Pada hari itu Darren dan Dania sepakat untuk bermalam di sana. Dengan sedikit ada perdebatan diantara mereka. Dania yang kekeh ingin menginap di sana, karena suasana yang sejuk membuatnya betah berada di sana. Sementara Darren ingin segera pulang karena sudah beberapa hari ini dia tak pergi ke kantor. Kemarin lusa ia tak bekerja karena ulah Dania begitu banyak tanda dari bibir Dania waktu itu. Dan besok juga sepertinya ia tak bisa ke kantor. karena perjalanan yang cukup jauh sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama.
Malam ini terasa dingin membuat Dania enggan untuk beranjak dari tidurnya. Namun ia ingin membuat secangkir teh untuk menghangatkan tubuhnya. Dengan terpaksa ia harus pergi ke dapur untuk membuatnya.
Disaat sedang membuat minuman ia dikejutkan dengan suara yang mulai tak asing di pendengarannya, membuatnya seketika membalikkan tubuhnya.
"Sekalian tolong buatkan untukku juga," ujar Darren pada Dania. Dania mengangguk lalu memberikan tehnya yang telah ia buat untuknya sendiri. Agar tak terlalu menunggu lama ia berikan miliknya pada Darren.
"Itukan untukmu?" Darren tahu bahwa teh itu milik Dania. Tapi kenapa dia memberikannya miliknya, Dania hanya tersenyum tanpa menjawab. Entah setan apa yang telah merasukinya saat itu, dia keluar dari karakternya. Dania adalah sosok wanita yang ceria ia juga bukan orang yang mudah untuk memberikan sesuatu yang sudah menjadi miliknya.
Dengan cepat Dania membuat teh itu kembali untuknya. Sungguh ia tak ingin momen ini berlalu begitu saja, ia ingin malam ini terjadi seperti waktu pertama dimana ia bertemu dengan pria yang saat ini berada di dekatnya.
Perasaan apa yang ia rasakan saat ini? Jantungnya mulai tak beraturan seperti ingin meledak.
Darren yang melihatnya bergidik ngeri, entah kenapa dalam pandangnya wanita itu seperti ada aneh. Begitu beda dengan waktu dalam perjalanan tadi siang. Ia masih ingat betul waktu Dania memintanya untuk berhenti di pinggir jalan karena kelaparan. Tak sedikitpun Dania menawarinya makan saat itu.
Dania hanya mementingkan dirinya sendiri. Tapi kenapa malam ini dia berbeda, terlihat kalem dan anggun. Seakan menjaga imagenya di hadapan laki-laki itu.
Darren pergi meninggalkan Dania. Dania mendengus kesal karena bayang-bayangnya tak kesampaian. Jual mahal Darren mampu membuat Dania semakin penasaran seperti apa sosok lelaki itu.
Iya dia baru teringat akan penjelasan Darren padanya, ia harus tahu apa rencana Darren mengenalkannya kepada keluarganya apalagi kepada anaknya. Syiera. Syiera akan menjadi perbincangannya pada laki-laki itu.
Dania pergi mencari sosok yang ia ingin temui. Sepertinya Tuhan sedang berpihak kepadanya, tak perlu susah payah Dania mencari pria itu. Darren tangah melamun di depan rumah, terduduk di kursi luar, dengan cahaya bulan yang meneranginya. Dania melangkah menghampirinya.
"Apa aku boleh ikut duduk di sini bersamamu?" Pinta Dania pada Darren. Daren mengangguk mengiyakan keinginan wanita itu.
Darren memberikan waktu pada Dania agar mereka bisa lebih akrab, karena tujuan Darren adalah membuat Dania agar mau menjadi pengasuh Syiera anaknya. Lebih tepatnya agar selalu bersama Syiera.
Hampir lima belas menit tak ada percakapan diantara mereka. Dania menghela napasnya mencoba membuka suara dan mulai percakapan dengan lelaki itu.
