Bab 16

Satu minggu sudah Irlan memerankan dua peran. Menjadi seorang suami yang berusaha mencintai istrinya dan menjadi seorang kekasih terbaik untuk kekasih gelapnya.

Irlan pun sudah menyewakan apartemen untuk di tinggali Melda. Memberikan uang untuk biaya hidup Melda. Bahkan uang yang diberikan Irlan ke Nia selama sebulan adalah uang yang hanya cukup untuk seminggu Melda.

Hari ini seperti biasa Nia memasak untuk sarapan suaminya. Sudah ada Bik Imah yang membantu Nia mengurus rumah.

"pagi kak..." sapa Nia ketika Irlan menghampirinya di ruang makan.

"pagi.."

Nia pun melayani suaminya,mengambilkan nasi goreng spesial sosis,bakso dan telur ke dalam piring suaminya. Menuangkan air putih untuk diminum suaminya.

"udah ada pilihan mau nglanjut dimana?" tanya Irlan sambil menyendokkan nasi ke mulutnya.

Nia menggeleng.

"kayaknya aku mau ngikutin jejak Ica deh kak.."

"maksudnya?" tanya Irlan

"mau nganggur dulu setahun,mau cari hidayah..hehe.." jawab Nia sambil cengengesan.

Irlan geleng-geleng kepala mendapat jawaban dari sang istri.

"lagian kalau aku kuliah sekarang,,kasihan kakak gak ada yang urus nanti. Yah paling gak setahun ini aku mau fokus dulu lah ngurus kakak.." lanjut Nia.

Entah pikiran Nia yang dewasa atau memang dia tidak ada niat untuk lanjut kuliah. Kira-kira begitulah pemikiran Irlan.

Mereka tak melanjutkan percakapannya.

Setelah selesai sarapan Irlan beranjak dari ruang makan,mengambil tas kerja yang ada di sofa ruang keluarga.

Nia mengikuti dari belakang,mengantar suaminya sampai ke samping mobil.

Saat hendak masuk ke dalam mobil,Nia menarik tangan Irlan. Dan...

Cup

Kecupan singkat mendarat di pipi Irlan.

"morning kiss kak.." kata Nia sambil tersenyum malu-malu.

Irlan pun tersenyum,dan mengusap puncak kepala Nia.

"aku berangkat yah.." Dia tidak membalas kecupan yang diberikan istrinya.

Nia mengangguk.

Ada sedikit rasa sedih ketika Irlan tidak membalas kecupannya,tapi dia masih memaklumi mungkin Irlan masih butuh penyesuaian. Biar gimanapun pernikahan mereka baru seminggu.

Nia pun masuk ke dalam rumah.

Tidak tahu harus melakukan apa,Nia pun memutuskan untuk membersihkan kamarnya dan kamar suaminya.

Sebenarnya Nia paling malas bersih-bersih,kalau harus memilih antara membersihkan rumah satu hari atau memasak untuk orang sekampung selama seminggu dia pasti akan memilih memasak untuk orang sekampung selama seminggu.

Tapi karena sekarang dia sudah menjadi seorang istri,dia pun sadar harus menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruknya.

Dia pun masuk ke kamar suaminya. Kamarnya sudah rapih,karena memang Irlan orang yang rapih dan pembersih.

Jiwa kepo Nia meronta-ronta. Ia menyusuri setiap sudut kamar Irlan. Membuka lemari,melihat pakaian-pakaian suaminya.

"gila rapih banget..." Nia terkejut melihat pakaian-pakaian yang tersusun rapih,tidak seperti isi lemarinya yang acak-acakan.

Nia beralih ke tempat penyimpanan jam tangan mewah milik Irlan. Nia menghitung jumlahnya.

"hanya 18 jam tangan.." membandingkan jam tangan milik suaminya dengan milik papanya yang ada 50 lebih.

Nia berpikir untuk ukuran laki-laki setajir Irlan itu masih sedikit.

Setelah melihat-lihat jam tangan,Nia berjalan lagi ke arah lemari sepatu. Nia juga menghitung ada berapa pasang koleksi sepatu Irlan.

