“Sudah Fer. Tadi pagi gue pake testpack. Hasilnya positif.”
“Oh shit! Elo yakin itu anak gue?” Sergah Ferdi dengan melotot.
“A-apa maksud elo sayang?” Tanya Nabila bingung dengan pertanyaan lelaki yang dicintainya itu.
“Ga, ga, ga mungkin itu anak gue. Ga mungkin!” Seru Ferdi, suara mulai meninggi tapi dia mencoba untuk menahannya agar tidak terlalu keras keluar dari mulutnya.
“K-kenapa elo ga percaya? Aku melakukannya hanya denganmu sayang.” Mata Nabila mulai berkaca-kaca, sejak tadi pagi fikirannya sudah sangat kalut, karena melihat hasil test pack. Hingga pagi tadi saat disekolah dia mendapat teguran dari guru karena terlalu banyak melamun dikelas. Dan kini kekasihnya berusaha menyangkal kehamilannya. Hati Nabila sedikit demi sedikit mulai merasakan sakit dan perih.
“Ga, ga, elo pasti sekarang sedang becanda. Iya kan?”
Nabila menggeleng lemah. Air mata yang telah menumpuk dipelupuk matanya kini mengalir deras, tak mampu ditahannya lagi.
“Tapi honey, aku belum ingin menikah. Aku masih muda. Belum siap menikah.” Kata Ferdi setelah sempat terdiam beberapa saat.
“Elo fikir cuma elo aja yang masih muda? Aku juga. Tapi aku hamil karena kamu sayang.” Sergah Nabila. “Aku juga belum siap menikah.”
“Kalo gitu lo gugurin aja tuh, mumpung masih belum terlihat membesar perut elo.”
“Gak! Gue GAK MAU!” Nabila semakin meninggikan suaranya. “Pokoknya elo harus nikahin gue. Titik!”
“Ssst… Jangan teriak honey. Malu.”
“Hiks, nikahin gue Fer, gue cinta mati ama lo. Dan ini yang ada dalam perut gue, adalah hasil pekerjaan kita berdua, ini juga darah daging elo.” Nabila menghiba pada Ferdi disela-sela tangisnya.
Tapi Nabila melihat, Ferdi hanya menggelengkan kepalanya lemah.
“Kata elo… elo mencintai gue Fer.” Nabila menangis, hancur hatinya melihat Ferdi seperti ini.
“Yap, gue juga mencintai elo Nabila. Tapi gue masih sekolah, gue ga bisa nikahin elo.”
“Gini aja deh, kita tetap menikah meskipun dirahasiakan. Dan elo tetep aja sekolah. Biar gue yang berhenti sekolah dan ga kerja.”
“Ga, ga, GAK Nabila. Gue ga akan nikahin elo. Gue masih ingin kejar karir gue, gue masih ingin bebas.” Ferdi menolak usulan Nabila dengan tegas. “Udahlah, daripada capek, mending elo nurutin gue. Elo gugurin aja, dan kita akan kembali seperti dulu lagi.”
“Ferdi. Bangs#t loh! Ini darah daging elo sendiri, ini juga hasil perbuatan elon sendiri!” Makian keras Nabila keluar tak terbendung lagi. Tangisnya pecah tak lagi peduli dengan pandangan pengunjung kafe yang merasa terusik.
“Gue mau pulang. Terserah, elo gugurin atau tidak gue ga peduli lagi. Mulai sekarang kita putus. Kita ga ada lagi hubungan apa-apa. Jangan cari gue lagi.” Ferdi lalu pergi meninggalkan Nabila yang terisak begitu saja.
Setelah Ferdi pergi meninggalkan Nabila yang menangis, Adli datang menghampirinya. Dipeluknya artis kesayangannya itu.
“Sabar ya, besok akan kucari cara lain agar Ferdi mau bertanggung jawab.” Kata Adli menenangkan Nabila dalam pelukannya.
Beberapa hari kemudian Adli mengantarkan Nabila bertemu dengan orang tua Ferdi. Tuan Rudi dan Nyonya Ferisa. Mereka bertemu di rumah megah orang tua Ferdi yang seorang pengusaha pertambangan.
….
“Oh, seperti itu ceritanya? Benarkah bayi dalam kandungan kamu itu hasil dari hubunganmu dengan anak kami? Bukan dari orang lain?” Ferisa mama Ferdi berkata dengan nada lembut tapi menyakitkan hati Nabila.
Wanita manapun yang dalam kondisi seperti Nabila hadapi pasti akan merasa tersayat hatinya.
“B-benar tante. Kami melakukannya saat di vila tante ditengah kebuh teh.” Kata Nabila dengan menunduk. Rasa malu mengungkap sebuah hubungan diluar nikah bercampur dengan perasaan terhina oleh kalimat wanita didepannya ini.
“Kamu sudah mengaca? Siapa kamu, siapa Ferdi? Apakah kamu pantas bersanding dengan putraku?”
“Ta-tapi ini memang hasil cinta kami berdua tante.” Jawab Nabila yang masih bisa menguasai agar air matanya tidak keluar. Meskipun sekarang dia semakin merasa terhina oleh ucapan wanita cantik nan elegan didepannya ini.
