hari semakin larut, dian baru tiba di rumah nya saat jam 18.00 wita karena jalan begitu macet, banyak kendaraan mengantri sepajang jalan, dian memarkir mobil kesayangan nya di garasi.
Dian belum beranjak dari dalam mobil nya, dian masih betah berada di dalam sana, bayangan nya kembali memutar kejadian pagi tadi di lobi kantor hingga sampai saat sekarang.
Dian merasa kepala nya berdenyut tak mampu menghapus apapun dari ingtan nya.
Ia menarik nafas nya lalu membuang dengan kasar sambil menitihkan butiran bening dari pelupuk mata indah nya sambil mendeah frustasi, seolah tak mampu menjalani hidup nya.
"ya tuhan, kenapa semua terjadi pada ku? kenapa harus david? apa david menyadari apa yang di lakukan nya pada ku? hiks...hiks...hiks... anku menganggap david seperti saudara ku sendiri, tapi kenapa david tega pada ku?", dian masih saja menangis hingga bi ina datang mengetuk kaca mibil dari samping.
dian yang tak mau bi ina mengetahui apa yang terjadi pada nya, memakai masker menutupi mulut dan hidung nya dan menyaka sisa buliran air mata nya dengan tisue lalu membuka pintu mobil dengan pelan,
"selamat malam bik.. maaf yah aku lagi pilek", samapa dian sambil menjelaskan keadaan nya sebelum bi ina bertanya apa yang terjadi pada nya "
maafin aku yah bik, aku gak mau bibi ikut merasakan kesedihan padaku, aku terpaksa berbohong pada bibi", dian membatin sambil menunjukan rasa bersalah nya pada bi ina di balik masker.
"Non sebaik nya masuk rumah dan beristirahatlah di kamar, nanti bibi bawakan makanan kedalam yah",
bi ina sangat memperhatikan majikan muda nya, bi ina sangat menyayangi dian, mengingat kebaikan kedua orang tua dian pada keluarga bi ina hingga bi ina tidak mampu meninggal kan dian sendiriran sejak kejadian naas yang menimpa orang tua nya beberapa tahun lalu.
"gak apa-apa bi, bibi gak perlu repot-repot, aku masih kenyang, nanti kalau aku lapar, aku akan minta bantuan bi ina", sambil menggandeng tangan bi ina masuk sedalam rumah.
"baik lah non, jangan lupa minum obat non",bi ina sambil mengelus pungging dian,
dian menaiki tangga dengan perasaan yang tak menentu, dian duduk di depan meja rias melepas masker ynag membungkus sebagian wajah cantik nya. dian tersenyum miris dengan diri sendiri melihat pantulan wajah yang kini berhadapan dengan nya, cukup lama dian menatap wajah nya tanpa memperdulikan getaran handphone yang ada di tas nya.
30 panggilan terjawab dari pak albert dan sahabat nya winda
"maa, kok papa khawatir yah sama nak dian, sedari tadi tidak menjawab panggilan papa," dengan mengerutkan kening, pak alber merasa khawator pada calon menantu nya yang malang itu.
sedangkan dian barunmenyadari ada yang menelpon nya lagi, belum sempan mejawab panggilan berakhir begitu saja.
dian melihat 30 panggilan tak terjawab sambil mengerutkan kening nya.
"siapa yah, kenapa catatan panggilan taknterjawab nya sangat banyak sekali" gumam dian sambil menerka nerka.
alang terkejut nya dian saat melihat nama panggilan di balik layar pipih persegi panjang itu.
"astaga, kog aku gak menyadari sejaj tadi, pak alber? winda? ada apa yah? apa harus aku memanggil kembali pak albert dan winda? akhhg seperti nya alu harus menghubungi pak albert dulu",
saat hendak menghubungi kembali, pintunkamar dian tok tok tok,
"non ada telfon dari pak albert di ruangan keluarga",
suara bi ina nyaring memanggil dian yang hendak menghubungi pak albert kembali.
"ooh ba..baiklah bi, aku kesana sekarang, terimakasih bi",
dian berjalan sambil membuka kan pintu kamar menuju runagan keluagga yang di maksud bi ina dari balik pintu.
"hallo selamat malam pak!!", sapa dian sopan,
"hallo selamat malam nak, maaf mengganggu, bapak dan ibu khawatir, sejak tadi, bapak menelfon mu tapi tidak di respond nak, puji tuhan jika kamu sudah di rumah, apa kamu baik baik saja nak?",
rupa nya sejak dian tidak menerima panggilan, pak albert dan bu sinta menghubungi nomor rumah pak herry, memastikan apakah dian baik baik saja atau sebalik nya.
"maaf pak, tadi dian tidak menyadari panggilan dari bapak dan ibu, dian baik baik saja pak",jawab dian lembut pada kedua orang tua alvin
"aku gak mungkin mengadu sama pak albert dan bu sinta dengan apa yang terjadi pada ku hari ini", dian membatin.
"baik lah nak, istirahatlah jika memang begitu", bu sinta berbicara layak nya seorang ibu bagi dian,
"baik bu, terimakasih sudah memperhatikan dian", jawab dian
"ahh gak apa nak, kamu sudah ibu anggap seperti putri ibu, lagi pula sebentar lagikan kamu jadi calon menantu ku nak, heheheh", jawab bu sinta.
setelah panggilan berakir dian kembali ke kamar nya dan memberaihkan diri di kamar mandi.
di rumah keluarga pak albert sinaga, alvin baru saja tiba setelah singgah cafe sekedar nongkrong dan minum kopi bersama asistend nya. baru saja beberapa langkah.
pak alber menghentikan langkah alvin, "vin, sini duduk dulu nak", pak albert menepuk sofa kosong yang ada di samping nya.
"jadi, begini bak, besok kita pergi ke rumah calon istri kamu, papa tidak mau di bantah dan kamu harus menyiapkan diri", pintah pak albert pada anak semata wayang nya itu.
"apa pa??????
besok???? apa gak terlalu cepat pa? setidak nya biarkan alvin berkenalan dulu, mungkin saja gak cocok pa, alvin gak mau jika nanti terburu buru, rumh tangga alvin berakir di temgah jalan, mungkin juga di bukan wanita baik baik!!!", alvin membantah dan menekan setiap kata kata nya.
"cukup vin, papa udah bilang gak mau di bantah dan dia gadis baik baik, kamu akan bahagia bersama dengan gadis pilihan papa!", hardik albert pada alvin yang mulai membantah pembicaraan nya.
"tapi pah..._", alvin menggantungbkata kata nya hingga
PLAKKKKK
albert tidak segan melayangkan tamparan pada anak tunggal nya,.
alvin berdiri lalu berjalan mengambil langkah panjang nya hingga membanting pintu kamar dengan keras.
di kamar alvin berteriak histeris sambil menyapu semua benda-benda yang ada di meja rias kamar nya hinga berserakan di dasar lantai,
alvin meaninju cermin di hadpaan nya hingga terbaigi beberapa bagin dan luka yang ada di tangan alvin tidak sebanding dengan tamparan ayanh nya pada wajah tampan sang CEO baru itu.
pasal nya baru kali ini pak albert menampar wajah nya hanya gara gara wanita yang akan menjadi calon istri nya.
"seperti apa wajah mu hingga kau menghipnotis ayah dan ibu ku agar bisa menerima mu sebagai calon istri ku, aku akan membuat hidup mu menderita hingga kau tak akan merasakan bagaimana cara nya agar kau bahagia",
alvin mencium kepalan tangan nya yang terluka sambil menunjukan rahang nya yang keras.
.
.
.hay guyssss, jangan lupa like dan vote novel ku yah... dukunagan dan komentar darin para pembaca sangat membatu ❤️❤️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Liesdiana Malindu
bapak nya Alvin kok ringan tangan ya.
2021-11-25
0