Suara Adzan subuh berkumandang, membangunkan jiwa Maya yang masih berada di dalam mimpi. Tangannya bergerak meraba sekitar, mencari benda persegi panjang dengan mata setengah terbuka. Waktu menunjukan pukul 4.23 WIB. Maya tersadar saat membaca pesan singkat.
[Dek, May, besok saya pesiar. Saya mau ngajak kamu jalan, bisa?]
[Sudah tidur, ya?]
[Sepertinya sudah. Selamat tidur. Semoga mimpiin saya. Eh, salah, mimpi indah]
Maya tertawa senang, berdiri meloncat-loncat di atas tempat tidur. Tidak menyangka bahwa harapan dia saat di kedai kemarin terkabul.
Bugh!
Maya jatuh tersungkur, terlalu senang hingga terlupa menjaga keseimbangan. Ia mencoba untuk bangkit perlahan. "Sakit," katanya merintih tetapi setelah itu tertawa.
"Eh tunggu." Pandangannya menerawang ke atas mengingat pertemuan singkat itu. "Bagaimana bisa dia tau nomer aku, dan kenapa nomernya ada di kontak?" tanya pada diri sendiri. Maya menggidikan bahunya lalu mengetik di dalam pesan.
[Hari ini saya kerja, Bang. Bagaimana donk?] ✔️
Lama tidak ada balasan, Maya memutuskan untuk membersihkan diri dan bersiap-siap. Sekarang, waktu menunjukan pukul 7.30 WIB yang artinya Maya harus segera berangkat.
Sesampainya di kantor Maya disibukan dengan setumpuk kerjaan yang kemarin sempat tertunda. Satu persatu ia selesaikan sampai jam istirahat pun tiba.
"Lu gak ke kantin, May?" tanya teman Maya yang bernama Risa.
"Iya, gue nanti nyusul. Lu duluan ja dulu." Pandangan Maya masih tertuju pada komputer dan berkas yang ada di mejanya.
"Ya udah, gue duluan, ya," katanya lalu pergi.
Maya mengambil ponsel yang ada di sampingnya, terlihat hanya ada satu pemberitahuan. Ia membukanya dengan cepat tetapi ternyata bukan balasan dari Juha, melainkan pesan dari providers.
Kecewa sudah yang dirasa. Namun, apa boleh buat Maya tidak mau kelihatan berharap dan terlihat jelas menginginkan Juha.
Ia kembali bekerja, melewatkan waktu istirahatnya. Berjam-jam Maya mengerjakan itu yang akhirnya selesai semua. Dilihat lagi ponselnya tetap tidak ada balasan.
"Mungkin, dia hanya main-main. Jangan terlalu serius, may. Sakit nanti gak sesuai harapan," kata Maya buat diri sendiri.
Sebentar lagi waktunya pulang, Maya bersiap membereskan barang-barangnya.
Drrt ... drrt ....
Dengan cepat Maya menjawab, "hallo."
"Dek, lagi apa?"
"Lagi siap-siap mau pulang. Ada apa, Bang?" tanya Maya.
"Mau dijemput gak, Dek?"
"Memangnya, Abang gak ada kerjaan?" Maya pura-pura lupa kalau Juha libur.
"Gak ada, Dek. Dari pagi tidur, ini baru bangun. Bagaimana kamu mau gak?" tanya Juha lagi.
Maya tersenyum, terjawab sudah keraguannya. "Oh ... boleh kalau Abang gak keberatan."
"Gak sama sekali. Ya sudah, kirim alamatnya, sekarang juga saya berangkat."
"Oh, oke, Bang." Setelah dimatikan panggilannya Maya tertawa tanpa suara, tidak mau menjadi pusat perhatian satu ruangannya.
Setelah Maya menuliskan alamat kantornya, tidak lama kemudian langsung mendapatkan balas dari Juha 'OTW'. Ia tersenyum lagi.
Sore ini wajah Maya di penuhi dengan senyuman. Memang benar, setiap ada kesedihan pasti setelahnya ada kebahagiaan.
Tepat jam 5 sore Maya langsung turun ke lobi, duduk di tempat resepsionis. Setelah setengah jam menunggu akhirnya ponselnya berbunyi. Namun, bukan Juha yang menghubungi melainkan nomer tidak dikenalnya.
"Hallo," sapa Maya dengan malas.
"Hay, lagi apa?"
"Maaf, siapa, ya?" ketus Maya.
"Calon suami kamu."
"Ada perlu apa?" tanya Maya.
"Gak apa-apa. Cuma mau–."
"Nanti lagi ya, saya mau pulang." Maya ingin cepat-cepat mengakhiri panggilannya, gak penting juga dia telepon di saat kaya gini.
"Mau aku jemput?"
"Tidak, terima kasih," Jawab Maya dengan cepat.
"Ya sudah, bye. Hati-hati di jalan."
