Sekitar setengah jam telah berlalu. Weni melanjutkan lagi nonton drakornya sepeninggal sang kakak dari sana. Namun, suara motor yang terdengar memasuki halaman rumah sontak menyita perhatiannya.
Ia hapal suara motor itu. Motor sang kakak yang baru keluar setengah jam lalu kini telah kembali ke rumah itu.
Secepat ini? Kencan apaan? batin Weni dalam hati. Ia bergegas bangkit demi menyambut kedatangan kakaknya di depan pintu.
Benar saja. Mayang muncul di sana dengan wajah yang ditekuk. Ekspresinya terlihat berbanding terbalik dengan ketika berangkat setengah jam tadi.
Heran, Weni segera bertanya sambil menautkan alisnya.
"Loh, Kak. Kok udah pulang aja. Udah kelar kencannya?"
Mayang hanya melirik sekilas pada adiknya. Tanpa berniat menjawab, ia tetap melangkah dengan kaki yang dientak-entakkan ke lantai seperti anak kecil yang tengah kesal.
Weni semakin heran. Ia mengikuti kakaknya yang mulai menaiki anak tangga dengan perasaan tak karuan.
"Kak, bisa jelasin nggak? Ono opo? What happen!" serunya yang mulai tak tahan dengan sikap bungkam kakaknya.
Mengabaikan pertanyaan Weni, Mayang terus melangkah menuju kamar, lantas berhambur ke kasur dengan posisi bertelungkup.
"Uhhh ... sebal sebal sebal!" geramnya sambil memukul-mukul kasur empuknya.
Weni yang masih berdiri di ambang pintu hanya bisa mendesah pelan sambil menggelengkan kepalanya berulang-ulang. Heran. Jika biasanya gadis yang baru kencan itu selalu pulang dengan perasaan berbunga-bunga, tetapi kenapa ceritanya justru berbeda dengan sang kakak?
Tak ingin membiarkan sang kakak larut dalam kesedihan, ia pun mendekat. Duduk di tepi ranjang, ia mengusap pelan bahu Mayang dan bertanya dengan nada hati-hati.
"Kak, apa yang terjadi, sih? Kenapa Kakak kayak gini?"
Hening. Mayang masih diam. Sepertinya dia masih enggan berbicara.
Lagi-lagi Weni mendesah pelan. Ia kembali mengusap punggung sang kakak, sambil berkata.
"Kak, kalau kakak diam aja gimana aku bisa hibur Kakak .... Ayo dong cerita," bujuknya hati-hati. "Apa Kakak baru aja ngadain blind date, kencan buta? Dan ternyata kencan Kakak itu wajahnya jelek nggak ketulungan?" tebaknya asal karena putus asa.
Tak ada sahutan. Namun, Weni sedikit terkejut saat Mayang tiba-tiba membalik badan dan menatapnya dengan wajah masih ditekuk.
"Wen, gimana perasaan kamu kalau tiba-tiba dipeluk cowok!" tanya Mayang setengah berseru. Bahkan mimik wajahnya memperlihatkan ekspresi hampir-hampir menangis.
Weni mengernyit bingung. Masih belum bisa menelaah maksud pembicaraan kakaknya. Namun, untuk menjaga perasaan kakaknya, ia pun menjawab sekenanya.
"Ya tergantung. Lihat mukanya dulu. Kalau ganteng ya mau. Kalau jelek mah ogah."
"Dasar murahan!" umpat Mayang sebal, lantas kembali telungkup untuk menyembunyikan wajah kesalnya.
"What!"
Terkejut, Weni membulatkan bola matanya. Ia tak habis pikir bagaimana sang kakak bisa mengatainya seburuk itu.
"Apa-apaan ini! Kak, woy bangun! Bisa jelasin nggak maksud Kakak barusan apa? Kok ngatain aku murahan!"
"Iya, murahan!" Mayang mengulang kata-katanya untuk memperjelas. Matanya menatap sinis pada Weni yang juga tengah menatapnya.
"Hey, aku nggak seburuk itu, tau!" protes Weni kesal. Ia menarik bahu Mayang yang kembali membenamkan wajahnya pada bantal.
"Kamu keluar sana dari kamar Kakak. Kakak malas debat," usir Mayang tanpa menoleh. Ia masih betah menenggelamkan tubuh pada kasurnya yang empuk.
Weni mendesah pelan. Berusaha menetralkan perasaan. Berusaha bersikap dewasa menghadapi kakaknya yang tengah galau karena cinta. Hehe, bisa jadi. Weni asal nebak sih.
"Kakak ... aku di sini, loh. Kalau mau curhat ya curhat aja. Aku dengerin kok," bujuknya hati-hati.
Awalnya Mayang masih enggan menanggapi tawaran adiknya. Namun, setelah dipikir-pikir, ada baiknya juga mencurahkan uneg-uneg pada adiknya. Meskipun tak bisa membantu, setidaknya hati akan merasa lebih lega.
Perlahan, Mayang berbalik badan dan duduk menghadap Weni yang masih setia di posisinya. Adiknya itu tersenyum lembut dan mengisyaratkan dengan mata jika siap mendengarkan cerita.
"Bener mau dengerin curhat Kakak?" tanya Mayang ragu-ragu.
"Beneran, Kakak ...," jawab Weni sambil mengangguk mantap.
Mayang mendesah pelan. Berusaha menetralkan perasaan dan mengumpulkan energi untuk memulai cerita.
"Jadi gini," ucapnya memulai curhatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
Juli Juliana Ambar
lanjut thorr
2021-10-29
0
Rembulan Colection
7
2021-10-17
0
Čhä
visual nya adakah Thor 😊😊😊😊
2020-11-16
0