.

10.00. Jam istirahat telah tiba.

Aku dan Nara sedang memakan bakso di kantin sambil berbincang-bincang.

"Aku tahu, kenapa tadi kamu bisa menyelesaikan hukuman secepat itu."

Tutur Nara dengan wajah menantang.

"Kenapa?."

Jawab ku melahap bakso.

"Karena Radit bantuin kamu, jadi dapat dengan mudah menemukan ka Ell."

Jelasnya, tersenyum tulus memainkan sendok di bibirnya.

Aku terdiam, sedikit berpikir dengan perkataan yang baru saja Nara lontarkan.

"Radit? Siapa Radit? Dan kenapa dengan dia?."

Heran ku berhenti mengunyah.

"Pria yang bantuin kamu tadi. Radit itu kalau tidak salah adiknya ka Ell, atau sepupunya ya? Tidak tahu deh keluarga mereka sedikit tertutup."

"What. Kamu serius Na? Kok bisa?."

"Emm. Memang tidak dapat dipercaya."

Ujarnya, membuatku mengangguk setuju dengan argumennya yang satu ini.

"Kok kamu bisa tahu?."

Tanya ku mulai penasaran.

"Aku, Radit dan ka Ell itu satu SMP. Dan kita juga tetanggaan."

Santainya.

"Pantas saja."

"Kelas yu! Bentar lagi juga masuk."

Ajaknya padu ku. Kita langsung beranjak menuju kelas.

.

12.30, jam pulang telah tiba.

Para siswa berhamburan meninggalkan sekolah, begitupun aku dan Nara yang masih sibuk membereskan buku.

"Kamu pulang naik bus Al?."

Tanyanya berdiri di dekat mejaku.

"Emm. Nah kamu?."

"Aku di jemput supir Al. Kamu mau ikut?."

"Tidak usah Na. Lagian, aku harus mampir ke satu tempat dulu."

"Yasudah. Kita bareng sampai gerbang saja."

"Oke deh. Yuk!."

Kita berjalan berdampingan, walaupun badannya lebih tinggi dariku. Nara terus saja berbicara, memaksaku untuk terus memfungsikan ke-dua telinga yang mulai kelelahan ini.

"Dahhh. Hati-hati Al, nanti langsung pulang."

Pamitnya, meninggalkan ku yang masih berdiri di pinggir jalan.

Sementara, Nara sudah pergi dijemput supir pribadinya.

Aku berjalan menuju terminal, dan untunglah bis itu tak lama telah datang.

Aku berhenti di pertengahan jalan, karena berniat untuk membeli bakso dan eskrim kesukaan ku.

"Pak, seperti biasa." Pesanku sambil duduk ketika telah sampai di sebuah kedai bakso milik pak Toni.

"Siap neng."

Ujarnya, bergegas melayani. Hingga tak lama kemudian, pak Toni menyodorkan pesanan ku.

"Ni neng, sekarang baksonya resep terbaru."

"Wah, semoga Alena sudah pak."

"Iya, di coba saja neng."

Aku mengangguk senang. Sementara pak Toni kembali sibuk dengan kegiatannya.

Skip ya!

Jalan raya

"Turun!." Titah seorang pria pada seorang gadis di sampingnya.

"Kenapa? Bukannya rumah aku masih jauh."

Jawabnya sedikit takut dengan wajah melas.

"Gue bilang turun ya turun. Lagian siapa juga yang mau nganterin Lo sampe rumah?."

Ketusnya, membuat gadis itu tertunduk dan pasrah.

"Tapi Radit, tadi kamu bilang mau nganterin aku sampe rumah."

Kekehnya pada pria yang ia panggil Radit tadi.

"Itu karena tidak mungkin kalau Ell yang ngantar Lo pulang. Jadi lebih baik Lo turun."

Datarnya, menyandarkan tubuhnya pada jok mobil.

Tanpa berkata lagi, perempuan itu turun dari mobil Radit dan berdiri di pinggir jalan raya.

Radit pergi tanpa memperdulikannya, sungguh tak berhati bukan? Tapi tunggu, sebenarnya dia cemburu karena perempuan itu kembali dekat lagi dengan ka Ell.

Tadi, Radit memang berkata akan mengantarkan Naya sampai rumahnya pada Ell, ketika mereka bertemu di bibir gerbang sekolah.

Dia tidak suka jika Ell dekat dengan Naya, mangkanya dia berani berkata seperti itu.

Naya menarik napas dengan berat, dan mencari-cari bis untuk mengantarkannya pulang.

"Sebenarnya, mengapa Radit menjadi berubah seperti ini?."

Lesunya, memandang langit dengan nanar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!