Like dulu ya guys...💕
Keesokan harinya ...
Matahari masih malu-malu memancarkan sinarnya. Begitu pun langit yang gelap, seakan enggan pergi dan masih ingin menemani. Waktu telah menunjukan pukul setengah enam pagi, saat itu pula, kesadaran Hila mulai membaik. Perlahan, Hila membuka matanya, walaupun kepalanya masih terasa begitu berat.
Efek mabuk semalam, membuat Hila tak sadar dengan apa yang ia lakukan sekarang. Ia sama sekali tak bisa mengingat apapun. Ketika matanya terbuka penuh, ia mengucek matanya berkali-kali, dan mencoba melihat, keadaan sekitar serta dimana ia berada. Saat kesadarannya telah membaik, betapa kagetnya Hila, mendapati dirinya tengah tak berbusana, dan ia melihat lelaki yang tengah terlelap di sampingnya.
Astaga, apa yang kulakukan semalam? Apa yang terjadi denganku? Kenapa ada lelaki di sampingku? Tubuhku? Kenapa tubuhku tak terbalut busana sedikitpun? Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku dan laki-laki ini semalam?
Hila pun melihat tubuh Gara yang kekar. Gara hanya ditutupi oleh selimut setengah badannya. Gara terlihat masih begitu terlelap. Dengan tatapan jijik dan bingung, Hila pun bangkit dari tidurnya. Ia mengira, bahwa dirinya dan Gara telah melakukan hubungan terlarang itu semalam. Hal yang tak pernah Hila sadari sebelumnya. Padahal, malam itu Hila begitu mabuk, dan ia tak mengingat apa yang telah ia lakukan.
Ya Tuhan ... bercak merah ini? A-apakah ini darah keperawanan ku yang aku berikan padanya semalam? Aaaarrrgghhh, kenapa aku bisa sebodoh ini? Kenapa aku mau memberikan mahkotaku pada laki-laki asing sepertinya? Siapa namanya? Bahkan, aku lupa dengan namanya. Aku tak ingat, aku sama sekali tak ingat apa yang aku dan dia lakukan semalam. Tapi, bercak darah ini menjadi saksi, bahwa aku memang melakukan hal gila itu dengannya.
Hila mengacak-acak rambutnya. Ia begitu bingung dan tak percaya. Ucapannya semalam, benar-benar ada diluar kesadarannya. Hila sama sekali tak menyadari ucapannya pada Gara. Ia hanya frustasi, lalu ia pergi ke Swiss, karena orang-orang suruhan Papanya terus memaksanya pulang. Padahal, Hila belum siap akan perjodohan itu.
Hila segera beranjak dari tidurnya, ia masih begitu shock dan kaget melihat lelaki asing itu tidur di sampingnya. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Nomor tak dikenal meneleponnya di Swiss. Padahal, Hila sudah mengganti nomor ponselnya, tapi masih saja ada yang meneleponnya. Hila curiga, Hila tak akan mengangkat telepon tersebut.
Karena telepon tak diangkat oleh Hila, tak lama ada pesan masuk dari nomor tak dikenal tersebut.
📩 081234563121
*Nona, Kami tahu, anda sedang berada di Swiss. Katakan, dimana keberadaan mu saat ini. Jangan sampai kam**i menemukanmu dan menyeret mu kembali ke tanah air. Kami harap, Nona bisa bekerja sama dengan kami*.
DEG. Jantung Hila berdetak begitu cepat ketika mengetahui orang suruhan Papanya sudah berada di Swiss. Hila pun segera membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya. Hila harus segera pergi dari tempat ini. Niat hati ingin meminta pertanggung jawaban Gara, tapi ia tak sempat, karena Hila tak mau ketahuan oleh orang-orang itu.
Cepat sekali mereka menemukan keberadaan ku, astaga ... bagaimana kalau mereka tahu aku sedang berada didalam satu kamar dengan pria asing. Aarrggh, aku tak bisa membayangkannya. Kurasa, aku harus segera pergi. Aku harus meninggalkan tempat ini, agar jejak ku tak tercium oleh orang-orang itu. Batin Hila.
📩 081234563121
Nona, anda sedang berada di Zurich, kan? Anda tak bisa lari dari kami. Secepatnya, kami akan segera menemukan anda. Mohon, kerja samanya dan akan kami tunggu anda, Nona.
Aarrrgghh, sialan! Mereka sudah tahu aku disini. Aku harus lari, aku harus pergi dari mereka. Biarlah, aku menyesali semua ini seumur hidupku, karena telah tidur bersama pria asing. Tapi, aku tak boleh tertangkap oleh mereka. Aku harus pergi.
Hey, kau pria asing! Kau telah mendapat jackpot mu. Kau telah mendapatkan diriku. Ini hanya kesalahan, dan aku tak tahu, kenapa aku dan kamu bisa berakhir di ranjang seperti ini. Mungkin, aku harus meninggalkan mu sekarang juga. Aku tak mungkin berada disini terus-menerus. Biarlah, semua sudah terlanjur, semua ini sudah terjadi.
Hila pun pergi meninggalkan Gara sendirian. Sebelum ketahuan oleh orang suruhan Papanya, Hila harus kabur lagi sejauh mungkin. Perjodohan baginya, bukanlah satu hal yang baik. Dimatanya, perjodohan itu adalah hal yang sangat mengerikan. Hila sebisa mungkin ingin menggagalkan perjodohan itu, karena ia begitu benci dijodohkan.
