Perjodohan Anak SMK

Perjodohan Anak SMK

Cerita baru

Namanya senja, Senja Anansya. Lahir sebagai anak tunggal dari keluarga Arya. Ayahnya bernama Pak Arya Ananto dan sang ibu bernama Nesya. Ia memiliki paras cantik, namun dengan tinggi badan yang kurang memuaskan. Dia juga dikenal sebagai siswa cerdas dan berbakat. Tak jarang Ia menjadi incaran para kaum Adam. Akan tetapi, baginya cinta hanya membuat semua tawa menjadi luka. Hingga Ia menutup hati dan acuh akan hal itu.

Kakinya sedang Ia paju menyusuri kolidor sekolah, lalu memasukki ruang kelas XI Bahasa 1. Ia duduk di bangku urutan ketiga jajaran ke dua. Setelah menyimpan tasnya di atas meja, lengannya meraih ponsel dari saku baju dan memasangkan headset pada kedua telinganya. Melodi yang selalu membuatnya tenang, lirik lagu yang seolah mewakili semua yang ingin ia katakan. Memang begitu anggapan semua para pecandu musik. Karena satu lagu telah usang, senja lalu membuka game di handphonenya.

"Pagi An." Sapa seorang gadis yang duduk dibangku belakang. "Woy." Teriaknya melepaskan satu headset dari telinga Senja. "Apa si Re." Ketusnya memasangkan kembali headsetnya. "Aku lihat tugas hari ini dong! please." Rengeknya duduk disamping Senja. "Kebiasaan banget si Re. Mangkanya belajar, bukannya ngabisin waktu gak jelas." Ketus Senja membuat gadis disampingnya mendengus kesal. "Iya-iya, nanti aku belajar, sekarang lihat dulu tugasnya." Bela dia. "Nah." Ujar Senja memberikan buku pada temannya.

Dia Rena, teman senja yang kerjaannya hanya nyontek dan membuat Senja repot. Dia hampir semapai dengannya, hanya sedikit lebih gendut dari senja. Cerewet, gampang jatuh hati, dan egois itu karakternya. Tapi, aneh saja kenapa senja tetap mau berteman dengan orang seperti dia. Rena sibuk menyalin tugas Senja, sementara senja sendiri masih sibuk mendengarkan musik.

"An. An kamu tahu gak, El pindah sekolah loh." Teriak seseorang menghampiri senja. "El?." Herannya sedikit mengingat-ingat nama itu. "Emm, yang waktu itu sempet deket sama kamu." Jelas wanita itu. "Oh dia. Terus kenapa?." Tanyanya datar. "Ya kali kamu seneng, taunya biasa aja." Ketusnya duduk disamping Rena. "El, yang tampan itu Sel?." Tanya Rena diangguki Selly dengan cepat. "kamu masih Deket sama dia An?." Timpalnya pada Senja, membuat gadis itu menggelengkan kepala. "kamu masih suka sama dia?." Tambahnya yang tetap dijawab gelengan kepala dari senja. Seketika senyum merekah di wajah Rena membuat Selly sedikit bingung namun memilih acuh.

Selly, dia juga sama temannya senja. Mereka bertiga bersahabat sedari satu kelas. Dia juga lumayan cantik, namun tinggi badannya lebih tinggi dari senja dan Rena. Sama saja, dia juga suka nyontek tugas Senja.

10.00. Jam istirahat tiba. Semua siswa berhamburan memenuhi are kantin, begitupun senja dan kedua temannya. Mereka sedang menyusuri kolidor untuk pergi ke kantin. Di sepanjang perjalanan, banyak siswa yang membicarakan perihal kedatangan murid baru yang begitu tampan. Ya, siapa lagi kalau bukan El, seperti yang Selly bilang.

"Hai Ell. Kenalin, gue Vannes." Ujarnya mengulurkan lengan pada El yang sedang duduk dengan teman barunya di salah satu bangku kantin. "Oh. Oke." Jawabnya datar. "What. Hanya itu, eh Lo tahu gak? Di sekolah ini, banyak banget ya ngejar-ngejar gue, dan Lo. Ist." Ketusnya memukul meja. "Tapi gue perduli." Acuh El membuat Vannes mendengus kesal dan pergi, di ikuti antek-anteknya.

"Idih keganjenan banget si tu cewe." Kesal Rena melihat tingkah Vannes pada Ell. "Dia kan sudah biasa seperti itu." Timpal Selly. "Siapa yang mau pesen makanan?." Tanya senja kemudian. "Senja." Jawab kedua temannya, Senja hanya menghela napas dan langsung pergi tanpa memperdulikan keberadaan Ell.

