LIKE DULU SEBELUM MEMBACA SAYANG-SAYANGKU ❤❤❤
Sagara ditemukan dalam keadaan pingsan oleh warga sekitar. Gara pun segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diobati. Dokter segera bertindak cepat menangani Gara agar pendarahannya berhenti, dan mengeluarkan peluru dari betisnya. Pihak Rumah sakit pun segera menelepon anggota keluarga Gara, agar mereka segera datang ke Rumah sakit.
"Hello, good afternoon, we are from Hirslanden Hospital. Is it true with the Mr. sagara family?" tanya pihak rumah sakit lewat sambungan telepon pada Tira.
(Halo, selamat siang, kami dari rumah sakit hirslanden. Apa benar ini dengan keluarga Pak Sagara?)
Tira begitu kaget, "Yes, right. I'm parents of Sagara. I'm his mother. What happened to my son?"
(Ya, benar. Saya orang tua Sagara. Saya Ibunya. Apa yang terjadi pada anak saya?)
"Mr. Sagara was hit by a gunshot , and now, being treated by a doctor. We hope, the family can come to the hospital now. Thank you ..." ucap nya.
(Pak Sagara terkena tembakan, dan sekarang sedang ditangani oleh Dokter. Kami harap, pihak keluarga segera datang ke rumah sakit sekarang. Terima kasih)
Tubuh Tira melemas seketika, "Oh My God. Why? What happened to my Gara? Please, do the best for recovery my son. I will go to the hospital now." Tira begitu shock dan tak percaya.
(Ya Tuhan, Kenapa? Apa yang terjadi dengan Gara-ku? Tolong, lakukan yang terbaik untuk kesembuhan anakku. Aku akan ke rumah sakit sekarang.)
"Sure, Miss. We'll wait you."
Telepon pun tertutup. Tira begitu kaget dan lemas mendengar kabar anak sulungnya terkena luka tembak. Pengawalnya Tira segera menghubungi Rangga yang sedang di kantor, agar mereka bisa bersama-sama ke rumah sakit. Sagata pun menemani Tira berangkat ke rumah sakit.
Begitu pun juga Rangga, ia kaget bukan main, kehilangan jejak Gara semalam, membuatnya pusing, dan sekarang malah mendapat kabar buruk yang begitu menyakitkan. Rangga tak habis pikir, ada masalah apa Gara? Kenapa bisa-bisanya Gara ada yang menembak?
...🌸🌸🌸...
Hospital of Hirslanden ...
Rangga dan Tira telah sampai di rumah sakit. Mereka melihat Gara yang masih ditangani oleh tim Dokter. Dokter berkata, bahwa lukanya cukup parah, dan Gara terkena infeksi. Penyembuhannya akan lumayan lama, dan Gara tak diperkenankan melakukan aktifitas berat sampai luka tembaknya benar-benar sembuh.
"Bunda, apa Kakak akan baik-baik saja? Apa semua ini terjadi karena aku?" tanya Gata.
"Kita doakan saja, semoga Kakakmu cepat sembuh, sayang. Semua bukan karena mu, Gata. Tenanglah, kamu tak perlu merasa bersalah." jawab Tira.
"Aku merasa, semua ini ada hubungannya dengan pengalihan ahli waris yang diturunkan padaku. Aku jadi merasa tak enak pada Kak Gara. Aku bersalah, Bun." Gata menunduk.
Rangga menatap anak bungsunya, "Sagata, semua bukan karena kamu. Tenang saja, yang penting Kakakmu selamat dan Dokter akan segera menyembuhkannya."
Tira pun mengusap pundak Sagata. Ia merasa bersalah, karena sang Kakak yang tertembak. Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya mereka bisa masuk ke ruangan dimana Gara dirawat. Gara sudah sadar, karena ia cepat mendapat transfusi darah dan Dokter pun menangani Gara dengan baik. Hanya saja, penanganan pasca tembak pasti akan begitu lama sembuhnya.
"Gara, maafkan kami, apa yang terjadi padamu, Nak? Sabar ya, Ayah akan menemukan orang yang menembak mu secepatnya." Ucap Rangga.
Rangga hanya menatap Ayahnya, ia enggan menjawab.
"Sayang, maafkan Bunda dan Ayah ... bunda tahu, hatimu sakit karena kami, maafkan kami. Kamu terlibat pertengkaran dengan siapa? Ayah mu sedang mengusut penembakan itu, dan sebentar lagi mereka pasti akan tertangkap." ucap Tira.
"Kalian tak perlu susah payah mencari mereka. Mereka tak akan tertangkap!" Ucap Gara.
"Maksudmu?" Tira mengernyitkan dahinya.
"Kakak, maafkan aku. Jika semua ini karena warisan, aku rela memberikannya padamu!" Sagata menunduk.
"Gata!" Rangga terlihat tak suka.
Gara menatap Ayahnya yang terlihat tak suka. Gara tahu, saat ini yang ia butuhkan bukanlah perusahaan, tapi ia membutuhkan alamat Hila. Ia ingin bertemu Hila kembali. Gara ingin segera pulih, dan terbang ke Indonesia. Gara ingin segera bertemu dengan Hila lagi.
"Aku tak peduli soal perusahaan. Aku rela jika aku menempati anak perusahaan yang berada di Indonesia. Secepatnya, aku akan segera pergi ke Indonesia!" ucap Gara.
"Kenapa? Kenapa kamu begitu? Ayah sudah menyerahkan perusahaan itu pada Kak Keyza. Dialah yang akan mengurus dealer-dealer besar kita di Indonesia. Kamu dan Gata sudah Ayah putuskan, untuk mengurus perusahaan kita disini. Dan Ayah tak mau kecolongan lagi, karena kamu selalu menolak diberikan pengawal, kini Ayah putuskan, kamu harus selalu bersama pengawal kemana pun kau pergi. Tak ada penolakan lagi, Sagara! Melihat kau tertembak seperti ini, membuatku murka. Terserah jika kau tak mau memberikan alasannya, tapi aku akan mencari tahu." Ucap Rangga.