Sebelum Hila meninggalkan kamar itu, ia menatap Gara. Lelaki yang telah merenggut kesuciannya. Hila benar-benar tak sadar telah tidur dengan Gara. Semua ini karena ia begitu frustasi, dan semalam ia benar-benar gelap mata, karena alkohol telah menguasai dirinya.
Hila berjalan sambil merasakan sakit di sekitar pahanya. Mungkin, memang benar semalam mereka telah melakukannya. Hati Hila hancur, dan kacau. Ingin rasanya ia pergi dan tak kembali lagi kepada keluarganya. Semua sudah terlanjur basah, dan Hila memanglah gadis bodoh, seperti yang dikatakan Gara di malam itu.
...🌴🌴🌴...
Suara burung sudah berkicau dengan merdunya. Mentari pagi pun sudah memancarkan sinarnya dan menusuk kedalam jendela. Cahayanya begitu menyilaukan mata, dan membuat Gara perlahan-lahan mulai tersadar untuk membuka mata.
Kepala Gara begitu berat dan pengar. Semalam ia begitu mabuk berat. Entah berapa botol alkohol yang ia teguk. Ia benar-benar tak bisa terbangun dari tidurnya. Kepalanya seperti dihantam bebatuan yang begitu berat.
"Aaargghh, dimana aku? Kenapa kepalaku berat sekali? Auwh," Gara memegangi kepalanya, ia mencoba untuk bangun dari tidurnya.
Gara keheranan, kenapa tubuhnya tak memakai busana apapun. Tubuh Gara hanya tertutup selimut saja. Gara heran, tapi ia tak mau berpikir terlalu berat. Kepalanya masih sangat berat dan pusing.
"Kenapa aku tak memakai apapun? Ada apa ini? Apa yang terjadi padaku semalam?" Gara terus berbicara sendiri.
Beberapa menit kemudian, tubuhnya mulai sedikit ringan, dan ia mencoba untuk duduk. Ia membaringkan tubuhnya di ranjang kamar hotel ini. Semalam, mereka menyewa kamar hotel di samping diskotik. Mungkin, mereka juga tak menyadarinya satu sama lain.
" Astaga ... apa yang terjadi padaku semalam? Sepertinya, aku begitu mabuk. Aku tak ingat apa yang terjadi padaku. Kenapa juga aku bisa berada di ranjang ini? Siapa yang membawaku kesini? Seingatku, semalam aku berkenalan dengan seorang gadis di diskotik. Tapi, kemana perginya gadis itu?" Gara semakin bingung dengan apa yang terjadi.
Gara pun melihat ponselnya. Ada beberapa puluh panggilan masuk dan pesan yang belum terbaca. Semuanya dari Tira dan juga Rangga yang terus menghubunginya. Gara tak peduli dengan semua itu, karena orang tuanya pun tak peduli dengan hati dan perasaannya. Ia melemparkan ponselnya ke ranjang. Ponsel itu jatuh tepat pada bercak merah kesucian Hila yang Gara renggut semalam.
Gara tak menyadari ada bercak merah di seprai itu. Gara pun beranjak dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setengah jam kemudian, Gara telah memakai kembali pakaiannya dengan rapih. Ia tak ingin pusing-pusing memikirkan apa yang telah terjadi, karena kepalanya masih merasa tak enak.
Saat gara akan pergi, ia memakai switternya lalu ia mengambil ponsel yang tergeletak di ranjang. Saat mengambil ponsel, Gara sama sekali tak menyadari bercak tersebut. Gara pun berlalu, berjalan menuju pintu keluar hotel tersebut. Tapi, tiba-tiba hatinya tergerak untuk berbalik kearah ranjang.
"Astaga, tunggu dulu ..."
Gara berbalik kebelakang. Dan berjalan kembali mendekati ranjangnya yang masih berantakan,
"Apa ini?" Gara begitu kaget ketika melihat bercak darah di seprai tempatnya tidur.
Gara terus menatap bercak darah itu, "Astaga, darah! Darah siapa ini? Kenapa ada darah di seprai tempat aku tidur semalam? Apa aku terluka?" Gara melihat-lihat tangan dan kakinya.
"Aku tidak kenapa-napa. Tapi, bercak darah apa ini? Hanya sedikit namun terlihat begitu menempel. Darah apa ini?" Gara mencoba mengingat-ingat, walaupun kepalanya begitu sakit.
Hal yang ditakutkan Gara pun mulai terbayang-bayang. Pikirannya teringat pada gadis yang semalam berkenalan dengannya. Gara merasa, bahwa itu adalah bercak darah perawan seorang gadis. Karena ia pernah melihatnya di sebuah film.
"ASTAGA! MUNGKINKAH INI, BERCAK DARAH SEORANG GADIS? HA? GADIS SEMALAM? Siapa dia? Aku begitu berat untuk mengingat kejadian semalam. Apa semalam aku dengannya? Melakukan hal itu? Aarrrgghhh, mustahil! Itu tak mungkin! Ya Tuhan, ampuni aku kalau memang itu benar terjadi ...."
Benarkah aku menyetubuhinya semalam?
*Bersambung*
Jangan lupa like dan komentarnya ya.. seneng banget kalo ada yang komentar tuh 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Aniati Mol
aku awam. kok bisa melakukan tp tak ingat apa2 ya. yaah... emang semua bgt ya orang dlm pengaruh alkohol? maaf ! awam...
2022-03-05
0
Miya Wibowo
lanjut thorrr
2021-06-19
0
Puan Harahap
penyesalan belakangankan Hila
⚘⚘⚘Pria Idola n Menikahi
pria Urakan⚘⚘⚘⚘
2021-05-10
0