"Jadi, apa tujuanmu?" Darren melihat kearah Dania. "Bukannya aku wanita penghibur?" Dania bertanya tanpa menatap lelaki itu. Pandangannya tetap lurus kedepan sambil menangkup secangkir teh untuk menghangatkan kedua telapak tangannya.
"Aku akan membayarmu berapa pun yang kamu minta. Asal kamu mau menuruti keinginanku," jawab Darren.
Kenapa Dania terasa sakit mendengar kalimat yang diucapkan laki-laki itu. Bukannya selama ini tujuan hidupnya adalah uang. Sehrusnya Dania senang kalau Darren akan membayarnya dengan mahal.
"Aku ingin kamu berpura-pura menjadi momih Syiera!" ujar Darren tanpa ragu seakan Dania akan menerima tawarannya.
"Apa maksudmu?" Dania tak mengerti tentang apa yang dikatakan Darren padanya.
"Wajahmu begitu mirip dengan mendiang istriku, jadi aku minta padamu. Kamu maukan berpura-pura menjadi momihnya Syiera?" Sungguh besar harapan Darren pada Dania.
Dania pergi begitu saja meninggalkan Darren tanpa sepatah katapun. Sungguh ini permintaan yang berat bagi Dania, sehinanya dia. Dia tidak mau berbohong apalagi menyangkut masa depannya. Akan menjadi seperti apa pandangan keluarga Darren jika mereka tahu kebohongannya.
Sudah jelas dia seorang pe*l**r. Mungkin kalau ibu dari lelaki itu tahu statusnya, sekarang juga dia pasti sudah diusir. Biar Dania mencari solusi untuk anak itu tanpa dia harus berbohong.
Dania kembali ke kamar dimana ada Syiera di sana. Gadis kecil itu sudah tertidur lelap, dengan sebuah cerita yang Dania bacakan untuknya. Sungguh malang nasib anak itu, diumurnya yang masih sangat kecil harus ditinggalkan oleh ibunya.
Dania merebahkan tubuhnya di samping Syiera. Ditatap anak itu oleh Dania, dia mengelus pipi gembul itu. Dania gemas melihatnya, dia juga merasa kasihan pada anak itu.
"Aku akan selalu bersamamu jika kamu mau, tanpa harus berpura-pura menjadi ibumu." Dania ikut terlelap.
Keesokan harinya.
Karren sudah mengemas baju-bajunya juga baju Syiera Ke dalam koper. Hari ini mereka kembali ke rumah Karren.
"Apa semua sudah siap?" tanya Darren pada ibunya. Karren mengangguk.
"Tapi dimana Dania? Momih belum melihatnya," ujarnya pada Darren. Darren arahkan pandangannya ke sekeliling mencari sosok Dania.
Darren lalu keluar dari dalam karena tak mendapati Dania di dalam sana. Dia menghela napasnya lega karena Dania ada di taman belakang.
Dania sedang duduk terdiam menikmati suasana pagi yang tak pernah ia dapati selama di kota. Begitu berbeda berada di sini. Gunung yang terlihat menjulang angin yang terasa sejuk. Sungguh Dania tak ingin meninggalkan tempat ini.
Di sini dia bisa hidup terbebas tanpa harus melayani para lelaki hidung belang. Semoga dia terus bisa bersama Darren, tapi dia teringat kembali keinginan Darren yang memintanya untuk berbohong kepada putrinya.
Dengan cepat Dania menggelangkan kepalanya. Tidak, Dania tidak bisa berbohong. Biar dia kembali ke kehidupannya yang menjadi seorang penghibur. Itu lebih baik daripada harus menjadi seorang munafik.
Darren manghampiri Dania. Dia membuyarkan lamunan wanita itu.
"Sedang apa kamu di sini?" tanya Darren. Seketika Dania membalikkan tubuhnya dan menggelengkan kepalanya. Seakan menjawab tidak ada yang dilakukannya saat itu.
"Ayo, kita harus segera kembali ke kota," ajak lelaki itu padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Little Peony
Like like like
2021-05-18
1
HOKI~😪 R⃟
lanjut thour
2021-03-22
1