drett drett drett, handphone genggam milik dian berkali kali bergetar diatas nakas dekat tempat tidur dian, dian meraih ponsel nya dan melihat di layar panggilan. swnyum pun terbit dari ujung bibir gadis manis itu. dian mendekatkan ponsel milik nya ketelinga
"hallo win, kenapa telpon pagi pagi gini, kangen yah sama aku", sapa dian percaya diri
"ahh gue kangen sama lo sayang ku, sahabat baik ku,baru sehari di singapore kog aku kangen yah sama kamu", kata winda dari sebrang.
yah, winda beragkat ke singapore kemari sore setelah pulang kerja, winda mengunjungi keluarga nya di negri jiran.
"hehehe, lekas lah pulang yah win, gue gak punya teman buat cuehat nih selain lo", sambil berjalan menuju balrom
"okay deh sayang, paling 3 hri aja di sini," kata winda sambil tersenyum yang tidak terlihat dian, namun dari cara nya berbicara, dian yakin saat ini sahabat nya lagi teraenyum tulus disebrang sana.
"oh ya, ngapain sih nyuru gue pulang segala," cerocos winda seolah mengintimidasi lawan bicara nya saat ini.
"yah gak kenapa kenapasih selain kangen doang, kan udah gue bilang pengen curhat aja gitu, lo kan sahabat gue , kalau bukan sama lo, sama siapa lagi sih gue cerita, heheh...", dian berbicara seoalah berharap sahabat nya cepat pulang..
sahabat nya seperti penghibur dikala dian lagi membutuhkan pencerahan dan penceramah. setidak nya itulah yang dipikirkn dian saat ini.
"kog gue jadi penasaran sama isi curhat lo dian, bisa gak ceritain aja sekarang?", winda berharap agar dian bercerita saat ini.
"gakk lah, tunggu lo sampai jakarta aja, oke," tutur dian dan akir nya dengan pasrah winda menyetujui sahabat nya... jika terus di paksa, dian pun akan tetap pada pendirian nya. itulah dian,.
hari ini dian berjalan di luar rumah, menyirami taman dan memberaihkan kolam ikan di belakng rumah dan menyiram sayur yang di tanam bi ina dan bi sum..
bi ina dan bi sum memanfaatkan pekarangan belakang untuk menanam sayuran seperri brokoli, kol, selada dan berbagai tanaman hijau, dian sangat bersyukur karena tuhan menghadirkan bi ina juga bi sum di rumah nya, wanita separoh baya itu sangat baik, baik sekali.
waktu terus saja bergulir, di apartemen ivan, alvin masi saja betah meringkuk di bawah selimut milik ivan, sedangkan ivan sejak jam 05:30, sudah berolah raga di ruangan fitnes hingga keringat bercucuran.
alvin bangun dari tidur nya mencari ivan di setiap ruangan, mata nya langsung menelusuri ruangan yang ada di samping nya, rungan tanpa tembok, hanya kaca bening transparan yang bisa melihat apapun kegiatan yang ada di dalam ruangan itu.,
alvin bersandar di tembok sambil melihat ivan yang lagi berolahbraga dengan berbagai gaya dan gerakan nya dengan lincah, seolah sedang mengawasi kekasih hati nya.
"apa dia lupa ada bos nya di rumah ini? apa dia sudah membuatkan sarapan untuk ku", alvin membatin sambil tetap mengawasi sang sahabat sekaligus asisten pribadinnya.
setelah bergulat dengan berbagai alat olahbraga nya, ivan memilih keluar ruangan dan menuju kulkas mengambil minuman, sedangkan alvin, mengikuti langkah ivan tanpa bersuara.
glek glek glek glek ivan meneguk air dengan lahap nya membasahi tenggorokan yang kering..
"mana sarapan gue", alvin meminta sarapan pada ivan serttt uhuk uhuk uhuk ivan mengeluarkn air dari mulut nya sambil batuk batuk karena kaget mendengar suara yang tiba tiba berada di belakang nya.
"oh my god, eh lu gak tau d*** banget sih jadi tamu, udah masuk rumah tanpa permisi, tidur si kamar gue tanpa minta dan sekarang seenak nya lo mau minta sarapan sama gue, emang lo pikir gua bini lo?, nikalah sanah sama pilihan om albert dari pada lo bikin gua pusing mulu", ivan berlalu dan menyenggol bahu alvin yang masih berdiri menautkan alis nya.
"lo kan asisten gue van, seharus nya lu ngikutin dong apa yang gue bialang, ataunlo mau gue pecat?", alvin seolah memperingatkan sahabat nya, siapa dia dan apa jabatan nya saat ini
"ahh lo gak usah nyari alesan deh, inikan hari libur, lo jadi bos saat jam kerja doang, kalau di luarkan lo bukan bos gue", ivan tidak mau kalah dan tetap membantah sahabat nya.
"gak..! kalau gitu gaji lo bulan ini gua potong", alvin mengancam sahabat nya.
dan siapa sangka dengan cepat ivan memohon
"gak boleh gitu lah vin, oke deh gua nurut, gua bikinin lo sarapan, tapi jangan coba-coba lo potongin gaji gue, kasihani gue lah, gua mau ambil bini nanti nya gimana? gua kan juga mau beli rumah, dari pada harus tinggal di apartemen, gak asik lo vin", ivan mendecik lalu pergi menyiapkan sarapan untuk alvin
"liat aja lo nanti vin, semoga aja calon bini yg di carikan om albert udah tante tante umur nya udah 40 tahun, dan gua bakalan ketawain lo nanti nya" sambil tersenyum senyum di dapur menggoreng nasi.
tanpa disadari alvin sudah ada di sebelah nya.
"ahhhhhh astaga, alvin lo ngagetin gua", sambil memegangi dada nya yang berdetak sangat tak beraturan.
sedangkan alvin masih dengan tampang datar nya tak menghiraukan ivan yang begitu kaget melihat nya.
"gapain lo berdiri disitu vin, sana!! minggir lo, gua buatin sarapn lo, mendingan lo duduk manis di meja nunggu gua selesai goreng nasi,!" pintah ivan sambil menunjuk ke arah meja makan mengusir alvin agar pergi duduk manis di meja makan.
bukan alvin nama nya jika dengan mudah nya mengikuti semua pintah ivan. "gak..!" tegas alvin pada ivan
"ngapain sig vin, hidup gua gak tenang banget deh" ivan frustasi sambil me****s sendok goreng yang ada di tangan kanan nya dengan gemes ke arah alvin,
"kali aja lo masukin ra**n ke nasi goreng buatan lo", jawab alvin santai masih dengan tanpa eksperesi di wajah nya.
karena tidak mau berdebat semakin panjang, ivan melanjutkan maskan nya dengan tampang sangat lelah yang di buat buat, sednagkan alvin masih dengan ekspresi datar nya tidak memperdulikan apapun yang terjadi pada ivan.
setelah selesai mengisi perut nya, alvin berdiri dan pergi meninggalkan ivan di meja makan
"dasar bre****k si alvin, gak sopan banget", gumam ivan seraya membereskan sisa makakan yang ada di meja...
"gua sumpahin lo dapat bini tante-tante cerewet vin", kesal ivan sambil menggeleng kan kepala nya berkali kali serasa frustasi dengan tingkah sahabat nya...
malam pun tiba, alvin mengerjakan pekerjaan kantor nya di rumah, alvin memeilih untuk bekerja di dalam kamar pribadi nya, entah kenapa, alvin merasa tenang di dalam kamar nya sendiri, ketimbang di ruangan kerja nya.
di kamar utama rumahh pak alber sinanga
"paah gimana sama alvin dan nak dian? apakah papa sudah membicarakan perjodohan itu pada alvin pa?",
cercah ibu sinta pada suami nya.
"iyah ma, papa udah bicara sama alvin, tapi anak kamu itu keras kepala", pak albert menjawab isteri nya,
"anak aku?
lalu anak kamu siapa pah?",
bu sinta sambil memicingkan mata nya,
sednagkan pak albert hanya tersenyum tanpa menanggapi sang istri..
.
.
.
hallo guysss jangan lupa dukung dan vote yah... masukan dan dukungan dari para pembaca sangat berarti bagi novel ini..
semoga kalian menyukai nya.. terimakasih ❤️🥰🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments