Melati bergegas menuju kamar mandi. Tubuhnya terasa gerah, karena seharian dalam perjalanan. Memasuki kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya. Melati menggantungkan baju gantinya, kemudian membuka seluruh pakaiannya. Lalu mulai menghidupkan shower. Beruntung Melati pernah menginap di Hotel saat acara pernikahan keponakan Kepala Desa Sedayu. Jadi dia sudah tahu bagaimana cara mandi dengan Shower panas dan dingin itu.
Setelah selesai ritual mandinya, Melati mengenakan pakaian rumahnya, mengambil air wudhu kemudian melaksanakan Sholat Ashar. Selesai Sholat, Melati membereskan perlengkapan Sholatnya.
"tok..tok..tok," suara ketukan pintu kamar membuat Melati mengalihkan pandangannya ke pintu.
"Ya..siapa?" sahut Melati sambil beranjak menuju pintu kamar.
"Mbok Sri, Non.." kata mbok Sri.
"Ada apa Mbok?" tanya Melati.
"Non ditunggu Tuan di meja makan, Non kan belum makan siang,"
"Ya mbok..sebentar lagi Mel ke ruang makan," sahutnya.
"Injeh..jangan lama-lama ya Non, soalnya Tuan mau keluar!" mbok Sri mengingatkan lagi ,di jawab anggukan oleh Melati. Senyum tak lepas dari bibirnya. Mbok Sri langsung suka. Gadis yang cantik dan ramah, batin mbok Sri.
Tak berapa lama Melati segera ke ruang makan. Tuan Hendrawan telah menunggunya di sana. Pria separuh baya itu menoleh pada Melati saat gadis itu semakin mendekat berjalan kearahnya.
"Duduk Mel, kamu pasti belum makan siang ya?"tebak Tuan Hendrawan mempersilahkan gadis itu duduk di depannya. Melati mengangguk . Lalu menarik kursi makan dan duduk di depan Tuan Hendrawan. Mata Melati menatap makanan lezat yang terhidang di depannya. Perutnya langsung bergemuruh, baru terasa lapar.
"Ayo dimakan Mel..jangan sungkan!" Tuan Hendrawan mempersilahkan Melati untuk makan dengan ramah. Ditatapnya lekat gadis di depannya. Cantik dan lembut. Pak Hendrawan menghela nafasnya. Ada kerinduan di sudut hatinya.
"Makan yang banyak Mel,"
"Ya ..Tuan." sahut Mel cepat. Menikmati makanan lezat yang terhidang. Rasanya jarang sekali dia menikmati makan siang seenak ini. Walaupun masakan ibunya sangat enak, cuma tumis kangkung dan ikan asin. Kalau pun ada lauk enak, biasanya bapak memancing di sungai dekat sawah mereka.
Mengingat sawah, Melati langsung menarik nafas kuat. Dia tak tahu apakah kepemilikan sawah itu masih punya bapaknya atau sudah diambil alih oleh rentenir. Bapak meminjam uang ke rentenir waktu itu, untuk mengobati penyakit Nenek, ibu dari Bapak. Nenek terkena penyakit jantung. Kalau memakai uang hasil bertani jelas tidak cukup. Biaya berobat Jantung nenek sangat besar. Itulah sebabnya bapak meminjam uang ke rentenir. Belakangan, karena bapak tidak sanggup membayar, rentenir itu meminta Melati sebagai pelunasan hutang. Jelas saja bapak tak setuju. Bapak lebih rela kau tanah sawahnya di sita, daripada Melati yang di jadikan istri ke 4 rentenir itu.
"Apa kabar bapakmu Mel?" tanya Pak Hendrawan menatap lekat .
"Bapak baik saja tuan,"sahut Melati pelan sambil menikmati makanan di piringnya. Menyuap sedikit-demi sedikit.
"Jangan panggil saya Tuan, Mel. Panggil saya Papi. Kalau kamu sungkan Bapak juga boleh.!"
Melati terpana mendengar kata-kata Pak Hendrawan. Mengapa Pria ini menyuruhnya memanggil Papi atau Bapak? tanya Melati heran dalam hati.
"Tapi tidak enak tuan, apalagi Tuan kan juga punya anak. Apa kata mereka kalau Melati ikut memanggil Papi." tolak Melati sopan.
"Kamu tidak perlu pusing memikirkan panggilan untuk saya. Kalau kamu keberatan memanggil saya papi, kamu bisa memanggil saya Bapak!" ulang Tuan Hendrawan.
"Baiklah Tuan.. eh.. bapak.." jawab Melati gugup, pak Hendrawan tersenyum senang saat Melati memanggilnya Bapak. Wajahnya berseri-seri. Melati melihat tak mengerti ekspresi wajah pak Hendrawan. Tapi akhirnya dia tak ambil pusing. Dia cukup senang, karena Pak Hendrawan sangat baik padanya.
Seseorang masuk ke dalam ruang makan, mengambil gelas lalu mengisinya dengan air putih di dispenser. Sambil menoleh orang itu melihat kearah Melati dan Tuan Hendrawan.
"Ada tamu rupanya Pi..?" tanya pria itu.
"Iya..ini namanya Melati Ayudia. Dia akan tinggal bersama kita. Putri sahabat Papi," jelas Hendrawan. Pria tampan berkulit putih itu mendekat kearah Melati dan Tuan Hendrawan.
"Kenalkan, saya Reyhan. Putra sulung Tuan Hendrawan,"ujar pria itu memperkenalkan dirinya pada Melati sambil mengulurkan tangannya. Melati tidak menyambut uluran tangan putra sulung Tuan Hendrawan. Tapi menyatukan tangannya ke dada, tanda menerima perkenalan itu. Reyhan tersenyum ,dia maklum jika Melati tidak menjawab salamnya. Tuan Hendrawan ikut tersenyum. Dia sangat senang, karena Melati bisa menjaga dirinya.
"Kamu sudah makan, Rey..?" tanya Tuan Hendrawan pada putranya.
"Sudah Pi..tadi makan siang sama calon investor . Papi tidak ke kantor siang ini?" Reyhan balik tanya.
" Papi menunggu Mel tadi. Sempat cemas karena telat tiba di rumah. Sebentar lagi Papi ke kantor. Oya Mel ..kamu habiskan makan siang mu setelah itu istirahat ya, Bapak mau ke kantor dulu," ujarnya kemudian sambil berdiri dan meninggalkan ruang makan diikuti oleh Reyhan yang kemudian berjalan bersisian dengan sang Papi. Melati menjawab dengan anggukan. Lalu menyelesaikan makan siangnya yang telat itu.
"Non Melati, Tuan sudah berangkat ke kantor. Tuan berpesan Non istirahat dulu, nanti sore pergi ke Mall dengan Den Reyhan," ujar Mbok Sri yang tiba-tiba sudah ada di depan Melati. Melati mengangkat kepalanya yang tertunduk menikmati makanannya.
"Tuan hari ini pulang malam, karena masih ada meeting. Makanya Non di temani sama Den Reyhan ke Mall nya." lanjut Mbok Sri menjelaskan.
"Ke Mall ngapain Mbok?"
"Tuan menyuruh Den Reyhan mengantar Non untuk membeli baju baru." jawabnya sambil tersenyum. Melati menatap bingung.
"Baju Melati kan ada mbok dan masih bagus, kenapa mesti beli baju lagi. Melati tidak enak kalau merepotkan Tuan dan Den Reyhan!"
"Sudah, Non jangan kuatir. Tuan itu uangnya tak terhitung. Nikmati aja ya Non," bujuk Mbok Sri.
Akhirnya Melati menurut. Merapikan piring makannya, membawanya ke dapur. Tapi langsung di cegah Mbok Sri.
"Eh sudah.tidak perlu di bersihkan Non! Nanti ada pelayan yang membersihkan. Non masuk kamar saja. !"cegah Mbok Sri. Melati menatap bingung. Dia sadar, hanya gadis kampung yang sedang melarikan diri. Namun di terima dengan baik oleh keluarga Tuan Hendrawan.
"Baiklah, mbok. Terima kasih ya. Mel ke kamar dulu," ujar Melati dijawab anggukan oleh Mbok Sri.
Tak berapa lama kemudian. Pelayan yang bertugas membersihkan meja makan sudah di ruang makan. Membersihkan meja makan dan menyimpan makanan ke atas meja dapur yang mewah. Sementara Melati sudah berjalan ke kamarnya. Naik tangga, lalu berbelok ke kanan dimana kamarnya ada di pojok ruang tingkat 2 itu.
"Siapa tamu tadi Mbok?" tanya pelayan yang membersihkan meja makan.
"Keluarganya Tuan," jawab Mbok Sri pada pelayan yang bernama Nining. Nining mengangguk paham. Lalu kembali ke belakang untuk kembali mengerjakan pekerjaan lainnya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments