.

ka Dafa menatap bocah laki-laki itu dengan sinis dan emosi yang meluap-luap.

"Daf. Tenanglah."

Ujar salah satu teman perempuannya.

"Apa ada yang salah?."

Tanya siswa baru itu santai. Ia seolah tidak melakukan kesalahan atau memang tidak merasa bahwa prilakunya itu salah.

"Berdiri di depan sampai acara selesai!."

Titah ka Dafa padanya.

Tanpa menjawab, pria itu beranjak dan berdiri di depan kelas. Wajah tampannya tak mampu dikondisikan, membuat para kaum hawa berbisik-bisik.

Aku menatapnya dengan malas, lalu ia melirik ku membuat diri ini buru-buru memalingkan wajah.

"Baik. Mari kita mulai permainan nya."

Ujar salah satu pembimbing kami.

"Jadi, kita akan bernyanyi sambil menjalankan penghapus bor ini, ketika lagu di hentikan, maka yang memegang penghapus bor akan mendapatkan hukuman. Paham?."

Tambahnya menjelaskan.

"Paham."

Jawab kami serentak.

Permainan di mulai, sudah banyak korban dari permainan ini, ada yang mendapatkan hukuman bernyanyi, menari, bahkan sampai menggombal kepada kakak seniornya.

"Stop."

Ujar ka Dafa, tersenyum padaku.

'What. Aku?'

Tegang ku menatapnya.

"Kamu, sini maju!."

Titahnya lembut. Aku melirik Nara yang mengisyaratkan bahwa tidak akan terjadi apapun.

Aku berjalan dan berdiri di depan.

"Em, hukuman kamu apa ya? Emm berfoto dengan ketua OSIS kita."

Ujarnya membuatku syok.

"Tapi ka. Saya tidak tahu ketua OSIS yang mana."

Ujar ku, karena memang statusnya masih di sembunyikan. Maklumlah, itu sebuah kejutan bagi siswa baru.

"Kalau gitu, kamu cari tahu bersama dia."

Sangut senior lain, menunjuk pada laki-laki yang masih berdiri karena dihukum tadi. Pria melirik ke arah ku dan memainkan bibirnya dengan wajah datar.

"Emm."

"Baiklah."

Ujarnya berjalan menuju keluar kelas.

"Ayo berangkat!."

Yakin ka Dafa padaku. Aku buru-buru menyusul pria tadi.

.

kolidor

"Kenapa harus dia?."

Gumam ku memainkan bibir.

"Jalan samping gue!."

Ujarnya menghentikan langkah kakinya.

Aku kebingungan dan hanya diam. Dia membalikkan tubuh tingginya dan menatapku dengan malas.

"A-aku?."

Tanya ku menunjuk diri sendiri.

"Menurut Lo?."

Sinisnya, membuatku mendengus kesal.

"Lo tahu siapa nama ketua OSIS nya?."

Tanyanya lagi, ketika kita mulai berjalan. Aku menatapnya sesaat dan berpikir. Mana aku tahu, kalau sudah tahu tidak mungkin sekarang kamu bersama aku, bego atau gimana si ni orang.

"Emm."

Jawab ku menggelengkan kepala. Dia menghela napas dan mengusap wajahnya.

"Kenapa?."

Heran ku dengan perilakunya.

"Tidak ada."

Jawabnya membuatku pasrah.

"Ketua OSIS kita bernama Ell, Ell Dabagas."

Jelasnya menatapku.

"Ell? Ell Dabagas?."

Tanggap ku tak percaya.

"Emm. Lo tahu orangnya?."

Ujar dia memperhatikan ku yang sedang tidak percaya dengan kenyataan yang baru saja di dapatkan. Dan aku tak sengaja melihat seseorang yang sedang ku cari itu.

"Nah, diakan?."

Senang ku menunjuk seorang pria yang sedang mengobrol dengan seorang wanita di dekat lapang basket.

"Ya. Sana pergi!."

Titahnya, aku menatap dia dengan dalam, dan mengerutkan dahi.

"Kenapa?."

"Lo juga ikut."

"Tidak."

"Kalau gitu, kita kembali ke kelas tanpa menyelesaikan hukumannya."

Ujar ku membuatnya kembali menarik napas dengan kasar.

Ia lalu berjalan lebih dulu menghampiri ketua OSIS nan gagah itu.

"Ell."

Panggilnya, membuat ka Ell terkejut. Dan menatapnya dengan santai.

"Nanti kita diskusi lagi Dev. Sekarang kamu bisa kembali bertugas."

Ujar ka Ell pada wanita di hadapannya itu. Lalu beralih pada kami.

"Kamu."

Ujarnya, setelah melihat ku. Aku tersenyum dan menundukkan pandanganku.

"Ada keperluan apa?."

"Cewe ini dihukum, dan harus mendapatkan foto bersama dengan Lo untuk menyelesaikannya."

Sahut pria yang datang bersamaku. Padahal aku rasa ka Ell bertanya pada ku, kenapa dia yang jawab? menyebalkan.

"Dan Lo?."

"Gue disuruh bantu dia, malas juga kalau harus berfoto dengan Lo."

Jawabnya membuat ku kebingungan.

'Ada hubungan apa mereka? Kenapa seperti saling kenal namun saling tidak suka.'

Batinku menatap ke dua pria itu bergantian.

"Emm. Tolong ambilkan foto buat aku bisa?."

Tanya ku gugup, sambil menyodorkan handphone milikku padanya.

"Emm."

Jawabnya. Aku dan ka Ell langsung berdiri berdampingan namun dengan jarak yang cukup jauh.

"Lo mau foto bersama, atau mengambil foto jarak."

Ketusnya. Tiba-tiba ka Ell meraih pundak ku hingga tidak ada jarak lagi di antara kita.

'Ahhh, Tuhan kuatkan jantung ini.'

Sabar Al, ini hanya sebagian perlakuan kasih dari senior pada junior nya. Jadi, Lo tidak perlu berpikir yang berlebihan.

Batin ku tak kuasa.

"Nah."

Aku mengambil handphone ku dan melihat foto yang indah itu. Aku menatap ka Ell yang tersenyum pada ku.

"Terimakasih ka."

"Sama-sama."

Jawabnya.

"Mari pergi, pegel kaki gue."

Mendengar itu, aku buru-buru menyimpan handphone ku ke dalam saku, sementara dia sudah berjalan lebih dulu.

"Duluan ka."

Pamit ku yang langsung di angguki ka Ell.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!