"APA! Ayah kenapa seenaknya saja padaku? Aku ingin ke Indonesia, aku ingin di sana saja. Ada hal yang akan ku urus di sana." Gara memaksa.
"Bang, cukup. Jangan membicarakan perusahaan dulu. Gara masih sakit, kita lupakan sejenak masalah perusahaan. Gara, Bunda gak akan izinkan kamu pergi dari negara ini. Bunda ingin kamu tetap ada dalam pandangan Bunda. Apalagi, kamu membuat Bunda begitu kaget dengan tembakan ini. Apapun alasannya, jangan pergi dari Zurich! Bunda akan menahan akses mu untuk keluar dari negara ini sampai kamu lulus!" Tira menegaskan.
"Betul, Gara. Kita khawatir padamu. Aku tak bisa mempercayaimu lagi." ucap Rangga.
"APA? Kenapa kalian malah menahan ku sekarang? Kenapa kalian tak membiarkan aku pergi ke Indonesia, hah? aarrgghh, kalian memang tak bisa diandalkan!" Gara mengamuk.
Rangga dan Tira pun memanggil pengawalnya agar menenangkan Gara yang emosi. Gara tak akan bisa pergi ke Indonesia. Lalu, bagaimana dengan Hila? Akankah mereka saling melupakan satu sama lain?
...🌸🌸🌸...
Dua minggu kemudian ...
Part of View Hila
Sahila Tanzania, itulah namaku. Sejak, kecil, aku tak pernah bisa menjalani kehidupan seperti yang aku inginkan. Aku selalu diatur seperti robot. Aku tak bisa bebas menjalani kehidupan. Hingga keajaiban datang, aku boleh kuliah di luar negeri, karena aku memutuskan untuk mogok kuliah jika aku tak kuliah di sana.
Tapi, hingga kini pun, hidupku telah diatur oleh keluargaku. Keluargaku adalah orang terpandang, Papaku adalah pimpinan di sebuah perusahaan. Ia baru saja diangkat oleh majikannya. Awalnya, ia hanya sebagai sekretaris pribadi. Tapi, kini ia naik pangkat karena majikannya mempercayainya.
Dan karena sebuah insiden, entah kenapa Papa malah menjodohkan aku dengan anak rekannya sesama sekretaris. Papa memaksa aku harus menikah dengannya. Aku kecewa, aku emosi, aku tak ingin dijodohkan. Papa tak pernah mengerti aku, Papa tak mengerti hatiku.
Aku membangkang, aku kabur dari mereka, karena aku kecewa Papa akan segera menikahkan aku begitu aku pulang. Karena aku kabur, akhirnya aku malah tersesat di ranjang dengan laki-laki yang bahkan tak aku kenal sama sekali. Pengaruh alkohol benar-benar membuatku khilaf. Aku tak menyangka, kini aku sudah tak perawan lagi. Ya Tuhan, mungkinkah ini balasan untukku karena melawan pada orang tua?
Hari ini, keluarga besar laki-laki yang dijodohkan denganku, akan bertandang ke rumah ini. Mereka akan melamar ku. Make up yang natural, dipoles dengan sedemikian rupa, agar aku terlihat cantik didepan calon suamiku, tapi hatiku benar-benar menolak perjodohan ini. Jika aku katakan bahwa aku sudah tak suci lagi, masihkan mereka mau menjodohkan aku?
Tapi, aku terlalu malu jika aku berkata begitu ... aku takut Papa membunuhku. Ya Tuhan, ampuni aku ....
"Nona Hila, keluarga calon suami Nona sudah tiba. Nona diminta untuk segera turun kebawah," kedatangan Bibik membuat lamunanku buyar.
"Ah, baiklah. Aku akan segera turun," aku pun menata diriku, agar tak terlihat sedih.
Aku sudah pasrah dengan semua ini. Aku sudah tak peduli bagaimana nasibku selanjutnya. Aku tak ingin lagi memikirkan apapun. Hingga aku bertemu dengan mereka, aku melebarkan senyumku pada mereka. Secara terpaksa, aku pun duduk dihadapan mereka. Aku melihat, lelaki yang usianya lebih tua sekitar 5 tahun dariku, menatapku tiada henti. Aku mengira, bahwa itu adalah lelaki yang akan menjadi suamimu nanti.
"Hila, kenalkan dirimu ..." ucap Papa meminta aku mengenalkan diri.
Aku hanya tersenyum getir, aku muak, aku tak suka, tapi aku tak bisa berontak lagi. Aku sudah terlanjur basah. Aku sudah tertangkap. Aku pun mengulurkan tanganku, untuk menyalaminya,
"Kenalkan, aku Hila, Sahila Tanzania," ucapku malas.
Ia pun tersenyum, namun kulihat senyumannya begitu terpaksa. Sepertinya, ia pun tak ingin dijodohkan denganku. Aku bisa merasakan itu. Ia menerima uluran tanganku, dan kita pun berjabat tangan,
"Terima kasih, Hila. Kenalkan, aku Elang, Elang Mahesa Prasetya," nama yang gagah, batinku.
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Ig:rhya_94
apakah hila hamil anak gara trus menikah dgn elang???
2021-07-09
0
Miya Wibowo
wueehh tambah seru ki thoorr
2021-06-19
0
Putri Bintang
elang ama calista aja thor kasihan khan elang dpt cewek yg g suci lagi
2021-05-01
0