I love you too

Happy reading yaa 🤓

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

"Kamu mau memaafkanku kan Ella?" tanyaku manis. Aku jongkok didepan dirinya yang masih duduk. Ellaine menghentikan elusan tangannya di pipiku.

Dia menatapku.

"Tanpa kamu meminta maaf pun aku pasti memaafkanmu. Tapi apa ini artinya kamu memberiku kesempatan dan harapan?" tanyanya.

"Yesss,,, kamu masuk juga dalam permainanku Ella" batinku sambil memasang senyum semanis mungkin di depannya.

"Aku berharap kamu masih memiliki perasaan yang sama terhadapku. Aku menyesal telah begitu terlambat menyadari perasaanku sendiri terhadapmu" lirihku mulai menggombal.

Ellaine menutup bibirku dengan jari telunjuknya. Dirinya memintaku untuk tidak banyak bicara lagi. Dipandangnya kedua mataku lekat lekat.

"Aku akan membuatmu menjadi pria terbahagia di dunia inu Rich,,, Aku akan berikan apa pun yang kamu mau asalkan kamu mau menjadi kekasihku. Mau mencintaiku dengan tulus" ucapnya.

"Aku mau,,," jawabku cepat.

"Maaf Ella,, aku memang tulus mencintaimu,,,, dirimu yang kaya raya dan warisanmu kelak" batinku saat Ella langsung memelukku.

"I love you Rich" bisiknya.

"I love you too,,,, " jawabku sembari mempererat pelukanku padanya.

Golden tiket sudah ada di tanganku.

Kini tinggal bagaimana aku memainkan peranku dengan sebaik mungkin. Aku tidak boleh ceroboh jika tak ingin golden tiketku itu lepas. Aku akan berusaha menunjukkan padanya betapa aku sangat menyayangi dan menganggapnya berarti untukku.

"Apa kamu bisa bermain biola sayang?" tanyaku suatu hari padanya.

Aku hanya memancingnya karena tanpa sepengetahuan dirinya aku sudah tau bahwa dia jago bermain biola. Seperti kebanyakan gadis gadis keturunan Cina lainnya,, Ellaine tiap hari selasa pergi ke sekolah musik untuk mengasah kemahirannya bermain biola.

" Ya,, aku bisa. Kenapa Rich?" tanyanya.

"Pilihanku memang tepat. Aku benar benar sangat bahagia jika kamu bisa mendampingiku bermain biola dalam acara pertunjukan musik. Aku sangat menginginkan agar bisa memenangkan hadiah yang disediakan disana sayang" ujarku.

"Memangnya apa hadiah yang ditawarkan?" tanyanya.

"Hanya uang saja sebenarnya,,, tidak banyak tapi aku membutuhkannya" jawabku mulai memelas dan tertunduk lesu.

Ellaine menyentuh bahuku.

"Rich,,, berapa yang kamu butuhkan? Kamu tidak perlu harus ikut lomba musik itu. Kamu tinggal bilang saja padaku dan aku akan memberikannya padamu" ujarnya mantap dan tanpa rasa curiga apa pun.

Ellaine sungguh mencintaiku dan dirinya membuktikan perkataannya dulu tentang kesanggupannya memberikan segalanya kepadaku.

Tapi aku tidak sedang menginginkan uangnya yang tidak banyak. Aku menginginkan lebih banyak dari sekedar nominal yang diberikan kepada pemenang lomba alat musik di pertunjukan itu.

" Tidak sayang,,, aku ingin berusaha sendiri dan aku akan sangat merasa senang jika kamu mau membantuku mendapatkannya. Aku tau kamu bisa memberikannya tapi aku tak ingin kamu menganggapku hanya mengincar uangmu" gombalku.

"Aku tulus mencintaimu sayang,,, bukan uangmu. Aku ingin merasakan rasanya berjuang bersamamu menggapai mimpi kita" lanjutku.

Ella memandangku lalu meletakkan kepalanya di bahuku.

"Aku percaya Rich,,, dan aku akan membantu dan mendampingimu bermain musik." ucapnya berbinar.

"Terima kasih Ella" sahutku sembari menggenggam jemari halusnya. Jemari yang menunjukkan betapa pemiliknya tak pernah mengambil atau melakukan pekerjaan kasar.

Aku tak sedang terpesona pada jemarinya namun saat menggenggam jemari itu aku merasa bagai menggenggam mimpi besarku yang akan menjadi kenyataan sebentar lagi.

Aku akan kaya raya dan dengan cintanya yang begitu buta padaku itu aku tak akan sulit untuk mengendalikan dirinya. Ajang perlombaan alat musik itu bagai senjata yang tepat untuk semakin memikat Ella.

"Permainan yang bagus sayang. Kamu terlihat lebih cantik dengan biola itu ditanganmu." pujiku menyenangkan dirinya saat kami selesai latihan.