"cuma 25 pasang"

Dirasa sudah cukup mengkepoi pakaian,jam tangan dan sepatu Nia duduk diatas ranjang Irlan. Ranjang yang lebih besar dari ranjang di kamarnya.

Nia membuka laci nakas,penasaran mana tau ada sesuatu di dalamnya.

Begitu dibuka,Nia melihat ada tiga lembar foto.

Foto yang pertama menampakkan seorang wanita cantik yang sedang tersenyum manis,Nia mengira-ngira kalau perempuan itu seumuran dengan suaminya

Foto yang kedua menampakkan suaminya dan wanita itu sedang berpelukan.

Dan ketika melihat foto yang ketiga berhasil membuat jantung Nia hampir keluar dari tempatnya,karena di foto itu Irlan sedang bertelanjang dada dan si wanita hanya memakai bikini dengan pose mereka berciuman. Sungguh pemandangan yang membuat sakit mata dan sakit hati.

Nia mengeleng-gelengkan kepalanya mencoba membuyarkan pikiran-pikiran buruknya.

"pasti ini mantannya kak Irlan...tenang Nia ini cuma masa lalu dan kamu lah masa depannya.." Nia mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Nia pun keluar dari kamar Irlan menuju kamarnya. Membaringkan tubuhnya diatas ranjang,tak terasa airmatanya mengalir. Lelah menangis Nia tertidur.

drt drt drt...bunyi hp Irlan.

Irlan tersenyum melihat panggilan dari Melda,dia pun menggeser tombol hijau.

"halo.." sapa Irlan.

"lagi apa yank?" tanya Melda di seberang sana.

"masih meriksa dokumen yank."

"udah waktunya makan siang yank,tinggalin dulu kerjaannya." suruh Melda.

"iya bentar lagi yank."

"yaaaaannnkk..." kata Melda lagi dengan suara di manja-manjakan.

"iya yank kenapa?"

"aku minta uang lagi dong,kemaren aku liat ada tas keluaran baru tapi pas aku mau beli uangnya gak cukup."

"ya udah nanti aku transfer..butuh berapa?"

"lima puluh juta yank"

"ok."

"makasih yah yank.."

"iya sayang"

"oh iya nanti abis pulang kerja kamu kesini kan?"

"iya"

"ok..aku tunggu..Muaaah"

Panggilan pun berakhir. Irlan langsung mentransfer uang yang diminta Melda. Kemudian beranjak dari ruangannya untuk pergi makan siang.

Baru keluar dari pintu Rendi asistennya sudah nampak,sepertinya Rendi akan masuk ke ruangannya untuk mengajak Irlan makan siang.

"mau makan dimana pak?" tanya Rendi

"makan di kantin bawah aja.. Lagi males keluar kantor,masih banyak banget kerjaan numpuk Ren."

Rendi pun mengangguk,mempersilahkan atasannya untuk jalan terlebih dulu.

Sampai di kantin,seperti biasa para karyawan wanita menatap takjub dengan ketampanan boss dan asistennya itu. Irlan dan Rendi menanggapi biasa saja.

Rendi menyuruh Irlan untuk duduk,sedangkan Rendi yang mengantri mengambil makanan untuk dirinya dan boss nya.

Setelah makan siang,Irlan dan Rendi kembali naik ke atas. Bergumul dengan dokumen-dokumen yang harus dia periksa dan tanda tangani.

Ingin rasanya Irlan cepat-cepat pulang menemui Melda,memeluk dan menciumnya padahal setiap hari setelah pulang kerja Irlan selalu menyempatkan ke tempat Melda dan baru pulang ke rumah jam 10 malam.

Tiap malam juga Nia menunggu suaminya,tapi Irlan selalu mengatakan kalau dirinya sangat sibuk karena ditinggal cuti beberapa hari.

Nia yang tidak mengerti dunia kerja suaminya percaya-percaya saja tanpa mencari kebenarannya dari mertuanya. Dia percaya kepada Irlan seribu persen. Ditambah sikap Irlan yang sudah tidak terlalu dingin kepadanya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***