“Cinta? Apakah itu benar? Apakah itu bukan akal busuk kamu agar bisa menjadi menantu kami?”
“Ti-ti-tidak tante. Ka-kami melakukannya karena cinta.” Jawab Nabila dengan terbata. Air matanya kini mulai menumpuk di pelupuk matanya. Perlahan dan pasti air mata itu mulai merayap turun.
“Ah sudahlah! Berarti kamu hanya ingin Ferdi menjadi suami kamu? Begitu kah?” Tukas Rudi dengan sengit, setelah sedari tadi hanya diam mendengarkan.
Nabila mengangguk pelan.
Rudi bangkit menghampiri Nabila yang duduk. Rudi membungkuk menyamakan posisi kepalanya dengan kepala Nabila. Lalu berkata dengan nada penuh intimidasi.
“Kamu, tidak akan pernah menjadi menantu kami. Sampai kapanpun juga. Paham?”
Tubuh Nabila langsung merosot kelantai, bersimpuh didepan kaki Rudi. Dia berusaha memeluk kaki itu, mengemis mengharap bisa merubah keputusan lelaki didepannya. Tapi Rudi malah mengelak dengan kasar, hingga tangan Nabila tertarik kaki Rudi membuatnya tubuhnya ambruk tertelungkup dilantai dibawah kaki Rudi. Nabila bangkit dan bersimpuh dilantai, air matanya mengalir dengan deras.
“Iya om.. Nabila bodoh. Nabila yang salah, Nabila memang tidak pantas untuk menjadi menantu. Tapi om.. tante… calon bayi dalam perut Nabila tidak salah. Nabila hanya ingin saat bayi ini lahir dia punya orang tua. Tidak seperti Nabila yang yatim piatu.” Masih dengan bersimpuh Nabila menangis dan memohon.
Nabila benar benar telah merendahkan dirinya dihadapan orang tua Ferdi. Dia memohon dengan menghinakan dirinya sendiri. Berharap ada sedikit simpati dari kedua orang yang sedang duduk didepannya dan mendapat restu pernikahannya.
“Dasar gadis murahan! Sudah tahu tidak pantas, sekarang malah mengemis minta dinikahi!” Ferisa mencibir Nabila dengan kasar.
“Udah aku capek. Waktuku tak akan kusiakan untuk kamu.” Rudi lalu melangkah menuju meja kecil dibelakang kursi yang didudukinya tadi, lalu mengambil selembar cek dan melemparkan pada Nabila.
“Ambil itu. Sudah aku tulis dua milyar dan telah aku tanda tangani.” Rudi lalu berjongkok mensejajarkan kepalanya dengan Nabila.
“Saran saja, ambil saja cek itu. Gunakan untuk kebutuhan kamu selama hamil dan memelihara bayi dalam kandungan kamu, lalu pergi dari sini selamanya. Atau kamu bisa tolak cek itu, dan besok kamu bawa pengacara terhebat yang bisa kamu sewa, dan kita bertemu di pengadilan.” Rudi berbisik di telinga Nabila.
Rudi lalu berdiri dan menunjuk pada Nabila. “Tapi ingat, jika sampai kami lakukan pilihan kedua, aku pastikan kamu akan menghadapi mimpi buruk sepanjang hidupmu.”
“Sekarang kalian PERGI!” Seru Ferisa dengan tangan menunjuk kearah pintu.
Nabila menangis, dia tak sanggup berdiri dan melangkah. Harapannya untuk dinikahi Ferdi musnah. Malah cacian dan hinaan yang didapatnya.
Adli merengkuh tubuh Nabila dan menuntunnya berjalan keluar. Hatinya ikut marah, hancur merasakan kesedihan atas penghinaan yang diterima Nabila artis muda berbakat ini.
“Berhenti!” Rudi berteriak membuat Adli dan Nabila pun menghentikan langkahnya. Rudi lalu mendekat kearah Adli dan memasukkan selembar cek yang tadi sengaja tidak dibawa oleh Adli ataupun Nabila.
“Bawa ini.” Sambil memasukkan cek itu kekantong Adli. “Dan pastikan dia tidak mengganggu kami lagi. Kamu tahu siapa aku kan?”
Adli diam tak menjawab. Matanya tajam menatap kearah Rudi. Tapi Adli tahu Rudi bukan pengusaha sembarangan. Dia punya barisan pengacara yang hebat, dia juga punya koneksi dengan penguasa dinegeri ini.
Adli tahu melawan Rudi, hanya akan membuat Nabila semakin hancur. Adli lalu mengantar Nabila yang masih terus menangis pulang.
Bersambung…
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Salam baik para readers, beri dukungan untuk novel ini ya
Caranya, tinggalkan jempol, koment dan vote ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Yuna
pelajaran buat bocah" tu
2022-01-23
0
Ai Emy Ningrum
dih...🤪🙄 mau enak, kaga mau anak 😲🤬
2021-05-27
0
Tiwik Firdaus
makanya jadi cewek jangan murahan hanya dirayu langsung mau menyerahkan kehormatanmu ya tanggung akibatnya
2021-05-03
5