Raga menatap tidak percaya Mika yang masih tertidur di kasur tipisnya. Sepertinya Gadis itu tidak merasa risih sama sekali dengan sinar matahari yang menerangi kamar ini. Apa sekebo itu dia saat tertidur?
Lama memandangi Mika yang tertidur, Raga mejadi kesal sendiri. Dia menendang kaki Mika yang menyembul dari selimutnya berkali-kali. Membangunkan Mika dengan cara itu.
"Hei, Bangun! Dasar kebo!" teriak Raga.
Alhasil Mika membuka matanya. Dia menatap sayu Raga yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Dia bangun dan terduduk sambil menggaruk-garuk kepalanya, menatap Raga bingung. "Kamu siapa, ya?" tanya Mika dengan nyawa yang belum terkumpul.
Raga memutar bola matanya. Dia menendang kaki Mika lagi. "Aku? Aku Orang yang harus kamu layani!" ujar Raga.
Mika masih belum mengerti. Dia mengelap air liurnya yang menempel di pipinya. "Hah? Emang kamu ini suami aku?"
"Ckk, apa kamu lupa ingatan? Aku ini emang suami kamu!" decak Raga, kesal.
"Hah? Masa sih?"
Lagi-lagi Raga menendang kaki Mika karna kesal. Dia memasukkan tangannya kedalam saku celana, menatap Mika dengan tatapan dingin.
"Oh, jadi Anda tuan Raga. Suami saya?" ucap Mika dengan senyuman.
"Ya ya. Aku suamimu!" kesal Raga. "sekarang cepat mandi dan lakukan tugasmu!" titah Raga.
Mika bangkit dari duduknya, berjalan ke kamar mandi tanpa menatap Raga dahulu.
"Eh, tunggu!" ujar Raga ketika Mika ingin menutup pintu kamar mandinya.
"Ada apa lagi, tuan?" tanya Mika.
"Ambil baju ku, pakai itu. Aku lupa menyuruh Orang membelikan baju untukmu." kata Raga.
Mika mengangguk dan langsung menutup pintu kamar mandi. menyelesaikan ritual mandinya.
Raga menunggu Mika di sofa. Dia menatap layar ponselnya. Sesekali dia melirik ke arah pintu kamar mandi.
Tidak perlu memerlukan banyak waktu, Mika sudah menyelesaikan ritual mandinya dia malah sudah memakai baju lengkap. Entah baju siapa yang di pakai sekarang itu. Dia keluar dari kamar mandi dengan senyuman mengembang.
Raga menatap Mika yang baru saja keluar dari kamar mandi, dia menatap tajam Mika yang tersenyum-senyum tidak jelas. "Kenapa kamu pakai baju kotorku? Aku kan udah bilang, pakai baju ku di lemari!" teriak Raga.
Mika mengangkat bahunya. "Tidak apa-apa tuan," cengir Mika sambil mencium kaos berwarna putih yang ia pakai. "Masih wangi kok." katanya.
"Cih," decih Raga. "Kemari!" titah Raga sambil menjentikkan tangannya.
Mika mengikuti titah dari Raga. Dia segera mendekati Raga, mendudukkan bokongnya di sebelah Raga.
"Pakaikan jam ini," suruh Raga sambil memberi jam tangan mahalnya pada Mika.
Mika melihat jam tangan itu melongo. "Tuan, ini kan jam unlimeted yang mahal itu." takjub Mika.
Raga berdecih. Disodorkan tangan kirinya pada Mika. "Pakaikan."
Mika memakaikan jam tangan mahal itu pada tangan kiri Raga. Setelah sudah terpakai, Mika menyatukan tangannya dengan tangan Raga. Ternyata kulitku dengan kulit dia lebih putihan kulit dia.
Raga menjauhkan tangannya. Dia bangkit dari duduknya di ikuti Mika. "Ayo kita sarapan." ajak Raga. Mika mengangguk dengan semangat.
Di meja makan. Raga terus memperhatikan Mika yang memakan makanannya dengan lahap. Bahkan disekujur mulutnya kotor karna saos sambal.
Apa gadis itu tidak bisa berpenampilan dan bersikap seperti Gadis lainnya dan lebih feminim?
Merasa di perhatikan, Mika menoleh ke Raga yang duduk di sebelahnya. Kedua alisnya terangkat ketika di tatap seperti itu oleh Raga.
"Apa kamu tidak pernah makan?" cibir Raga.
Mika menelan roti di mulutnya sebelum menjawab cibiran Raga itu. "Saya makan dua kali dalam sehari, tuan." tidak terima.
"Cih, tidak tahu malu." cibir Raga lagi.
Mika mendekati wajah Raga, meledek Raga dengan memakan roti di tangannya lalu menjauhkan wajahnya.
Raga yang melihat itu kesal. Dia menjitak kepala Mika membuat Mika terpekik. "Jangan meledek-ledek ku seperti itu. Mau kamu aku tidak beri makan selama setahun?" ucap Raga.
Mika menatap kesal Raga. Dia berkumat-kamit sambil memakan roti itu lagi.
"Suapi aku." suruh Raga.
Mika menatap Raga bingung. "Suapi apa tuan?" tanyanya.
Raga berdecak. "Ckkk, suapi aku dengan rotimu!" titah Raga.
Mika menyuapi roti di tangannya pada Raga dan Raga langsung menerima suapan dari Mika. Raga menyuap roti yang sudah tergigit oleh Mika. Apa Pria itu tidak tahu, kalau roti yang ia gigit bekas gigitan Mika?
