Deg-degan

sesampainya di lantai dasar, pak Reyhan masih menggendongku sampai ke meja makan dan mengambilkan makanan untukku

"buka mulutmu" perintah pak Reyhan

"tidak usah pak, saya masih bisa makan sendiri kok pak" ujarku

"ini perintah, jangan membantah" ucapnya lagi

"tap-"

"tidak ada tapi tapi" tegasnya

aku hanya pasrah dan mengikuti apa kata pak Reyhan, setelah selesai makan, pak Reyhan lagi-lagi menggendongku sampai ke kamar

"pak...saya bisa jalan sendiri, hm.. rasanya sih seperti itu.. karena kepala saya juga sudah tidak sakit" jelas ku

"tidak apa, tubuhmu ringan jadi itu tidak masalah" katanya

"...."

setelah sampai kamar, aku memberontak dan memukul-mukul bidang dada besar miliknya

"pak, turunin.. kan sudah sampai" berontak ku

"setelah diturunin emang mau kemana hm? melarikan diri, tanpa rasa terimakasih?" tanya pak Reyhan

"saya mau pulang, bukan melarikan diri pak" jawabku

"kenapa? bukankah kau sekarang tinggal sendirian?" tanyanya lagi sambil pelan-pelan menurunkan ku

"kata siapa? toh besok kakek, tante, om, Caca dan Yudha akan menemaniku dirumah untuk selamanya, kalau kak Ridwan belum pulang-pulang dari luar kota, sejak usia kak Ridwan 18 tahun, sekarang pasti umur kak Ridwan 29 tahun dan pasti sudah menikah, hmm kak Ridwan dikirim ke luar kota untuk melanjutkan pendidikan sekaligus kerja, huft jadi kangen kak Ridwan" ucapku sambil mengambil tasku dan berlalu pergi, namun tanganku dipegang dan ditarik kearah pak Reyhan dan menyisakan beberapa cm dari kami

"p-pak.. i-ini terlalu dekat" ucapku sambil menutup wajahku

"aduh..jantungku kenapa berdegup kencang gini? bukannya aku tidak suka pada pak Reyhan?" kataku dalam hati

"aku akan mengantarmu.. tapi.. jangan panggil aku pak Reyhan panggil saja mas Reyhan dan gunakan bahasa nonformal jika kita hanya berdua.." bisiknya

aku hanya mengangguk dan lagi-lagi harus pasrah dengan ucapannya

****

sesampainya dirumah aku melihat motor ku yang sudah terparkir di depan rumah dengan heran

"pak motor saya kok sudah disini? bukannya ada di taman?" tanyaku

"ekhem, panggilannya" ucapnya

"e-eh.. maaf mas.. hehe" ucapku cengengesan

"mas, ini siap-"

cup..

"c-ciumanku... arghh k-kok aku deg-degan gini, aku tidak mungkin suka sama mas Reyhan kan?" kataku dalam hati

"hah.. hah.. hey licik sekali... hah.." ketus ku

"apa?" tanyanya tanpa rasa bersalah

"sudah lah lupakan" ujarku sambil membuka pintu mobil

"Laura..." panggilnya dari dalam mobil

"kenapa?" tanyaku sambil berjalan lagi menuju mobil

"ingat tadi siang kan? yang ngomongin tentang Indah?" ujarnya

"hm..iya ingat" jawabku

"apa yang aku katakan?" tanyanya

"mas bilang.. aku tidak tertarik dengannya, tapi kalau kamu jadi istri ku itu lebih menarik"

"emang kenapa mas?" lanjutku

"jadi.. yang aku katakan tadi siang itu memang kenyataan, apa kau mau jadi istri ku?" jawabnya

"heee?!... aduh..gimana ya mas.. hm.. biar aku pikirin dulu mas, besok aku kasih jawabanku, soalnya ini mendadak"

"selamat malam" lanjutku yang langsung berlari masuk kedalam rumah karena malu sekaligus tidak percaya, sedangkan mas Reyhan tersenyum dan...

"manis sekali"

"selamat malam juga sayang.." lanjutnya dan menancap gas menuju rumahnya

.

.

.

.

.

"sunyi..."

"siang ini jam dua belas pemakaman mami dan papi, hmz izin saja deh tidak mengikuti pelajaran tambahan siang ini" kataku sambil menuruni tangga dan pergi ke kampus

***

sesampainya di kampus dan berjalan melewati ruangan dosen, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak ku

"Laura.." ucap seseorang tadi yang tak lain adalah mas Reyhan

"eh... kenapa pak?" tanyaku

"tawaran kemarin bagaimana? ditolak?" katanya

"hm...di... terima!" ucapku senyum

"bagus" balasnya sambil tersenyum

"ada apa ini?" tanya pak Indra, yang tiba-tiba muncul

"tidak apa, saya hanya meminta izin ke pak Reyhan.. kalau hari ini saya tidak bisa mengikuti pelajaran tambahan, dan akan pulang sekitar jam sebelas" jawabku, sesekali melirik mas Reyhan yang terlihat marah

"oh begitu baiklah, bapak kira ada apa" ujar pak Indra dan berlalu pergi

bel masuk pun berbunyi aku berlari menuju kelas terlebih dahulu, karena melihat ekspresi mas Reyhan, seperti sedang menatap mangsanya yang ada di hadapannya

*

"sekian pembelajaran kita dan akan kita lanjutkan nanti, silakan istirahat" ucap mas Reyhan sambil menatap ku

"iya pak" kata kami

"Ra, lo mau kemana? kan belum waktunya pulang" tanya Anna

"gue pulang duluan.. karena gue harus ikut ke pemakaman" jawabku

"pemakaman siapa" tanyanya lagi

"orang tua gue" jawabku singkat

"hah?!" teriak Anna

"Anna diam" ujar mas Reyhan dingin

"m-maaf pak.." kata Anna, yang membuatku ingin tertawa

"Ra... beneran?" tanya nya lagi pelan

"hmm"

"yang sabar ya Ra.." ujarnya

"ya udah gue mau pulang duluan" kataku

"hati-hati, gue enggak mau kehilangan lo" ucapnya sambil memelukku

aku hanya mengangguk dan mendatangi meja mas Reyhan, namun tanganku ditarik dan dibawa ke taman belakang sekolah

"tsk.. lepasin, sakit.." kataku sambil merintih kesakitan

diapun melepaskan pegangannya dan memeluk ku dengan erat

"maaf.. sakit ya?" ucapnya lembut

"hmm" ketus ku

"jangan marah, nanti imut dan cantiknya hilang" katanya sambil mengelus pipiku

"to the poin mas" ketusku

"oh iya, jadi gini yang nanti aku juga bakal ikut kami ya" kata mas Reyhan

"ngapain?" tanyaku

"mau ikut ke pemakaman dan meminta restu pastinya," ujarnya

"tapi...kan hari ini ada kelas tambahan mas" jawabku

"mas sudah bilang sama kepala kampus ini" katanya sembari tersenyum

"terserah mas deh" ucapku

"oke, mas jemput kamu" katanya

"mas tau dari mana kalau jenazah mami dan papi enggak ditempat ku?" tanyaku sambil mengalungkan tanganku dilehernya

"mas punya asisten terpercaya sayang" ucap mas Reyhan kemudian mencium ku

****

jam menunjukkan pukul setengah dua belas, kemudian bergegas berganti baju, tak lupa mengabari tante ku, 20 menit kemudian sebuah mobil sport terparkir didepan rumahku

tin tin...

aku bergegas keluar dan memasuki mobil sport milik mas Reyhan, dan dia tersenyum sembari mengelus kepala ku dengan lembut, lalu menancap gas menuju kediaman tanteku, yang sudah menunggu di sana

****

sesampainya di rumah tanteku, mas Reyhan memegang tanganku membuat warga disitu melihat kearah kami

"cie.. kak Laura sudah ada calon suami nih..." goda Caca

"bagus sih kalau kak Laura menikah dengan pria tampan ini hehe" lanjut Yudha

"diem kalian, kalau di denger sama kak Ridwan baru tau rasa kalian, gara-gara ganggu adik kesayangannya" ketusku

"hahaha slow dong kak.." tawa Yudha

"ekhem sudah ni ketawa nya? orang yang lain sedih kalian malah ketawa bahagia" ucap tante yang menghentikan tawa Yudha

"mampus kalian!" ketusku

"kamu juga sama Ra" lanjut om

"lah, kok Laura ikutan dimarahin sih om?, kan dua anak om duluan tuh yang nakal, om kan tau sendiri, kalau Laura ke rumah om pasti diganggu sama mereka" ketus ku yang membuat mas Reyhan tersenyum menahan tawanya

"kok sepertinya yang dimarahin jadi om ya bukan Laura" heran omku dan membuat tante, Caca, dan Yudha tertawa, sedangkan mas Reyhan hanya tersenyum dan melihat kearah ku

"oh iya kak, si kakak pria tampan ini siapa?" tanya Caca

"kakak enggak tau! tanya aja sendiri!" ketusku

"ih kak Laura mah galak, semenjak kak Ridwan enggak ada" ujar Caca

"oh iya lupa.. hm.. nama kakak siapa?" tanya Caca kepada mas Reyhan

"saya Reyhan Candrama Williams" senyumnya yang membuat ku semakin membara dalam amarahku

Terpopuler

Comments

Dian Indra

Dian Indra

iyo...mestine kuliahe libur...koq yo sek masuk...ga ada rasa sedih2e blas....hhh

2023-12-15

0

Cahaya Putri

Cahaya Putri

ortu meninggal masih smpat cengegesan

2022-05-16

1

Zhizi Arzeti

Zhizi Arzeti

iya

2022-05-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!