Takdir Masa Depan Cinta
Sisilia Anandita, hari ini adalah hari pertama perkenalan mahasiswa kampus di tempat dia diterima. Suasananya sepi dan tidak banyak hiruk pikuk kota. Maklum ia memilih kampus ini karena sepi peminat agar peluang lolos semakin besar. Ternyata karena takdir ia memang lolos dengan pilihan asal - asalannya itu.
Sisilia berhasil diterima di jurusan agroekoteknologi, kebetulan ayahnya seorang petani ,jadi ia pura-pura kalau itu karena ia kagum dengan seorang petani. Padahal alasan dia juga sama dengan memilih kampus, karena teman sekelasnya di SMA tidak ada yang berminat masuk ke bidang Pertanian dan otomatis saja jika peminat sepi, peluang akan lebih besar.
Balik lagi ke perkenalan mahasiswa, saat para senior berkoar koar tentang betapa pentingnya untuk aktif dalam organisasi, Sisilia justru berpikir bagaimana untuk terjun ke masyarakat saat ia benar- benar malas berhubungan dengan orang lain.
Saat suara senior masih bergema di aula nan luas, Sisilia dikagetkan oleh seorang gadis yang memukul bahunya pelan. Sisilia menatap gadis itu, ia berkacamata, dengan senyum manis sambil menatap Sisilia.
"Ada apa" Sisilia sedikit heran dengan senyuman gadis itu.
"Saya Arini Salsabila Putri, biasa dipanggil Rini, kalau kamu ? " ia tersenyum ke arah Sisilia sambil menyodorkan tangan berharap balasan dari Sisilia.
"Sisilia Anandita, panggil saja Sisilia" dan ia menjabat tangan rini sambil membalas senyumannya.
Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk akrab, kurang lebih sepuluh menit mereka sudah dekat layaknya sahabat karib yang sudah lama tidak bertemu. Mereka asik bercerita dari mulai asal mereka tinggal, keluarga dan sekolah lama mereka. Sampai-sampai motivasi dari para senior sudah tidak ada dalam otak mereka, dan membiarkan mereka larut dalam obrolan panjang sesama wanita.
Rini adalah mahasiswi jurusan akuntansi, ia sudah mendapat tempat kos strategis dengan biaya yang terjangkau. Karena sebelum memutuskan tempat kos ia sudah mencari info dari beberapa senior kampus, dengan cara memfollow senior lalu mengkaji dan menimbang untung rugi di setiap tempat. Berbeda dengan Sisilia, ia baru tiba hanya bisa ke tempat kos kakak kelasnya waktu SMA. Padahal ia tidak begitu kenal, namun terpaksa karena keadaan dan ia seperti katak dalam tempurung, tidak tau apa-apa. Kebetulan kakak kelas Sisilia waktu SMA bukanlah laki-laki dan ikatan alumninya secara turun temurun selalu di tekankan pada setiap lulusan.
Akhirnya Rini mengajak Sisilia untuk pindah ke kosnya, kebetulan itu untuk kos 2 orang per kamar, sementara teman sekamar Rini baru saja keluar karena sudah lulus dan diwisuda. Rini juga membantu membawa barang bawaan Sisilia ke tempat kosnya.
Saat mereka tertatih-tatih membawa barang bawaan, yang ternyata kamar kos yang dipilih Rini adalah lantai 3. Sisilia terduduk di teras bawah sambil ngos-ngosan mengatur nafasnya.
"Aduh rini, kok gak yang di lantai bawah aja sih, kan kita gak perlu capek naik turun tangga." Sisilia mengibaskan rambutnya dan mengipas lehernya dengan tangan.
Rini ikut duduk sambil menjelaskan alasannya memilih lantai 3. Biaya lantai 3 hanya lebih mahal 50 ribu di banding 2 lantai di bawah tapi balkonnya bisa untuk menjemur pakaian khusus penghuni lantai 3. dan juga kalau mau nongkrong sambil nikmatin senja, otomatis yang dari lantai 3 bisa langsung jalan ke tempat kosong kalau ada tempat dengan cara ngintip lewat pintu. Kalau dari lantai bawah ingin naik ke balkon, harus lihat tempat kosong sambil naik turun tangga. Kalau ada tempat bisa langsung duduk, kalau tidak terpaksa mereka turun lagi. Sisilia mendengarkan alasan Rini sambil manggut-manggut.
Tiba-tiba seorang lelaki mengambil tas barang bawaan sisilia. Itu sukses buat sisilia kaget setengah mati.
"Eh eh heh, tas saya pak saya baru pindah ke kos ini pak. Jangan diambil pak " Sisilia terdengar panik, dan memegang tangan lelaki itu.
Lelaki itu bertubuh cukup kekar, dan tersenyum pada Sisilia, "biar saya bantu bawakan ,tadi saya dengar kamar kos kalian di lantai 3. Biar saya bawa sampai ke balkon" ia memberi isyarat pada tangan Sisilia agar segera di lepaskan. Namun Sisilia terpaku menatap wajah Lelaki itu , wajahnya tampan, bicaranya sopan,suaranya juga terdengar berat dan seksi. Sampai Rini harus menggoyangkan tubuh Sisilia agar ia tersadar, itu membuat Sisilia sedikit malu karena terus terang menatap laki-laki.
Lelaki itu berjalan melewati tangga demi tangga dengan barang bawaan Sisilia. Sisilia dan Rini mengikuti di belakangnya, Sisilia memperhatikan baju yang dipakai lelaki ini, seperti baju seorang petarung. Karena ia tidak begitu tau dengan ilmu seni bela diri, ia hanya bisa menebak-nebak kalau lelaki ini mungkin sedang belajar atau jadi pelatihnya. Setibanya di balkon, lelaki itu meletakkan barang bawaan Sisilia. Rini meminta lelaki itu untuk menunggu sebentar dan ia berlari ke kamar mengambil air.
Sisilia pun bertanya karena sudah pusing dengan berbagai tebakan yang ada di kepalanya mengenai lelaki ini. ia bertanya nama dan pekerjaaan sesuai dengan pertanyaan umum yang biasanya para orang awam tanyakan.
"Maaf kalau boleh saya tau mas ini namanya siapa, terus kerjaannya apa ya. Maaf kalau saya lancang tapi perasaan saya, saya pernah lihat bajju yang sama kayak yang mas pakai ini di acara tv tapi saya lupa" Sisilia bertanya canggung sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
diluar dugaan lelaki itu kembali tersenyum menatap Sisilia. " Saya Raka, Saya ini pelatih karate, itu tempat saya mengajar murid saya" dia menunjuk tempat yang tidak jauh dari kos kosan Rini, dan bisa dibilang hampir bersebelahan hanya dibatasi oleh rumah pemilik kos-kosan. dia juga sedikit bercanda dengan sisilia agar tidak memanggilnya dengan sebutan pak, karena ia belum setua itu. ia juga minta agar jangan dipanggil mas agar orang tidak salah paham dan mengira mereka adalah pasangan. ia meminta sisilia memanggil dengan sebutan kak saja karena ia juga alumni kampus yang sama dengan sisilia tapi di jurusan teknik informasi.
Selagi Sisilia berkenalan dengan Raka, Rini membawakan minuman mineral ke balkon dan menyodorkannya ke Raka. "Ini pak minumannya"
Sisilia langsung mentoel tangan Rini dan berbisik " bukan pak tapi kak!, kak Raka ini alumni kampus kita rini"
Rini sedikit heran tapi tetap meminta maaf " eh maaf ini minumnya kak, maaf merepotkan kak "
Raka menggeleng, ia langsung pamit setelah melihat jam di tangannya. " Ya sudah saya permisi dulu, saya masih ada urusan" Raka langsung berlari menuruni tangga.
Sisilia masih senyum- senyum menatap Raka dari atas balkon. " Bahkan punggungnya pun seksi, pasti pacarnya banyak deh" gumam Sisilia dengan raut wajah yang tidak bisa di tebak.
" Jangan lama- lama natap orang Sisilia, nanti kalo jatuh, ujung-ujungnya cinta loh, mending kita angkatin barang kamu ini ke kamar, biar kamu punya banyak waktu buat beresin semuanya" Rini seolah memberikan nasehat dan menggoda Sisilia.
" Apaaan sih Rini", Sisilia membengkokan bibirnya sewot pada Rini. Mereka langsung membawa barang bawaan Sisilia yang berat itu ke kamar.
Selagi membereskan barang-barang, Sisilia penasaran dengan Rini, mengapa Rini memilih jurusan seperti akuntansi. Padahal sudah jelas jurusan itu terkenal sangat sulit diterima dan Mata kuliahnya juga susah dan didominasi oleh hitungan dan matematika. Rini mengatakan bahwa kesenangan tiap orang itu berbeda beda, sama dengan Sisilia yang memilih jurusan agroekoteknologi.
"Tapi aku bukannya suka Rini, tapi aku asal pilih jurusan aja, yang penting diterima dan aku gak gap year" Sisilia menjelaskan alasannya pada Rini.
"Gak papa kok Sisil, aku panggil sisil aja ya, biar gampang. Nanti kamu akan mengetahui keistimewaan yang ada pada jurusan kamu." Rini menyemangati Sisilia.
"Iya, Rini" Sisilia mangut mangut
"Tapi kok panggilan kamu panjang amat sih sil, aku susah ngucapinnya" Rini sedikit protes pada sisilia.
" Soalnya di daerah aku ada yang namanya Sesilka, panggilannya sesil. Kalo panggilan aku Sisil nanti orang bingung , karena waktu aku SD pernah sekelas sama dia, dan buk guru bingung dan temen sekelas pada ngatain kembar gak jadi. Terus orang tua kita sepakat panggil nama agak panjang , bukan sesil dan sisil tapi Sesilka sama Sisilia". Sisilia menjelaskan pada Rini hingga ia sudah terbiasa dengan panggilan Sisilia.
Rini yang mendengar hanya bisa tercengang dengan kebetulan yang dialami Sisilia. Ia sedikit terhibur sambil membantu merapikan barang- barang Sisilia.
Selama 1 minggu kedepannya, mereka masih menjalani perkenalan di kampus. dan juga penampilan minat dan bakat untuk masuk berbagai organisasi secara pintas tanpa melengkapi syarat administrasi. Sisilia sendiri tertarik dengan organisasi berbasis IT yang berhubungan dengan program komputer. Sedikit banyak pilihan Sisilia juga karena Rini yang mengatakan ingin masuk organisasi itu bersama Sisilia. Kalau enggak ya pasti Sisilia lebih memilih untuk tidak terlibat organisasi dan memanfaatkan waktu luangnya untuk rebahan santuy di kosannya.
Minggu kedua setelah pengenalan kampus. Tibalah saatnya pendaftaran organisasi dan Unit kegiatan lainnya yang diperlukan oleh mahasiswa. Rini sudah menunggu Sisilia di kantin kampus tempat mereka janjian. Mereka pun menyiapkan kebutuhan administrasinya. Tapi Sisilia masih berat hati untuk ikut, dan mencoba mencari alasan pada Rini.
" Aduh Rini, aku lupa bawa formulir"terang Sisilia dengan wajah pura-pura lupa.
"Tenang sil, aku udah bawain formulir buat kamu, tinggal diisi secepatnya" Rini menyodorkan formulir pada Sisilia dengan raut kebahagiaan, ia sengaja meminta lebih formulir untuk antisipasi jika Sisilia kelupaan.
" Aku lupa bawa uang pendaftarnnya" Sisilia masih mencari celah, tapi Rini juga mengatakan sudah menyiapkan uang jika saja Sisilia lupa membawa uang. dan alasan lain seperti pena ketinggalan, salah tulis tapi gak ada tip ex, sampai lupa bawa tisu yang padahal itu gak ada hubungannya sama organisasi dan proses pendaftaran. Tapi semuanya sia-sia karena Rini sudah membawa semua persiapan seperti ibu-ibu yang mau nganterin anaknya sekolah di hari pertama. Sisilia hanya bisa mengikuti kemauan Rini karena sudah kehabisan alasan.
Selesai pendaftaran, mereka mendengarkan para senior yang menjadi pengurus organisasi. Salah satu dari mereka adalah Fandi, sang ketua organisasi itu. Sisilia melihat Rini sedikit salah tingkah.
"Oh jadi karena ketuanya kak Fandi toh, dari kemaren maksa ikut organisasi ini,,ternyata ada yang lagi kesemsem" Sisilia mulai menggoda Rini.
"iih, apaan sih Sil. Rini menyenggol tangan Sisilia, gak berapa lama mereka saling senggol dan menarik perhatian beberapa orang.
Mereka bahkan tidak sadar kalau yang berbicara adalah Raka, sebagai tamu undangan seorang yang sudah lulus namun berbakat terpilih menjadi wakil dalam kompetisi analisis pemrograman selama menjabat di organisasi. Sisilia terkejut melihat Raka dan refleks berdiri, tampak bahwa wajah Raka sedikit bingung. Sementara itu Rini yang ditatap Sisilia berpura-pura serius agar tidak terkena imbas dari tatapan Sisilia.
" Kamu kenapa berdiri" Raka bertanya pada Sisilia.
"enggak kak, saya mau ,saya mau hmmm eee mm ke ke toilet kak". Sisilia sudah kehabisan ide dan asal jawab saja.
Fandi sang ketua pun menimpali " Jarang loh Kak Raka ini jadi pembicara, kamu malah me toilet"
"ya sudah kalo emang gak bisa ditahan langsung aja" Kata Raka
"Langsung, langsung apa kak" Sisilia kembali bertanya dan membuat orang-orang tertawa.
" Maksud saya kamu boleh langsung keluar saja" Raka tersenyum dan mengusap keningnya takut ia membuat Sisilia bingung dan malu.
Tapi Sisilia sudah terlanjur malu dan bukannya ke toilet, ia langsung berjalan pulang ke kos kosannya. Rini membaca chat dari Sisilia lalu ia meminta nomor salah satu peserta untuk berbagi informasi. Lalu Rini meminta izin pada panitia dan pengurus agar ia bisa pulang bersama Sisilia karena alasan sakit. Pengurus pun mencatat nama dan mengizinkan mereka.
Sementara itu kegiatan di organisasi masih berlanjut. Fandi masih menjalankan berbagai perkenalan dan Raka sudah keluar karena ia masih punya urusan. Sisilia yang setibanya di kos langsung rebahan dan membenamkan mukanya ke bantal. Sisilia tak tahan mengingat betapa malunya ia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Aqiyu
👣😶
2021-08-01
0