Di tengah hutan terdapat sebuah rumah dengan dinding terbuat dari kayu beratapkan jerami yang hanya di tempati seorang kakek dengan janggut sedada ber-umur sekitar lima puluh tahun dan cucu laki lakinya.
Guo An mempunyai cucu laki laki dengan watak yang periang, meski cucu nya baru ber-umur 4 tahun. Shou Yan bisa di katakan cerdas dan mempunyai fisik yang kuat untuk anak seusianya.
Guo An selalu mengajarkan untuk mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. Dari cara adab makan yang baik, mengambil air untuk keperluan mandi bahkan sampai mencuci bajunya sendiri.
Bisa di katakan yang Guo An ajarkan pada Shou Yan sebagian hanya untuk meringankan pekerjaannya saja. Untuk meringankan beban kakeknya, Shou Yan selalu mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu dan sesekali memasak, meski terkadang di bantu oleh Guo An.
Di sore hari saat Shou Yan berniat mengambil air di hulu sungai, ia melihat seorang pria sepuh melakukan gerakan yang aneh di pinggir sungai. Shou Yan menyipitkan mata untuk dapat melihat dengan jelas, ia sampai berdecak kagum saat melihat orang yang sudah tua menggerakkan tubuhnya dengan luas dan seperti sedang menari.
"Kakek sedang melakukan apa ? apa sedang menari,,?" Shou Yan menghampiri Guo An untuk bertanya karena penasaran. Guo An sempat terkejut, karena Shou Yan dapat melihatnya latihan dari tempat yang cukup jauh.
Guo An menghela nafas panjang setelah melihat Shou Yan menghampirinya, sebenarnya Guo An ingin tetap menyembunyikan latihannya namun melihat tatapan mata cucunya, akhirnya memutusakan untuk memberitahu apa yang sedang dia lakukan.
Melihat Guo An yang akan menjelaskan, Shou Yan melihat batu yang cukup besar di samping tempat Guo An latihan, dan memutuskan untuk mendengarkan sambil duduk di atas batu di tepi sungai, untuk pertama kalinya Shou Yan tertarik dengan suatu hal selain menyapu halaman rumah.
Menyapu halaman dengan bersih maka kelak saat dewasa ia akan dapat menikah dengan gadis yang cantik, kalimat iniah yang Guo An ajarkan padanya. Meski belum tau apa arti dari kata menikah, namun Shou Yan percaya bahwa ini untuk diriya sendiri dan bisa menjadi lebih baik lagi kedepannya.
"Yang kakek lakukan bukanlah menari tapi sedang melakukan Latihan"
"Latihan seperti apa kek ''
"Ini latihan yang cukup merepotkan, bahkan bisa menyakiti diri sendiri" Guo An ingin Shou Yan menjauh dari dunia persilatan dengan menjelaskan hal yang bersifat buruk, sehingga Shou Yan dapat mengurungkan niat untuk melihat teknik miliknya.
"ehmm,, bisakah kakek memperlihatkannya padaku? " Shou Yan tidak mengerti kenapa latihan bisa menyakiti diri sendiri, namun yang penting saat ini adalah mempelajarinya.
Guo An menggaruk kepalanya yang tidak gatal "Baiklah jika Yan'er ingin melihatnya, ini di namakan Teknik Tapak Besi,," Akan lebih sempurna jika melakukan latihan ini dengan tubuh yang kuat untuk menyalurkan tenaga dalam di telapak tangan.
Guo An menyiapkan posisi kuda-kuda dan menghentakkan Tapak Besi ke sebuah pohon di depannya, pohon sebesar tubuh orang dewasa bisa hancur dengan sekali pukul.
"Wahh,, kakek hebat sekali, kenapa bisa begitu? " Shou Yan merasa kakek yang usianya hampir lima puluh-an tahun mampu menghancurkan pohon besar dan itu adalah suatu hal yang luar biasa.
Shou Yan berfikir jika kakeknya yang sudah tua mampu melakukannya, seharusnya ia pun bisa melakukan hal yang sama. Shou Yan memutuskan untuk melakukannya dengan menghampiri salah satu pohon di dekatnya "Lakukan posisi kuda-kuda dan melakukan ini,,"
Guo An yang melihat Shou Yan melakukan Teknik Tapak Besi, membuat jantungnya ingin copot. "Ba-bagaimana bisa?" untuk seorang bocah yang belum mempelajari tenaga dalam, mampu melakukan teknik ini dengan sekali lihat. " ini sungguh mustahil " Guo An ingin tidak percaya tapi ini sungguh nyata.