"Terima kasih Rich,,, kamu terlalu berlebihan memujiku" ucapnya malu.

"Aku tidak bohong sayang. Pujian itu masih belum seberapa untukmu" tambahku lagi.

Ellaine tersenyum kemudian menghampiriku. Dipeluknya diriku erat. Bibirnya mulai mendekati bibirku. Aku sungguh tak suka dengan situasi seperti ini.

Aku tak bisa meladeni ciumannya karena bagaimana pun aku tidak mencintainya. Bagiku ciuman itu hanya bisa dan akan ku lakukan dengan seseorang yang memang benar ku cintai.

Tapi aku tak mungkin menolaknya jika tak ingin dirinya kecewa padaku. Aku memutar otak saat matanya mulai terpejam dan bibirnya tinggal beberapa centimeter saja didepanku.

"Hai Rich,,, Upppsss,,, maaf. Aku seharusnya mengetuk pintu dulu"

Antonie datang tepat waktu. Ellaine yang terkejut menghentikan apa yang dilakukannya dan merasa malu karena ada orang yang memergoki kami.

Aku merasa lega dibuatnya. Setidaknya kali ini aku terbebas dari adegan yang mungkin bisa membuatku muntah nantinya. Entah kenapa membayangkan berciuman itu membuat perutku mual.

Walau telah hampir dua bulan mengencani Ellaine aku memang tak pernah menciumnya. Aku hanya sekedar memeluk dirinya saja.

Walau aku ini tak berniat baik padanya tapi aku tak pernah berniat merusaknya. Aku tak pernah berniat merusak gadis mana pun. Sebenarnya jika aku mau,,, aku bisa saja memaksa para lima belas istri bayaranku menuruti mauku namun aku tak pernah melakukannya.

Aku tetap bisa profesional dan seperti kata Antonie,,, Tidak boleh ada cinta dalam pekerjaan kami.

"Tidak apa apa Antonie,,, Oh ya kenalkan ini Ellaine,,, kekasihku" ucapku sembari menggaet pinggang Ellaine agar dirinya merasa sangat tersanjung dan semakin yakin padaku yang dengan percaya diri mengenalkan dirinya pada temanku.

"Oh halo Ellaine,,, Aku Antonie teman Richard. Senang berkenalan denganmu" kata Antonie yang mengulurkan tangannya dan pura pura tak mengenal Ellaine dan mengikuti permainanku.

"Hai Antonie,,, senang berkenalan denganmu juga" sahut Ellaine menjabat tangan Antonie.

"Apa ini gadis yang telah membuat temanku ini mabuk kepayang?" goda Antonie.

"Cantik kan? Tidak salah kan aku memilihnya?" timpalku mengimbangi permainan Antonie.

"Kamu memang beruntung Rich,,, gadis ini sungguh istimewa" puji Antonie.

Ellaine yang jadi bahan pembicaraan kami makin tersipu dan menoleh padaku dengan pandangan mata berbinar dan penuh cinta.

"Apa tujuanmu datang kemari Antonie?" tanyaku.

"Aku hanya ingin memberitahumu bahwa jadwal main kalian akan dimajukan. Bukan tiga hari lagi tapi dua hari lagi" jawab Antonie.

"Tidak masalah,, kami sudah berlatih cukup keras untuk bisa memenangkan lomba itu. Lagipula dengan adanya Ellaine bersamaku,,, mendampingiku,,, aku yakin aku akan menang" ucapku sembari menatap Ellaine yang berbunga bunga mendengarnya.

"Aku yakin kalian pasti menang. Baiklah sebaiknya aku pulang sekarang. Aku tak ingin mengganggu kalian disini. Bye,,,," ucap Antonie yang langsung memutar balik badannya.

Aku menyusul langkahnya hingga ke pintu. Ellaine membereskan semua barangnya dan hendak pulang juga. Sudah cukup lama kami berlatih di apartemenku.

"Kamu sudah mengatur semuanya kan?" tanyaku setengah berbisik pada Antonie saat kami berada di pintu.

"Beres. Kalian pasti akan jadi pemenangnya. Aku sudah menyuap panitianya." bisiknya

Antonie melirik Ellaine yang tampak sibuk dengan barang barangnya.

"Sebaiknya kamu menjaga jarak darinya. Jangan terlalu dekat. Aku tak mau semua jadi kacau" lanjutnya.

Aku mengangguk mengerti.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Jangan lupa vote, like dan komen yaaa

Terima kasih 💞

Terpopuler

Comments

Patrish

Patrish

ini mah pemain tingkat dewa... awas Richard... bapaknya mafia lho... bisa dipanggang hidup hidup kau... 😧😧

2022-09-26

1

Lilis Ferdinan

Lilis Ferdinan

waw,, luar biasa akting nya,,,, kyaknya bnyk realita kyak gitu,, cwok gombal, bermulut manis, dng tujuan trtntu,,, 🤭😁

2021-05-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!