Hentakan musik disko membuat tubuh pengunjung diskotik tak henti-hentinya berjoget. Pria dan wanita, semua tenggelam dalam irama musik yang dimainkan DJ. Ada juga yang mengangkat tangan ke atas dan berlompatan. Bersorak penuh semangat. Menari girang bersama kawan di atas warna-warni lantai disko yang menyala berkerlap-kerlip. Bersenang-senang sepuasnya sampai pagi.
Ada juga beberapa tamu yang duduk santai bersanding minuman. Menghisap rokok lalu dihembuskan asapnya hingga asap-asap itu terlihat menyembul di sana-sini. Ada juga yang duduk ditemani wanita-wanita penghibur. Kepalanya menganguk-angguk mengikuti setiap hentakan musik.
Sedang di dekat bartender, Reva sibuk mengatur para pelayan agar melayani tamunya dengan baik. Beberapa pelayannya terlihat mondar-mandir mengantarkan pesanan minuman dan makanan yang dipesan tamu. Begitu juga dengan Mila, ia tengah mengantar pesanan ke salah satu meja. Di sana telah duduk dua pria berwajah oriental. Saat Mila sampai di meja itu, salah satu dari mereka langsung terpesona pada kecantikan Mila.
“Hai, boleh kenalan?” kata seorang pria berambut keriting yang langsung mengulur tangannya setelah menekan rokok di asbak. Dia tak mau wanita secantik itu dilewatkan begitu saja.
Ajakan pria itu mengejutkan Mila. Dia juga mencuri pandang pada pria itu. Tampan juga. Membuat dirinya tersipu malu.
Meski diliputi canggung, Mila perlahan mengulur tangannya menyambut tangan pria itu. Diam-diam hatinya berbunga-bunga, ada laki-laki setampan itu mengajaknya kenalan.
“Andre.”
“Mila.”
Setelah mengenalkan namanya masing-masing, secara bersamaan mereka melepaskan jabatan tangan. Takut makin salah tingkah, Mila memutuskan pergi dari hadapan pria yang bernama Andre itu. Sedang Andre terus memandangi kepergian Mila. Dia sangat terpesona pada kecantikan Mila.
“Gila, Bro. Sumpah gue nggak pernah liat cewek secantik dia,” puji Andre sambil menggelengkan kepala. Di ujung sana, sebelum Mila lenyap dari penglihatan mata, dia sempat menengok kembali lalu melempar senyum malu pada Andre.
“Ya bener cantik banget,” dukung teman Andre. “Buruan gebet, Bro.”
Andre mengangguk sembari mengacungkan ibu jari.
“Sip. Jangan panggil gue Andre kalo nggak bisa naklukin tuh cewek,” ucap Andre dengan begitu yakin. berlagak sombong, dia mengangkat kerah baju.
...*****...
Deru suara motor sport menyusul Mila berjalan pulang dari diskotik.
“Butuh tumpangan, Nona?” sapa pengendara motor itu pada Mila.
Mila menoleh sembari bertanya-tanya tentang sosok pria yang menyapanya itu.
“Maaf, siapa ya?” Ia tak tahu wajah di balik helm itu.
Pengendara motor itu cekikikan pada Mila yang penasaran. Merasa tak tega membuat gadis itu terus-terusan penasaran, orang itu pun membuka helmnya.
“Gue Andre, Mil.”
“Yaelah, Andre. Gue kira siape.” pekik Mila sembari tersipu.
Gadis sembari mencuri pandang pada penampilan Andre yang selalu terlihat keren itu. Ditambah motor sport yang ditungganginya kelihatan sangat macho. Sebagai perempuan, Mila terpesona pada kegagahan laki-laki yang baru dikenalnya beberapa hari yang lalu.
“Elu kalo pulang jalan kaki ya, Mil?”
Mila menggangguk.
“Pacar elu nggak jemput.”
Terkejut Mila dengan pertanyaan itu. Sebagai gadis yang punya banyak pengalaman asmara, dia tahu sedang dipancing agar memberi tahu kalau dia tidak punya pacar.
“Gue nggak punya pacar,” tandas Mila.
Sontak, hati Andre bersorak mendengar jawaban itu. Dengan begitu dia bisa leluasa mendekati Mila.
Namun, sebagai laki-laki yang berpengalaman dalam hal percintaan, ia tak boleh langsung percaya jawaban wanita. Andre tahu kalau zaman sekarang banyak wanita yang pandai berbohong juga. Ngakunya masih single ternyata udah punya suami. Kiranya masih perlu satu pertanyaan lagi untuk memastikan kalau Mila tak punya pacar.
“Akh masa. Elu nggak punya cowok. Nggak yakin gue. Zaman sekarang mana ada cewek secantik elu jomblo,” selidik Andre.
Ucapan Andre itu malah membuat Mila kesal. Dikiranya dia berbohong. Walaupun memang sering berbohong, tapi urusan hati tak mau berbohong. Kalau tak punya pacar, dia akan bilang tidak punya pacar. Baginya, percuma saja bicara pada laki-laki yang tidak percaya. Diliputi rasa kesal, Mila memilih mengabaikan Andre.
Melihat Mila kesal, Andre langsung panik. Merasa bersalah. Harusnya ia tak menanyakan itu. Alih-alih memancing, malah membuat Mila kesal. Namun dari tingkah gadis itu, pria berwajah oriental itu lantas tahu bahwa gadis itu memang tak punya pacar.
Buru-buru dia tancap gas untuk mengejar Mila.
“Mila maafin gue. Kalo gue tadi sedikit nggak percaya omongan elu. Tapi sekarang gue percaya kok.”
“Percaya apa?” cetus Mila.
“Ya, percaya kalo elu nggak punya pacar,” tandas Andre.
Sebenarnya, Mila senang pada tingkah Andre. Dia hanya berpura-pura saja. Ingin tahu seberapa niat Andre ingin mengenalnya.
“Oya mau nebeng motor gue nggak nih?”
“Nggak. Kontrakan gue udah deket,” tolak Mila. Ia menunjuk ke deretan rumah bercat putih beberapa meter di depannya. Semenjak bekerja di diskotik, dia memilih tinggal di rumah kontrakan.
“Gue boleh mampir?” tanya Andre. Begitu tahu tempat tinggal Mila, dia tidak mau menyiakan kesempatan emas ini.
“Boleh. Silahkan.”
Ucapan itu membuat Andre senang bukan kepalang. Benar-benar hari keberuntungannya. Sebab, ia mendapat jalan untuk lebih kenal dengan Mila.
...*****...
Tiupan angin semilir tepi danau terasa menyejukan. Betapa bahagianya perasaan seorang wanita jika di tempat yang begitu indah ini, ia menikmatinya bersama orang spesial.
Saat sang surya baru menampakkan sinarnya. Angin semilir bertiup begitu menyegarkan. Hidung mancung Mila menghirup dalam-dalam udara bersih ini. Begitu terasa menyejukkan di paru-paru. Sembari bersandar di bamper mobil, ia merentangkan tangan dan membiarkan tubuhnya diterpa angin sehingga rambutnya yang panjang tersibak. Sungguh suasana yang jarang dirasakan di Jakarta.
“Ndre, thanks ya elu udah ngajakin gue ke sini,” ucap Mila sembari menoleh pada Andre di sampingnya. Ia sangat senang diajak jalan di waktu liburnya.
“Sama-sama,” jawab Andre lalu memberi senyum.
Mereka pun kini saling berpandangan. Senyum Andre terlihat sangat menawan ditambah lesung pipitnya yang indah menambah tampan wajahnya. Andre pun terpesona pada kecantikan Mila.
Setelah puas memandangi wajah ayu Mila, kemudian Andre mengalihkan pandangan. Netranya kemudian tertarik pada sebuah bunga perdu merah muda di tepi tebing sana.
Lalu didekatinya bunga itu dan dipetiknya. Bunga itu dibawa ke hadapan Mila. Tangannya menyibak rambut yang menutupi telinga Mila, lalu diselipkannya bunga itu. Bunga yang menawan berpadu dengan wajah cantik Mila.
“Kau nampak sangat cantik,” puji Andre. Tangannya perlahan mendongakan wajah Mila yang menunduk malu. Ditatapnya wanita yang berhasil membuatnya jatuh cinta. “Bagiku kau seperti bidadari. Aku bersyukur bisa sedekat ini denganmu.”
Momen yang pas ini tak disia-siakan. Andre terus menarik hati Mila dengan kata-kata puitisnya. Hati Mila pun meleleh diperlakukan dengan begitu romantis. Tatapan mata Andre bagai anak panah yang meluncur. Menancap tepat di hatinya.
Wajah Andre mendekati wajah Mila. Gadis itu pasrah saja saat bibirnya bersentuhan dengan bibir lelaki yang telah berhasil membuat jantungnya berdebar tak karuan. Kini bibir keduanya saling berpagutan. Sejuknya angin perbukitan begitu mendukung suasana syahdu ini.
...*****...
Musik disko terus menghentak. Kepala Reva manggut-manggut mengikuti irama musik. Sedari tadi ia sedang mengawasi pintu masuk diskotiknya, menunggu kedatangan Mila. Sudah tiga hari ini, sahabatnya itu tak masuk kerja. Tanpa ada kabar sama sekali. Sebagai sahabat, ia bertanya-tanya ada apa dengan Mila.
Tak beberapa lama, Mila datang. Tangannya terlihat mengait siku Andre.
Diliputi rasa kesal, Reva bergegas menghampiri Mila. Ia harus menegur sahabatnya itu. Tangan Mila pun ditariknya dan dibawa menjauhi Andre.
“Mil, elu nggak berangkat kerja tiga hari kemana aja?” tukas Reva kesal. Tangannya menepuk bahu Mila.
“Sorry, Rev. Kemarin gue nggak kerja karena nemenin Andre,” jawab Mila seenaknya.
Mendengar Mila menyebut nama Andre, sontak mata Reva melirik ke arah laki-laki itu. Di sana pacar baru sahabatnya itu menanggapi santai. Mengangkat telapak tangannya menyapa Reva, tersenyum tanpa punya rasa bersalah.
“Elu yakin deket sama dia?” tanya Reva karena firasatnya mengatakan kalau pria bernama Andre itu bukan pria baik-baik. “Ati-ati lho Rev, soalnya perasaan gue nggak enak saat pertama kali liat tampangnya.”
Namun bukannya didengar, Mila malah langsung sewot diingatkan begitu. Bahkan meminta Reva agar tak berburuk sangka pada Andre.
“Jangan suka curigaan jadi orang. Elu belum tahu Andre. Dia itu orangnya baik,” elak Mila.
“Mil, sebagai temen, gue nggak mau elu kenapa-napa. Walaupun gue ini sama kayak elu yang suka dunia malam. Tapi gue lebih selektif milih pasangan. Bukannya elu juga tahu kalo di dunia ini ada cowok yang suka mainin perasaan cewek?” tukas Reva.
Sebagai wanita yang berpengalaman, Reva tentu tahu dengan beragam karakter laki-laki, Andre bukanlah laki-laki baik untuk sahabatnya. Tapi Mila belum bisa menerima nasihatnya. Di matanya, Andre adalah sosok laki-laki yang baik.
“Udahlah elu mulai sekarang nggak boleh ngurusin pribadi gue. Gue akui elu bos gue sekarang. Tapi elu nggak layak nyampurin urusan asmara gue.” tukas Mila, tanpa ragu menunjuk muka Reva.
Menurut Reva sikap sahabatnya itu sungguh keterlaluan. Gadis itu langsung naik pitam. Dengan gemas mendorong Mila hingga hampir terpelanting. Sepatu hak tinggi yang dikenakannya, membuat dia sulit menjaga keseimbangan.
“Kurang ajar elu ya. Berani-beraninya elu nunjuk-nunjuk muka gue. Gue ingetin malah nggak terima,” bentak Reva. Keributan itu seketika menjadi pusat perhatian tamu-tamu.
Melihat Mila didorong, Andre langsung mendekat dan membela Mila.
“Ekh jangan kasar dong sama cewek gue,” tukas Andre sambil memeluk lengan Mila. Menahannya agar tidak jatuh.
“Oke. Sekarang kalian berdua pergi dan nggak boleh nginjekin kaki kalian berdua di diskotik gue lagi,” usir Reva. Mengacungkan telunjuknya ke arah pintu keluar.
“Oke. Gue dan cewek gue nggak akan kembali ke tempat murahan ini,” balas Andre. Matanya melotot sangar pada Reva. Kemudian mereka berlalu dari hadapannya.
Ketika Andre membawa Mila pergi, Reva hanya bisa menggelengkan kepala. Tentunya ia sangat kecewa dengan sikap Mila. Kenapa dia bersikap begitu. Reva tak kuasa menahan tangis. Malu telah dilihat banyak orang, dia pun berlari meninggalkan tamu-tamunya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments