RATNA DAN LUNA

30 menit berlalu, kini Galuh telah kembali ke rumahnya dengan membawa seorang tukang urut bernama Pak Joko.

"Masuk aja, Pak Joko." ajak Galuh pada Joko.

Joko mengangguk dan mengikuti Galuh masuk dari belakang.

Di dalam rumah, Pak Joko langsung di sambut hangat oleh Mak siti dan Herman.

"Pak Joko, silahkan duduk." Herman mempersilahkan.

Joko tersenyum dan mengangguk.

"Matursuwun, Pak." Joko mendudukan dirinya di kursi kayu ruang tamu.

Tak berselang lama, Galuh datang membawakan segelas kopi pahit kesukaan Pak Joko berikut makanan kecil sebagai doronganya.

"Maaf, malah bikin repot saya ini." Joko yang merasa tidak enak pada Herman dan Mak siti.

"Pak Joko bisa saja, justru kami yang merasa tidak enak telah merepotkan pak Joko datang kemari." jawab Herman.

"Sebenarnya ada apa sih, Pak?" Joko kini terlihat serius memandang Herman.

Herman menghela nafasnya sesaat sebelum dia menceritakan kejadian yang menimpa anak sulungnya.

"Jadi begini Pak Joko.... " Herman mulai menceritakan semua kejadian yang menimpa adit anaknya, dan mengharuskan Pak Joko datang untuk di mintai bantuan tenaganya.

Anggukan kepala di barengi kepulan asap putih dari mulut Joko yang mendengar pemaparan cerita dari Herman.

" Terus, nak Aditnya dimana sekarang?" Joko mematikan puntung rokok dan bangun dari tempat duduknya.

"Adit sekarang berada di kamar, Pak Joko." jawab Herman yang di balas anggukan paham oleh Joko.

"Mari Pak Joko." Mak siti mengantar Joko ke kamar Aditya.

Setelah di dalam kamar, Joko langsung menghampiri Adit yang telah mengerang kesakitan.

"Nuwun sewu, Bu. Bisakah saya minta minyak sayur dalam piring dan tolong beri bawang merah 2 biji dan tumbuk masukan pada minyaknya, dan bawa kesini secepatnya." Joko melipat kedua telapak tangan, meminta dengan Sopan pada mak siti yang di sampingnya.

"i ya, Pak Joko." Mak siti berlalu keluar dari kamar aditya menuju dapur rumahnya.

"Koe iki, pye cah?", kok iso ampe koyo ngene." Joko menggeleng heran melihat Adit yang masih bisa cengar cengir dalam keadaan sakit.

"Adit tidak tahu Pak Joko, kejadiannya begitu cepat, Adit sadar ketika Adit telah di tolong orang yang yang mengobati Adit." jawab Adit sambil mengerang kesakitan.

"Ini, Pak Joko." Mak siti yang baru saja datang dan memberikan minyak urutnya pada Pak Joko.

"Matursuwun, Bu." Joko yang telah menerima minyak di dalam piringnya, ia langsung melafazkan bacaan doanya sebelum memulai ritual urutnya.

"Tahan ya, Dit!, ini akan terasa sakit, tapi insya alloh cepat sembuh." Joko mulai membalurkan minyak urutnya di pinggang Adit.

"Bismillah... " Joko memulai aksi pijat urutnya.

Masalah pijat memijat, masalah urut mengurut. Skill dan kemampuan Pak Joko sudah tidak di ragukan lagi kemampuannya di kampung tersebut.

" Hadeuhhh... Mak, sakit Mak tolong." Adit berteriak teriak hingga terdengar di telinga Herman dan Siti.

"Mak... Duh..duh..duh, sakitttt Mak, tolongin Adit Mak." Adit kembali berteriak memanggil ibunya.

Mak siti yang mendengar teriakan anaknya sontak kaget dan cemas, ia bangun dari duduknya, namun Herman langsung menahanya agar kembali duduk di ruang tamu.

"Tapi, Pak.... " Mak siti kembali bediri dengan cemasnya.

" Sudah, Bu. Semua orang di urut itu pasti sakit, kita tunggu disini saja, Pak Joko tidak akan mungkin menyakiti Adit." Herman kembali menenangkan Siti istrinya.

45 menit berlalu, kini Joko telah keluar dari kamar Adit membawa sisa minyak urut di piringnya.

"Bagaimana dengan keadaan Adit, Pak Joko?" tanya Mak Siti yang masih terlihat cemas.

"Bu Siti tenang saja, semua sudah selesai. Dan insya alloh, besok Adit sudah bisa berjalan tanpa kesakitan lagi." jawab Joko. Seraya duduk dan terlihat menyulut sebatang rokok dan menghisapnya.

"Tuh, kan Bu. Apa kata Bapak juga." Herman menimpali jawaban Joko dan sekaligus meyakinkan istrinya agar tetap tenang.

"Tapi, Pak Joko Adit tidak ada suaranya sekarang?" tanya lagi Mak siti pada Joko.

"Pye toh, lah wong turu kon ono suarane?" jawab Joko sambil menghisap rokoknya kembali.

"Bhua..ha..ha..," Mak siti dan Herman tertawa bersama, membuat Joko merasa heran di buatnya.

"Loh, kok kalian malah tertawa?, memangnya ada yang lucu?" Joko balik bertanya.

"Kami tertawa itu, karena kami gak ngerti dan tidak paham, dengan bahasa Pak Joko barusan." mereka berdua kembali tertawa lepas.

"Masya allohurob," Pak joko menepuk jidat sambil menggeleng geleng kepalanya.

Dan setelah semua selesai, Pak Joko pamit undur diri, karena job hari ini masih banyak dan padat.

Mereka berdua mengantar Joko sampai pintu depan halaman rumah Herman. Namun baru saja mereka berbalik badan untuk menuju rumah, mereka berdua di Kagetkan dengan suara klakson mobil berwarna merah mirip dengan mobil yang menabarak Adit tadi siang.

"Siapa pak?" tanya Mak Siti pada suaminya.

Herman memandang istrinya sejenak dan beralih memandang mobil, yang kini telah parkir di depan luar pintu halaman rumahnya.

"Bapak juga tidak tahu, Bu." Herman menggeleng kepala.

Sementara, di dalam mobil yang berwarna merah tersebut, terlihat dua orang wanita yang terlihat gusar saling menyuruh satu sama lain.

"Kamu duluan sana," ucap seorang gadis bernama Ratna pada temanya.

"Kok, aku sih?, kamu aja sih, please." Luna memohon sambil melipat telapak tangan.

"Gak lah, kamu kan yang nabrak!, masa aku yang di suruh ngomong." Ratna tetap pada pendirianya.

"Aku janji, apa pun permintaan kamu, aku akan turuti." Luna kembali memohon dengan senyum liciknya.

Ratna terdiam, ia menimbang nimbang permintaan sahabatnya.

"Ok, deal ya, apapun permintaanku. Kamu pasti turuti." Ratna mengangguk setuju.

Kini Ratna keluar dari mobilnya di ikuti oleh Luna yang mengekor dari belakang.

Melihat dua gadis yang terlihat kebingungan, Herman menyuruh istrinya agar segera menghampiri kedua gadis tersebut.

"Maaf, ini non cantiknya mau cari siapa ya?" tanya Mak Siti yang baru saja menghampiri mereka berdua.

"Maaf, Bu. Nama saya Ratna dan ini teman saya Luna namanya, kami berdua sedang mencari rumah Bapak Herman, apa benar ini rumahnya Pak Herman?" tanya Ratna yang sekaligus memperkenal diri.

"I ya, betul. Saya istrinya. Dan ada keperluan apa ya non cantik sampai datang kemari?" Mak siti membenarkan ucapan Ratna dan balik bertanya.

"Kami.. kami.. " Ratna yang terlihat bingung mengawali penjelasanya.

" Bu, di suruh masuk saja tamunya!" titah Herman yang jaraknya tidak Jauh dari mak Siti.

Mak siti mengangguk dan mengajak kedua tamunya tersebut agar masuk kedalam rumahnya.

Mak siti menghampiri Herman, ia kembali membantu Herman dengan mendorong kursi rodanya untuk segera masuk ke dalam rumah.

Ratna dan Luna mengikuti dari belakang, dan sesaat Luna terkesiap kaget melihat sepeda yang tersandar di bawah pohon mangga.

Itukan sepeda yang tadi siang tak sengaj aku tabrak.

Luna menarik narik tangan Ratna.

"Apaan sih, Luna?" Ratna yang mendadak berhenti karena di tarik tarik oleh Luna.

"Lihat itu, itu kan sepeda yang tak sengaja aku tabrak tadi siang itu." Luna berbisik pada Ratna.

"I ya, benar. Udah kamu tenang saja, yang penting kita tanggung jawab ok." Ratna mencoba menenangkan Luna yang sudah terlihat ketakutan.

Terpopuler

Comments

Ratmini Siska Umami

Ratmini Siska Umami

jngn jngn salah satunya anaknya Alfonso

2021-04-06

2

kai

kai

next

2021-04-02

2

𝕸y💞MiraDeN@y😻EF🍆

𝕸y💞MiraDeN@y😻EF🍆

yang nabrak datang ni,, siapa yang bakalan kepincut sama ketampanan si Aditya. 🤔🤔

lanjut baca👍👍

2021-03-17

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!