Nabila telah kembali tinggal di Indonesia. Sudah dua tahun dia tinggal. Adli menyewakan dua buah rumah yang bersebelahan untuk Nabila. Kedua rumah itu dihubungkan dengan selasar dibagian belakang.
Rumah yang lebih besar ditempati Nabila seorang diri. Sementara rumah disebelahnya yang lebih kecil ditempati oleh Diva putrinya bersama bi Nah. Adli tetap ingin rahasia Nabila yang telah mempunyai seorang anak diluar nikah itu tertutupi.
Meski sudah dua tahun bekerja ditanah air sebagai seorang entertainer, tapi hoki Nabila sepertinya belum seperti saat dia mulai mengawali karirnya dulu. Sementara kebutuhan sekolah Nabila semakin merangkak naik, seiring usia Diva semakin besar dan sudah bersekolah tingkat dasar.
“Bang, kenapa para produser sekarang sepertinya melihatku sebelah mata ya? Tanya Nabila pada Adli, karena selama dua tahun ini dia hanya mendapat job syuting dengan peran sebagai pameo, atau terkadang mendapat job-job kecil lainnya.
“Para produser untuk saat ini sepertinya masih kurang suka karena kita pernah memutuskan kontrak sewaktu kamu harus tinggal di Singapura. Jadi sekedar untuk mendapatkan job sebagai pameo pun aku harus nego keras dengan mereka. Kamu yang sabar ya, hari keberuntungan itu pasti akan tiba.” Jelas Adli panjang lebar.
Nabila hanya bisa tersenyum mendengar penjelasan manajernya. Dia tidak menyangka dunia begitu kejam kepadanya. Setelah dia terpedaya Ferdi sialan itu, hingga harus menyembunyikan putrinya seperti saat ini, masih ditambah balas dendam para produser karena merasa Nabila kurang professional terhadap kontrak yang telah ditanda tangani.
“Entar malam kamu tampil cantik ya. kamu ada undangan dari tuan Fadel untuk hadir di pesta jamuan perusahaannya. Lumayan honornya loh.”
Ini job kecil meski berhonor besar. Perusahaan besar sering mengundang artis dengan imbalan tertentu untuk meramaikan pesta yang digelar. Mereka ingin menunjukkan kemampuan perusahaan dengan berhasil mengundang banyak artis.
“Siap bang.” Jawab Nabila santai.
“Aku jemput kamu nanti. Jam tujuh tiga puluh kamu harus sudah siap. Jam tujuh aku datang mau lihat Diva. Sudah dua minggu ini aku tak melihatnya. Aku kangen.” Kata Adli.
“Iya bang. Aku pamit dulu ya bang mau nyalon dulu.”
Seperti yang dijanjikan Adli, pukul setengah tujuh malam dia sudah tiba di rumah Nabila. Nabila masih menyelesaikan riasan untuk penampilan malam ini.
“Mana Diva bi?” Tanya Adli setelah berada didalam rumah dan tidak dilihatnya si kecil Diva yang kini telah berusia tujuh tahun.
“Dikamarnya den, Diva sedang belajar.” Maksud bik Nah Diva dirumah sebelah karena Diva memang tidurnya disana. Sementara dirumah ini hanya Nabila yang menempati. Hal ini dilakukan untuk menjaga rahasia mereka agar tidak diketahui publik.
“Baiklah, aku akan kesana menengoknya. Aku kangen ma gadi kecil cantik itu.” Adli lalu berlalu untuk menemui Diva. Adli sudah menganggap Diva seperti putrinya sendiri.
“Halo, anak cantik sedang sibuk apa?” Panggil Adli setelah berada dikamar Diva dan melihatnya anak kecil itu sedang sibuk mengerjakan tugasnya.
“Om…!” Diva menoleh dan langsung berteriak setelah tahu yang datang Adli. “Lama banget om ga kesini, Diva kangen.”
“Baru juga dua minggu om ga kesini. Emang kangen apaan?”
“Es krim coklat vanilla.” Jawab Diva sambil memasang wajah polosnya. Membuat Adli tertawa melihatnya.
“Curang, masa yang dikangeni hanya oleh-oleh es krim coklat vanillanya bukannya kangen ama om?” Adli pura-pura manyun.
“Diva juga kangen ma om Adli kok. Beneran. Tapi lebih kangen es krim.”
“Hehehe… iya ini om bawakan kok.” Kata Adli sambil menyerahkan sekotak es krim kesenangan Diva. Gadis itu lalu mengambil dari tangan Adli, dan berlalu. “Loh kok langsung pergi? Mana ciuman untuk om ganteng ini?” Goda Adli.
“Diva udah besar om, ga boleh lagi cium cowok sembarangan, itu kata ibu Minah.”
“Aish, anak pintar.” Adli tersenyum mendengar kepatuhan Diva pada nasihat bi Nah yang dipanggilnya ibu.
Adli memandangi Diva yang sekarang sudah berusia tujuh tahun. Wajahnya terlihat semakin cantik, bahkan mungkin akan lebih cantik Diva daripada mamanya, batin Adli. Semoga kamu mewarisi bakat mamamu dan tidak mewarisi kebejatan Ferdi papamu Diva, doa Adli dalam hati.
“Ayo bang, aku sudah siap.” Nabila mendatangi Adli dikamar Diva.
Adli tersenyum melihat kearah Nabila yang melewatinya berjalan kearah Diva yang sedang asik makan es krim dimeja belajarnya.
“Mama berangkat kerja ya sayang, jangan telat bobonya, jangan lupa gosok gigi sebelum bobo ya.” Pesan Nabila pada putri yang disembunyikannya itu sambil membelai rambut ikal tebal nan panjang itu.
“Iya ma, Diva kan anak pintar.” Jawab gadis kecil itu, lalu mencium tangan mamanya dan juga tangan Adli.
Adli membimbing Nabila keluar kamar, lalu melewati pintu samping yang menghubungkan rumah kecil itu dengan rumah besar yang ditempati Nabila.
“Hmm, kamu terlihat cantik seperti biasanya Bil.” Puji Adli pada Nabila yang saat itu menggunakan dress berbentuk A-line dengan model shoulder look yang tidak terlalu rendah berwarna biru gelap sehingga sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Rambut panjangnya digelung keatas sehingga menunjukkan leher jenjangnya yang indah, apalagi dilihat dari sisi belakang tepat ditengkuk Nabila yang ditumbuhi rambut-rambut kecil begitu menggoda pria manapun yang melihatnya.
“Terima kasih bang. Malam ini abang juga terlihat ganteng dan gentle banget.” Nabila memberikan pujian balik.
Mobil yang mereka tumpangi telah sampai di hotel X, sebuah hotel berbintang lima. Adli dan Nabila segera menuju ballroom tempat pesta diadakan.
Suasana didalam cukup ramai dan meriah. Ada seorang dj sexi yang cukup terkenal sedang memainkan peralatannya mengiringi penyanyi wanita cantik diatas panggung. Beberapa tamu dari kalangan pengusaha kalangan atas tampak hadir beserta istri atau pasangan masing-masing.
“Bang jangan jauh-jjauh dariku ya.” Pinta Nabila pada Adli.
“Aku usahakan Bil.” Jawab Adli. Lalu tangannya mengambil makanan kecil dari atas nampan yang dibawa seorang pelayan laki-laki saat melintas melewati mereka.
“Na-Nabila kan? Kamu Nabila kan?” Teriak seorang wanita cantik lalu menghampiri Nabila dan Adli.
Nabila terkejut, dia merasa tidak mengenal wanita tersebut. Begitu juga dengan Adli.
“Perkenalkan aku Josephira. Penggemar setiamu.” Katanya wanita cantik nan glamor itu memperkenalkan dirinya dengan ramah sambil mengulurkan tangannya mengajak bersalaman.
Nabila menyambut tangan itu sambil tersenyum ramah. Dia lalu membungkukkan badannya untuk memberikan ciuman dipipi wanita itu. Tentu saja Josephira yang mengaku sebagai fans setia Nabila berteriak kegirangan menyambut pelukan dan ciuman Nabila. Dia lalu megeluarkan hapenya yang mahal edisi terbaru.
“Kita berfoto ya?” Pinta Josephira, lalu memanggil seorang pelayan untuk mengambil foto dirinya bersama Nabila tanpa menunggu persetujuan Nabila.
Beberapa foto diambil pelayan itu dari beberapa angle foto dan beberapa gaya. Setelah Josephira merasa puas, dia meminta kembali hapenya.
(inget readers pada tahun ini hape belum model smartphone seperti sekarang yang dilengkapi dengan fiture double camera, jadi kalau kepingin selfie pada saat itu ribet banget malah kebanyakan gagalnya daripada berhasil, hehehe…. Kelihatan bangetkan kalau authornya dan tuwir? Bahkan hape termahal saat itu nada deringnya masih menggunakan nada jenis polyphonic).
Bersambung…
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Jempolnya, komentarnya juga votenya ditunggu ya readers
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Little Peony
Like like like
2021-06-19
0
4GDHGita
kamera nya yg dulu justru lebih jahat tor,secara gambarnya bluuurrr jadi kesannya cantik Weh biarpun burig juga..!!
2021-06-10
1
Yani Spt
lanjut thour
2021-03-26
5