"Eh Tu mata di pake dong! Gak lihat gue apa hah?." Bentak Vannes karena tak sengaja Senja menabraknya. Padahal, jelas-jelas Vannes sendiri yang lebih dulu nabrak. "Sorry ya Vannes. Bukannya Lo yang nabrak gue duluan." Jawabnya menepuk-nepuk roknya yang kotor karena terjatuh. "Hah. Lo, Lo cewe yang so itu kan? hhhha, culun juga Lo." Ledeknya. "Sebentar. Siapa yang bilang culun? Gue? Hah, kalau gue culun, belarti Lo iblis dong." Ledeknya kembali.

"Berani Lo sama gue hah? Berani?." Bentak Vannes mendorong-dorong tubuh Senja. "Kenapa harus takut. Kita sama-sama manusia. Kalau Lo beneran iblis baru gue takut." Jawab Senja menantang. "Bedebah Lo." Emosinya mendorong tubuh senja hingga mengenai meja dan terjatuh. "Au." Rengek Senja.

"Heh Vannes, kurang kerjaan apa Lo? tiap hari cari masalah Mulu." Ledek Yudi, membopong Senja untuk berdiri.

Rena dan Selly hanya melihat senja dengan raut wajah kasihan. Tapi, mereka tidak mau ikut campur. Apalagi jika urusannya bersangkutan dengan Vannes. "Gua? Yang ada dia yang cari masalah." Ketus Vannes menunjuk Senja. "Sudahlah Di, ngeladenin orang kayak dia tidak akan ada beresnya." Lerai Senja, membuat Yudi hanya tersenyum. "Apa Lo bilang? Heh-heh." Emosinya. Namun, Senja dan Yudi meninggalkan Vannes dan teman-temannya. "Kalian kenapa gak bantuin si? Malah nonton. Temen gak guna." Emosinya menghentakkan kaki dan pergi dari area kantin.

Yudi Yudistira. Anak pemain futsal, sangat terkenal di kalangan kaum hawa. Apalagi parasnya yang tampan dan otaknya yang jenius, super-super deh pokoknya.

"An. kamu tidak papakan?." Tanya Rena menghampiri senja dan Yudi di ikuti Selly. Bukannya menjawab, Senja malah pergi begitu saja meninggalkan kedua temannya. "Sel, dia kok pergi?." Heran Rena tanpa merasa bersalah. "Entah." Jawab selly acuh. Sementara, Ell hanya memperhatikan kejadian itu tanpa ikut campur. 'Dia benar-benar brutal.' Batinnya tak perduli.

"Ahhhh. Brengsek, awas saja hah, gue tidak akan membiarkan dia tenang." Emosi Vannes mengacak-acak kelas. "Tapi. Gue sarankan, Lo hati-hati dengan dia. Lo kan tahu." Timpal Ema salah satu dari antek-anteknya yang lumayan berguna bagi Vannes.

"An. Dengkul kamu." Teriak Yudi. Senja berhenti melangkahkan kakinya, dan memperhatikan bagian kedua dengkulnya. "Pantas saja terasa sakit." Gumamnya sedikit ngeri melihat darah. "Lebih baik di obati dulu An." Saran Yudi. Senja menatap laki-laki itu dengan lekat, lalu tersenyum. "Baiklah. thanks untuk hari ini." Jawabnya meninggalkan Yudi yang masih mematung di tempat. "Kenapa hari ini dia begitu sangar? Biasanya dia lebih memilih diam, lalu pergi." Heran Yudi menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. "Selalu saja, tidak bisa di tebak. Perempuan antik." Pujinya tersenyum. Ia lalu melangkahkan kakinya sambil memasukkan kedua lengannya ke dalam saku celana.

"Au." Rengek Senja saat mengobati lukanya sendiri di UKS. "Tenaganya lumayan juga si Vannes." Kagumnya tersenyum getir. "Apa luka dengkul kamu parah?." Tanya seorang laki-laki yang berdiri di ambang pintu. Senja tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena cahaya mentari membuatnya terlihat buram.

Terpopuler

Comments

Harianto Lika

Harianto Lika

afwan y thor coba di koreksi kembali,, buka lengan thor tapi tangan✋,, kalau lengan itu di bawah pundak,, 🙏tetap semangat thor 💪

2022-04-06

1

Selamat Hermawan

Selamat Hermawan

saya sangat suka membaca

2021-07-22

2

Alena Pramadani dewi

Alena Pramadani dewi

cerita baru

2021-03-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!