Sore harinya. Si kecil sudah selesai mandi. Ia tengah menyaksikan kartun di televisi bersama Yuna.
Kemudian, layar kecil memperlihatkan gerbang utama yang terbuka dengan patuh. Seketika wajahnya menjadi penuh senyum. Dia menoleh kearah Yuna dengan senyum bahagia. Tatapan mata indahnya seolah bilang. Yeyy Daddy pulang. Dengan lincah dia segera berlari keluar.
“Pelan-pelan.” Yuna memperingatkan putranya. Dia ikut beranjak dan menyusul si kecil.
“Daddy ….” Arai langsung berlari kehalaman begitu Yuna membuka pintu. Kaki kecilnya menghampiri Leo dan langsung melompat untuk memeluknya. Leo menggendongnya, menopang tubuh Arai dengan tangan kirinya lalu mencium pipi si kecil dengan sayang dan rasa rindu dalam dirinya.
“Daddy, apa kau lelah?” tanya si kecil perhatian. Ia mengalungkan kedua tangan kecilnya di leher Leo. Leo membawanya melangkah menuju pintu utama. Ada Yuna disana tengah menunggu mereka.
“Tidak, Daddy masih sangat bersemangat,” jawab Leo. “Apa kau ingin bermain?” tanyanya.
“Ada yang ingin kuceritakan pada Daddy.”
“Oh ya? Apakah sesuatu yang seru? Nanti, setelah belajar kita bercerita yang banyak, okey.”
Sikecil mengangguk. Kini mereka telah sampai di depan Yuna. Leo sedikit membungkuk dan mencium bibir Yuna singkat.
“I miss you,” ucapnya dengan senyum. Tidak ada yang lebih membahagiakan selain bertemu dengan keluarga dan sebuah perasaan yang begitu hangat yang menyambutnya. Kemudian mereka bertiga masuk kedalam. Yuna meminta Arai untuk turun dari gendongan Daddynya. Dan putranya dengan patuh segera turun dari gendongan Leo. Dia tahu jika Daddy harus segera membersihkan diri.
Yuna kedapur untuk mengambil segelas air hangat lalu keatas menyusul Leo. Saat ia sampai, Leo tengah membuka dasinya. Yuna meletakkan gelas yang ia bawa di meja lalu segera mengambil alih apa yang dilakukan Leo. Ia membuka dasi itu lalu membuka kancing kemeja Leo. Satu, dua hingga semuanya terlepas. Kemudian ia
membuka pengait ikat pinggang Leo, hanya mengendorkannya saja, lalu ia berhenti.
“Kenapa tidak dilanjutkan?” tanya Leo dengan senyum menggoda. Yuna mendongak untuk menaatapnya. Mata mereka bertemu.
“Umm … aku belum menyiapkan air hangat untukmu,” jawab Yuna berbohong. Sebenarnya ia sudah menyiapkan semuanya.
“Tidak perlu.” Tangan Leo mengambil tangan Yuna lalu meletakkannya kembali di atas ikat pinggangnya. “Aku ingin kau membuka ini.” Ujar Leo tanpa melepas pandangan matanya.
Wajah Yuna memerah. Ia mengulum senyum di bibir manisnya. Itu membuatnya terlihat menggemaskan dengan kerlingan mata yang selah menggoda.
“Jika aku yang melakukannya, aku akan membuka semuanya dan tidak meninggalkan apapun ditubuhmu. Kau bahkan tidak boleh mandi setelahnya,” ujar Yuna dengan menggoda. Sekarang, ia tidak takut saat Leo menggodanya justru ia akan meladeni godaan Tuan suami dengan nakal.
“Dengan senang hati, lakukanlah, Sayang,” Leo merentangkan kedua tangannya mempersilahkan Yuna melucutinya.
Yuna menarik tangannya, lalu menjinjit untuk mencium pipi Leo singkat.
“Bukan untuk hari ini,” ujarnya. Ia menjulurkan sedikit lidahnya lalu segera melangkah melewati Leo. “Segera mandi.”
***@***
Malam harinya setelah mereka makan malam.
“Jadi, apa yang ingin kau ceritakan pangeran?” tanya Leo perhatian setelah ia selesai membacakan sebuah buku pada anaknya.
“Daddy.” Arai menatap Daddynya dengan pandangan mata yang merayu. Kedua bola mata jernihnya bergerak dengan ekspresi sedih. Persis seperti Yuna saat akan menginginkan sesuatu atau saat akan meminta maaf.
“Kenapa?” tanya Leo perhatian. Dia mengusap rambut putranya.
“Aku minta maaf. Hari ini … aku bolos lagi,” bibir mungil itu mengakui kesalahannya. Leo tersenyum lebar dan mengangguk. Ia suka kejujuran putranya.
“Kali ini, apa yang membuat putra Daddy tidak ingin belajar?” tanya Leo dengan kelembutan dalam suaranya. Ini sangat disukai oleh Arai. Daddy tidak akan marah padanya. Daddy adalah orang yang paling rasional menurutnya. Daddy harus mengetahui alasannya baru setelah itu mengambil tindakan tanpa marah padanya.
“Pelajarannya membosankan. Pelajaran itu lagi, itu lagi dan itu lagi,” jawab Arai jujur. Memang itu alasannya meninggalkan sekolah dan kabur kerumah Omanya. Leo terkekeh. Ia mengangkat tubuh Arai dan membuatnya duduk di atas meja menghadap kerahnya.
“Apa masih tentang berhitung?” tanyanya yang dijawab anggukan oleh Arai.
Leo mengerti … putranya selalu bosan pada sesuatu yang diulang. Hanya cukup sekali dan putranya akan mengerti.
“Itu karena ada teman yang belum paham,” jelas Leo perhatian.
“Tapi aku sudah paham Daddy,” jawab Arai. Dia menatap Leo kesal, dia berpikir jika daddy membela teman-teman dan gurunya, daddy tidak percaya padanya.
Leo mengangguk mendengar ucapan Arai, kemudian mengusap kepala anaknya dengan kasih. “Banyak sekali orang yang paham dan mengerti tetapi terkadang, mereka lupa. Jadi … Bu guru mengulanginya agar kalian tidak lupa.” Leo mencoba menjelaskan dengan perhatian.
________
Catatan Penulis.
Up bonus buat kesayangan. Lope lope ....
Jangan lupa like komen ya kawan tersayang. Padamu.
Mohon koreksinya kalau ada typo-typo.
Yang kurang berkenan dengan visual tokoh, mohon maaf ya. Mungkin memang ada yang lebih tapi aku nyari yang jarang dipakai visual. Dan ketemulah dia yang imut-imut, pipinya bakpou.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Noor Sukabumi
enaknya jadi anaknya daddy bolos juga g dimarahi,coba kalau kita yg bolos bkl digebukin sama emak😆😆
2024-08-25
0
Eni Ria
aku malu
2023-09-15
0
Eni Ria
wah tuan muda
2023-09-15
0