Maya mematikan sambungan teleponnya. Raut wajahnya kesal saat ponsel Maya berdering kembali. Namun, kali ini bukan Prawira yang menghubungi melainkan Juha.
"Iya, Bang."
"Dari tadi online, kenapa pacarnya mau jemput, ya?"
"Apaan, sih, Bang. Saya gak punya pacar."
"Masa?"
"Hm ... Abang udah sampai mana?" tanya Maya.
"Udah sampe kantor dari tadi. Ini lagi duduk di deket pos satpam," ucap Juha santai.
"Ya ampun, kenapa gak bilang, sih? tunggu, ya, Bang."
Maya langsung berjalan cepat menuju pintu. Langkahnya terhenti saat memegang kenop pintu, melihat sesosok Juha yang sedang bercakap dengan satpam kantor. "Kenapa Putra keren dari Prawira, sih" kata Maya dalam hati lalu ia keluar.
"Ya Allah, bisa dituker gak jodoh aku dengan orang yang ada di hadapanku" Berdoa dalam hati saat mendekati Juha. "Bang," sapa Maya sembari tersenyum.
"Eh, neng Maya. Akangnya dari tadi nungguin di sini sampe jamuran," kata Pak Satpam mendrama.
"Iih, lebay deh, Bapak." Maya beralih ke Juha. "Yuk, Bang!" ajak Maya.
"Pulang?"
"Gak, Bang mau nginep," jawab Maya sedikit candaan.
Saat di perjalanan tidak ada pembicaraan. Juha fokus pada jalanan yang macet, sedangkan Maya fokus memandang Juha dari belakang.
"Dek." Maya berdehem–mendekat untuk menajamkan pendengarannya. "makan dulu, ya!" seru Juha dari balik helmnya.
"Iya, Bang." Maya kembali ke posisinya, sedikit menjaga jarak.
Juha membawa Maya ke taman yang banyak pedagang makanan. Entah di sana ada acara kuliner atau memang setiap hari nya seperti itu. Ia pun tidak kenal dengan daerah ini.
"Wahh ... banyak sekali yang dagang." Maya Mengitarkan pandngannya ke seluruh sudut taman. "ini 'mah, bisa-bisa berat badan naik," gumam Maya yang masih bisa di dengar Juha.
"Gak apa-apa, kamu tetap cantik." Blush, pipi Maya memerah. Kulitnya yang putih membuat terlihat kontras.
"A-apaan, sih, Bang. Gombal." Juha tertawa membuat bibir Maya sedikit maju.
"Iih, gemes banget, sih. 'Tu bibir penge–"
"Pengen apa?!" tanya Maya bertolak pinggang. "Dasar, Mesum." Juha kembali tertawa. Kali ini buka tawa biasa tetapi sampai terbahak-bahak.
Terlalu lucu kelakuan Maya bagi Juha. Ia pikir Maya seperti cewe lainnya, kalau pertama kali di ajak jalan jaga image.
"Abang," rengek Maya.
"Oke ... oke ... kita mau makan apa?" Mereka berjalan perlahan sambil melihat-lihat.
"Kita makan ketoprak aja, yuk! abang doyan 'kan?" tanya Maya sambil mendekat ke arah kedai.
"Semua makanan saya doyan. Makan kamu juga doyan."
Maya langsung menoleh ke arah Juha "Haiss ... Abang!"
Setelah selesai memesan, mereka mencari tempat untuk duduk. Ramainya pengunjung membuat kursi yang tersedia penuh. Akhirnya mereka memilih untuk duduk di rumputan.
"Di sini aja gak apa-apa 'kan, May?" tanya Juha penuh khawatir, takut Maya tidak terbiasa seperti ini.
"Gak apa-apa, Bang. Malah enak bisa lesehan gini."
"Ya sudah, saya beli minuman dulu. Mau apa?"
"Ikut Abang aja," jawab Maya.
Juha langsung pergi, beberapa menit kemudian balik lagi dengan satu kantong plastik dan dua cup minuman.
"Ini minumannya, Nyonya," canda Juha. Maya hanya tersenyum.
Mereka mulai menyantap makanannya. Sesekali Maya melihat Juha sedang memperhatikannya.
"A-ada apa? belepotan, ya?" Gugup Maya membuat ucapannya terbata-bata.
"Gak, kok. Kamu cantik." Maya memejamkan matanya. Berpikir tentang Juha yang gampang sekali merayu wanita yang baru dikenalnya.
"Dek, jangan marah, ya!"
"Kenapa, Bang?" Jantung Maya berdegup kencang, takut ada sesuatu yang salah pada dirinya.
"Sebenarnya ...."
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Insani Sany
sebenarnya aku JUHA.. bukan PUTRA.. wkwkwk
2020-07-09
2
Thika Husna Farisah
lanjut thor
2020-07-08
0
🌹S RosEMarY 🌹🕌
NEXT
2020-07-08
1