia mengikuti perintah Raga. Masuk ke dalam kamar dan Raga mengunci pintu kamar dari dalam.

Bapak! Tolong Mika, hiks.. Mika menangis di dalam hati.

Mika menempel pada tembok di sebelah pintu kamar. Dia ketakutan.

Raga menampilkan senyuman smirk pada Mika, dia mendekatkan tubuhnya pada Mika yang menempel pada tembok. Menghapus jarak diantara keduanya.

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!