"Aku Berhasil..!" Shou Yan melompat bahagia karena bisa melakukan Teknik yang kakeknya perlihatkan.
Guo An tersenyum kecut "Mungkinkah karena lambang di punggungnya?" Guo An berfikir sambil mengelus janggutnya yang sudah memutih.
"Kakek, apa ada teknik yang lainnya," Shou Yan ingin tau lebih banyak tentang teknik yang bisa di ajarkan oleh Guo An.
Gou An batuk pelan sambil menunjuk sungai " Dasar bocah nakal, pergilah dan ambil air untukku mandi" Perasaan Guo An menjadi campur aduk, bakat yang di miliki Shou Yan membuatnya bangga namun di sisi lain membuatnya khawatir.
"Baik kek" Dengan menunduk lesu Shou Yan mengambil timba yang ia letakkan dan mengikuti arahan kakeknya untuk mengambil air.
Guo An ingin menunjukkan hal yang mengerikan dari teknik pendekar, namun malah membuat Shou Yan semakin iingin mempelajarinya. "Haih,, mungkin ini takdir langit" sambil menggelengkan kepala.
Merasa tidak enak hati melihat bocah kecil membawa dua timba air di kedua tangan, Guo An menghampirinya "Biarkan orang tua ini membantumu bocah ingusan" dengan sedikit senyuman hangat.
"Terima kasih kek" Meski terkadang terlihat galak namun Shou Yan yakin, di dalam hati Guo An akan selalu ada dirinya.
Keduanya berbicara banyak hal selama pulang ke rumah sampai suatu pembicaraan, Shou Yan menyinggung keberadaan orang tuanya.
Guo An sendiri bahkan tidak tau tentang orang tua Shou Yan, yang dia tau hanyalah Guo An menemukannya hanyut di sungai bersamaan dengan ranjang bayi yang ikut hanyut membawa tubuh mungilnya.
“Ayahmu adalah aku, ibumu juga aku, kakekmu juga adalah diriku” Guo An mencandai sambil mengelus kepala Shou Yan.
“Kalau kakek adalah ibuku ? kakek berarti melahirkanku ?” Shou Yan bertanya dengan nada yang polos.
Guo An merasa seperti terkena bumerang, tidak menyangka Shou Yan akan berfikir jauh seperti itu. “Te-tentu saja,, tidak ada hal yang tidak bisa kakek lakukan di dunia ini” Guo An menjawab dengan tangan mengepal di dada bersamaan dengan suara petir menyambar.
Bagaimana bisa seorang pria melahirkan seorang anak, tentu saja itu mustahil, menjawab pertanyaan anak kecil ternyata lebih merepotkan.
Meski itu melukai harga dirinya sebagai lelaki, namun jika Guo An berkata dengan jujur hanya akan membuat deretan pertanyaan. Melihat Guo An seperti memikirkan sesuatu, Shou Yan mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Kakek, sepertinya hari ini akan turun hujan” Shou Yan melihat langit berubah menjadi mendung dan siap meteskan
air hujan.
“Percepat langkamu Yan’er” Guo An mempercepat langkahnya sambil menutup wajahnya dengan lengan bajunya. Melihat cuaca yang awalnya cerah berubah menjadi mendung, mungkin di sebabkan karena kebohongannya. Hal ini memberikan Guo An pelajaran untuk tidak berbohong menggunakan hak seorang ibu.
“Tunggu aku kek” Shou Yan mulai berubah pendapat, mungkin Guo An memang kejam karena meninggalkan anak kecil di belakang sambil membawa timba air.
Shou Yan bergumam sepanjang jalan, bahkan tak jarang mengejek Guo An. Meski itu hanya emosi sesaat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Kwkwkwkwkw lucu Amat shu An
2023-09-01
0
Ciu siaN
kebersihan sebagian dari iman
2021-07-14
1
ENVY { IRI HATI }
tips rahasia biar dpt istri cantik "bnyk2 nyapu halaman rumah" 😅
2021-07-07
1