"Selamat pagi, tuan." sapa seorang wanita cantik yang bernama Vera, dia ketua pelayan di rumah Raga.
Raga tidak menjawab dia hanya fokus pada suapan roti Mika.
"Tuan, mbak itu menyapa Anda." bisik Mika, memberi tahu.
"Lalu aku harus apa?" tanya Raga terus menyuap suapan dari Mika.
Mika mengangkat bahunya. "Tidak tahu," Raga memutar bola matanya malas.
"Tuan, bolehkan saya kembali berkerja?" tanya Mika dengan senyuman lebar.
"Apa pekerjaanmu?" tanya Raga balik.
"Pekerjaan saya halal kok tuan. Saya berkerja di warung makan Bapak saya." jawab Mika bersemangat.
"Cih, seterah!"
Mika tersenyum senang mendapat izin dari Raga. Sebetulnya dia sangat merindukan Bapaknya dan dia memang berkerja di warung Bapaknya, bukan bekerja melainkan membantu Bapaknya dan mendapat gaji dari Bapaknya. Sungguh beruntung hidupnya, bagi Mika.
Raga menyelesaikan makannya, dia mengelap permukaan bibirnya dengan tisu lalu dia bangun dari duduknya. "Antar aku sampai keluar." ucap Raga.
Mika menurutinya, dia juga Bangun dari duduknya. Berjalan beriringan dengan Raga menuju pintu utama.
Sampai di pintu utama, Mika memberhentikan langkahnya. Dia melambaikan tangannya pada Raga berjalan kearah mobil sedannya yang terparkir tepat di depan Mension lalu setelah itu Mika berlari ke tangga menuju kamar Raga untuk bersiap pergi ke warung makan Bapaknya.
Raga memasuki mobil sedan miliknya. Di kursi pengemudi sudah ada Dion yang menunggunya.
"Selamat pagi tuan muda." sapa Dion dan Raga menjawabnya dengan deheman.
Bagaimana reaksi Dion? Tentu saja dia sudah terbiasa dengan perlakuan dingin tuan muda nya.
"Tuan, apa nona akan pergi?" tanya Dion, menatap Mika yang baru saja keluar dari rumah dengan berloncat-loncat seperti anak kecil sambil mengayunkan tas seling ditangannya.
"Iya," sahut Raga, matanya menatap Mika dibalik kaca hitamnya dari luar jendela. "Apa bagimu dia cukup lucu?" tanya Raga tanpa mengalihkan pandangannya dari Mika.
"Tentu saja, tuan. Nona sangat manis dan imut." puji Dion.
Dan tiba-tiba Raga tertawa mendengar pujian dari Dion. "Apa kamu sedang bercanda? Lihatlah dia, wajahnya saja yang kecil. Dari mananya imut dan manis?" tawa Raga.
Dion tersenyum mendengar Raga tertawa. Baru kali ini Raga tertawa seperti itu setelah orang tuanya meninggalkannya tujuh tahun lalu. Dia berharap kehadiran Nona bisa mengubah tuan mudanya.
Raga memberhentikan tawanya, dia langsung mengubah ekspresinya seperti semula. Datar. "Kita ikuti dia, Dion." perintah Raga.
"Baik, tuan."
Dion menjalankan mobilnya keluar dari perkarangan Mension Raga. Dia memperlambat kan mobilnya agar bisa membuntuti Mika yang berjalan di tepi jalan menuju ke halte. Bibir Gadis itu tidak henti-hentinya tersenyum.
"Tuan, apa kita perlu mengantar nona?" tanya Dion.
Raga menepuk bahu Dion seperti yang dilakukan Mika padanya. "Tidak perlu, tetap jalan." Dion menganggukan kepalanya.
Mika berloncat-loncat membuat rambut pendeknya berterbangan kesana-kemari. Dan itu membuat Raga tersenyum miring melihat tingkah Mika yang baginya sangat lucu itu.
Ketika sudah sampai di halte, Mika duduk di bangku panjang yang disediakan halte disana. Dia menguncang-nguncang kakinya, menunggu angkutan umum datang dia bernyanyi-nyanyi tidak jelas. Bahkan terdengar Mika bersenandung menjelek-jelekkan suaminya, Raga.
"Hei kamu Raga, jangan sok tampan. Dirimu hanya lah makhluk halus yang mempunyai raga. Hei kamu Raga, jangan coba-coba melawan Mika Juliantika,," senandung Mika. Entahlah dia menyanyikan lagu apa yang penting baginya, dia bisa menjelek-jelekkan suaminya disini tanpa diketahui suami dingin nan datarnya itu.
Raga menepuk bahu Dion, menyuruhnya berhenti didepan halte lalu dia membuka jendela mobil di sebelahnya. Dibuka kacamata hitamnya yang ia pakai sampai ke hidung. Menatap Mika yang menatapnya terkejut.
"Hei! Apa barusan kamu sedang menyanyikan lagu menjelek-jelekkan aku?" tanyanya.
Mika gelagapan. Bagaimana dia bisa tahu?. "Ahhh, benar tuan. Saya menjelek-jelekkan Anda, haha." tawa Mika.
"Berani sekali kamu ya!" geram Raga.
"Tentu saja. Haha," tawa Mika lagi.
"Kamu tunggu dirumah, apa yang akan aku lakukan padamu. Tunggu saja!" teriak Raga. "Jalan," perintah Raga pada Dion. Dan Dion segera menjalankan mobilnya kembali.
Mika menatap mobil sedan itu. Dia mengangkat bahunya tidak peduli. Dia terus menguncang-nguncang kakinya, menunggu angkutan umum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments