Nita masih kesal mendengar jawaban Revan. Dari tadi di tanya hanya hm saja jawabannya.. membuatku semakin kesal saja.
“Kenapa melihatku seperti itu?!”
Nita memalingkan wajahnya, “Tidak.. siapa yang melihat anda tuan muda..?”
“Habiskan makananmu, setelah ini ikut aku kerumah sakit..”
***
Sepanjang perjalanan di dalam sebuah mobil yang melaju, mereka hanya diam membisu tidak ada satupun diantara mereka yang mau memulai percakapan.
Benar-benar seperti kulkas.. sekali pintu kulkas itu terbuka begitu juga dia akan menjawab perkataanku dengan singkat dan dingin, tapi saat pintu kulkas itu tertutup rapat.. hm.. memang kulkas..!
“Buang jauh-jauh fikiranmu itu..!”
Ha..ah?! astaga.. dia bahkan tahu apa yang sedang kufikirkan..
Ya seperti itulah Revan seolah-olah ia bisa membaca isi fikiran setiap lawan bicaranya.
***
Kini mereka berdua telah sampai di Rumah Sakit, “Tuan... siapa yang akan kita jenguk?”
“Kakek...”
“Kakek anda?”
“Hm...”
Lagi-lagi seperti itu... Nita mendengus kesal, “Kakek anda sakit apa tuan..? apakah sudah lama sakitnya? Kakek tuan seperti apa orangnya apakah dia ramah, lembut, atau .. aduh..”
Wajahnya membentur punggung Revan yang berhenti mendadak tepat dihadapannya, sekarang apa lagi? Remnya blong atau apa sih..? berhenti mendadak seperti itu..!
Revan menyipitkan matanya dan berbalik menghadap Nita, “Diam.. jangan banyak bicara.. jika kau mengerti anggukan saja kepalamu..”
Nita menuruti semua perkataannya dan mengangguk sebagai jawaban bahwa ia telah mengerti.
Di luar ruangan VVIP nomor 1 Morina menangis terisak-isak, melihat mamahnya yang tiba-tiba saja menangis histeris segera Revan menghampirinya, “Mah.. ada apa? Kenapa mamah menangis di luar?”
Morina masih fokus dengan tangisannya, dari dalam ruangan itu seorang suster berlari panik, “Permisi.. tolong jangan menghalangi jalan..”
Sontak Revan terkejut dan segera masuk ke dalam ruangan, “Kakek....!” orang yang ia panggil kakek sudah tidak bisa merespon lagi, kakek itu pingsan detak jantungnya semakin lemah.
Sementara itu diluar ruangan Nita memberikan sapu tangan biru corak kupu-kupu kepada calon mertuanya, “Bibi.. Ini..”
“Terimakasih, nak.. kamu pasti Nita ya.. calon menantuku..”
Nita mengangguk dan tidak menjawabnya dengan sebuah kalimat.
Tak lama kemudian seorang dokter paruh baya dengan kumis tebal dan memakai kacamata plus itu masuk kedalam ruangan, “Maaf semuanya... tolong tinggalkan ruangan ini, saya dokter yang akan memeriksa kondisi tuan Wilson..”
15 menit kemudian dokterpun keluar, “Dokter bagaimana keadaan kakek saya..?” suara itu terdengar panik. Tidak di sangka seorang Revan Pradiva Wilson yang wajahnya selalu tenang bak air dan tanpa ekspresi itu bisa juga menjadi panik.
“Tuan Revan tenanglah... tuan Wilson tidak apa-apa, beliau hanya banyak berfikir.. mungkin ada sesuatu yang beliau inginkan namun belum sempat terpenuhi..”
“Benarkah..?” Imbuh Handoko dan Morina bersamaan, “Nak...” Morina menatap Nita dengan penuh harapan.
Mendapat pandangan seperti itu tentu saja membuatnya tidak nyaman, bagaimana ini..? apa yang harus kukatakan?!
“Tuan Revan.. tuan Wilson ingin bertemu denganmu tapi tolong jangan membuatnya sedih..”
“Baik.. aku mengerti..” Revan membuka pintu kamar itu dan masuk kedalam duduk disamping kakek yang tak berdaya itu, “Kakek.. bukankah kakek ingin melihatku menikah dengannya? Aku membawanya kemari..” Revan memegang tangan kakeknya.
Kakekpun tersenyum dan memandangi cucu semata wayangnya itu, “Katakan apakah dia cantik..?”
Revan terdiam, ingin mengatakan biasa saja namun ia takut kakek akan sedih dan mempengaruhi kesehatannya, “Ya.. dia cantik seperti mamah..”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Bahrozi Papanya Dauzz
like
2020-11-29
0
Arhie Setiawan
dari awal baca sdh suka🥰
2020-11-17
0
Adha02
mulai menarik ceritanya...
2020-09-19
0