Caterine memasuki unit apartemennya dengan wajah berseri - seri. Disapanya sang kakak satu persatu dengan muka ceria.
Saat ini semua bunga didalam hatinya telah bermekaran . Ketiga kakaknya yang melihat gelagat sang adik merasa terheran - heran.
"Apakah mendapat kesempatan main di film dilayar lebar bisa membuat orang menjadi gila seperti itu" , tanya Dave, kakak kedua caterine yang berprofesi sebagai dokter.
" Apa guna sekolah kedokeran jika masih nanya ", ucap Sebastian asal jeplak.
"Aku spesialis penyakit dalam, bukan dokter jiwa, BAMBANG" , ucap Dave sewot sambil melempar bantal ke muka adiknya.
Sebastian yang tidak terima langsung membalas perbuatan kakaknya. Perang bantal pun dimulai.
Sedangkan George, kakak pertamanya yang sibuk dengan laptopnya seakan tak perduli dengan kelakuan dua adik lelakinya itu.
"Kalau kalian ingin bertengkar, sebaiknya pulang saja" , usir Caterine sambil menunjuk pintu keluar dengan muka garang.
" Sabar...", ucap mereka berbarengan.
Sebelum adik kesayangannya itu semakin marah, mereka segera membereskan dan merapikan semua kekacauan yang telah mereka buat.
Sementara itu Caterine dari arah dapur masih mengawasi tindakan kedua kakaknya dengan tatapan tajam.
Saat semua makanan sudah selesai dimasak, gadis cantik itu segera menatanya di meja makan dan memanggil ketiga kakaknya untuk makan malam bersama.
"Masakanmu makin hari makin enak aja dik. Apa nggak ada rencana buka restoran apa café gitu ", ucap Dave yang mulai mengisi piring keduanya dengan nasi dan lauk.
"Iya, sayang kalau bakat yang ada tidak disalurkan. Untuk modal, minta saja ke kakak ", ucap Dave santai sambil melirik George.
Sedangkan George yang menjadi objeck pembicaraan mereka hanya cuek sambil terus menyantap makanan yang ada di atas piringnya.
Setelah selesai makan malam, empat bersaudara tersebut terlihat mulai asyik bercengkrama di ruang tamu sambil sesekali tertawa saat salah satu dari mereka mengeluarkan lelucon atau bertingkah aneh yang memicu gelak tawa.
George sangat bahagia melihat keakraban ketiga adiknya tersebut, kemudian dalam diam mulai memandang Caterine dengan tatapan cemas.
Meski selama ini adiknya itu tidak pernah mengeluh dan selalu bisa mengatasi permasalahan yang ada.
Tapi sampai saat ini dirinya masih belum bisa merelakan jika adik perempuan satu - satunya itu menekuni dunia acting seperti yang dijalaninya sekarang.
" Kuliahmu selesai kapan...?", tanya George yang langsung membuat semua orang terdiam.
Meski pertanyaan tersebut terlihat klise, tapi tidak bagi ketiga adiknya yang sudah mengetahui maksud dan tujuan dari sang kakak mengeluarkan pertanyaan itu.
" kurang dua tahun lagi ", ucap Caterine singkat.
" Masih lama juga ya" , ucap George datar.
" kalau begitu selesai syuting kamu langsung magang dikantor ", perintah George sambil memakan camilan yang ada dimeja.
" Oke...", ucap Caterine pasrah.
Karena percuma saja membantah perintah yang sudah diberikan oleh kakak pertamanya itu jika sudah menyangkut masalah ini.
Lebih baik sekarang dia mengikuti apapun yang dikatakan oleh kakaknya itu, nanti pas lulus baru dipikirkan lagi caranya menolak dengan halus agar kakaknya tidak marah.
Caterine selalu begitu agar kepalanya tidak pusing memikirkan sesuatu hal yang masih jauh.
Mottonya hidup mengalir seperti air, jadi jalani aja apa yang ada didepan mata. Kalau ada hambatan, baru kita pikirkan cara untuk mengatasinya.
Mungkin karena terlalu santai dan tidak berambisi dalam segala hal membuat ketiga kakaknya tersebut terkadang merasa gemas.
Namun mereka juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pola pikir adik bungsunya itu, karena semua yang dilakukannya adalah demi dirinya dan kesehatan tubuhnya.
Sebenarnya daya tahan tubuh Caterine sangatlah lemah, jika dia terlalu stress ataupun lelah pasti akan jatuh sakit.
Kondisi sang adik yang sangat lemah sejak lahir membuat Devian akhirnya memilih menjadi dokter, agar saat kondisi kesehatan adiknya menurun dia bisa segera mengobatinya.
"Kapan mulai syuting ?", tanya Devian sambil berjalan menuju dapur mengambil kue yang barusan dibuat adiknya.
" Minggu depan" , ucap Caterine cuek.
"Jaga kondisi dan jangan lupa minum vitamin " , ucapnya sambil memasukkan vitamin yang dibawanya ke kotak obat.
"Lalu bagaimana kuliahmu ", tanya George penuh selidik.
" Mungkin nanti akan lebih banyak lewat daring. Aku sudah mendiskusikannya dengan professor Gerald" , ucap Caterine menjelaskan.
" Kenapa kamu masih berhubungan dengan professor itu" , ucap Sebastian dengan nada tidak senang.
" Kenapa tidak. Professor Gerald cukup baik dan selam ini selalu membantuku jika ada permasalahan dikampus ", ucapku membela diri.
"Sudah kubilang, dia itu tidak tulus padamu. Ada motif tersembunyi ", ucapnya lagi.
"Lagian dia juga terlalu tua dan kelihatannya kolot. Tidak cocok denganmu" , ucap Devian menimpali.
"Hallo...aku tidak pacaran dengannya. Lagi pula dia bukan tipeku , ucap Felicia sewot.
"Baguslah jika begitu " , ucap Sebastian lega.
Perhatian yang diberikan oleh ketiga kakaknya memang kalau dilihat agak berlebihan.
Bahkan mereka juga mengurusi masalah pribadi Caterine hingga dengan siapa saja dia bergaul.
Possesif, kata itulah yang sering dibilang oleh teman - temannya tentang ketiga kakaknya.
Tapi Caterine tidak perduli, justru dia merasa sangat nyaman dengan semua perhatian yang diberikan oleh ketiga saudaranya itu.
Untuk masalah Stevanus, tampaknya Caterine masih harus menutupi dari ketiga kakaknya sampai dia yakin bahwa apa yang dirasakan ini adalah cinta.
Bukan hanya semata - mata terbawa oleh sosok Ranly yang ingin diperankannya secara nyata dalam drama yang akan dilakoninya.
Setelah hari sudah semakin larut dan tidak ingin menganggu waktu tidur adik bungsunya, satu persatu kakaknya mulai meninggalkan unit apartemennya.
Dan sekarang tinggalah dia sendiri berada dalam kamar.
Dengan muka merah merona, Caterine membayangkan melakukan semua dialog tersebut bersama dengan Stevanus.
Karena berusaha untuk tidak mengecewakan semua pihak, perannya sebagai Ranly sampai terbawa kedalam mimpi.
.
.
.
.
Satu minggu kemudian....
Hari ini adalah syuting perdana fim berjudul "Bahagia Bersamamu" .
Berkat membayangkan wajah Stevanus yang diterapkan kepada lawan mainnya, acting Caterine mendapat acungan jempol dari semua pihak.
Hampir tidak ada dialog dan adegan yang diulang, semua berjalan dengan lancar.
Hal tersebut membuat Radit yang berperan menjadi Mario mulai melirik keberadaan Caterine.
Saat pertama Radit dipasangkan dengan Caterine dia sempat memandang artis pendatang baru itu dengan sebelah mata.
Tapi sekarang pandangannya terhadap Caterine telah berubah seratus delapan puluh derajat, menjadi kagum akan actingnya yang begitu menjiwai.
Jika semua cukup puas dengan hasil syuting hari pertama ini, tapi hal tersebut tidak berlaku bagi Isabel.
Dia merasa iri hati dengan semua keberuntungan yang diterima oleh Caterine.
Karena sifat irinya tersebut, maka dia seharian ini fokus terhadap semua gerak - gerik Caterine hingga peran yang dimainkannya sedikit terabaikan.
Akibatnya banyak dialog yang dia lupakan sehingga harus mengulang adegan berulang kali.
"Ada apa dengan dirimu. Fokus - fokus Isabel " , ucap Adele sang manager yang dari tadi memperingatinya agar fokus pada dialognya.
"Iya, bawel amat sich...", ucap Isabel ketus.
Sedangkan Adele yang sudah paham dengan sifat dan karakter artisnya hanya bisa geleng - geleng kepala.
Sebenarnya dia sudah tidak sanggup bekerja dengan Isabel karena sifatnya yang arogan dan egois, tidak mau mendengar pendapat orang lain.
Tapi karena dia masih membutuhkan banyak uang untuk pengobatan sang ibu, maka dengan terpaksa dia bertahan dalam situasi ini.
Selesai syuting, Caterine yang hendak pulang ditahan oleh Ratna yang menyuruhnya agar segera menghubungi CEO Wiratmadja Enterprice untuk membahas masalah pelanggaran kontrak yang dilakukannya.
" Pelanggaran kontrak apa...", tanya Caterine binggung.
" Aku juga nggak terlalu jelas. Pokoknya kamu disuruh telepon pak CEO Wiratmadja Enterprice sekarang" , ucap Ratna serius.
"Kenapa harus aku. Biasanya kan kamu bisa menghandle semuanya ", ucap Caterine sedikit emosi.
" Dia mintanya kamu sendiri yang datang, jika ingin masalah ini cepat selesai " , ucap Ratna menjelaskan.
" Aku sudah membuat janji untukmu besok jam satu siang" , ucapnya lagi
Caterine yang mendengar penjelasan Ratna hanya menganggukan kepala dan langsung melesat pergi karena dia ada perkuliahan online pukul delapan malam.
Dia tidak mau mengecewakan professor Gerald yang sudah membantunya mengatur jadwal perkuliahannya menjadi sistem daring.
Maka dari itu Caterine berusaha untuk masuk dalam setiap perkuliahan yang sudah diatur jadwalnya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments