Di rumah keluarga Sebastian
Seminggu telah berlalu. Namun, Kara masih juga belum pernah keluar kamar sama sekali. Sang kakak juga merasa sangat khawatir, tidak luput juga para pelayan dirumahnya. Dalam seminggu ini, dia tidak ingin makan dari tangan pelayannya. Dia akan makan sesekali jika sang kakak membujuknya, itupun hanya secuil. Tentu saja dia tidak berselera. Dia hanya menangis dan menangis sambil memeluk foto kedua orang tuanya, dan sesekali diciumnya foto itu. Dia kembali teringat dengan semua kenangan indah yang selama ini ia dapatkan dari keluarga tercintanya. Yang memang sudah hancur begitu saja.
Tok..tok..tok! suara pintu diketuk.
Kara hanya menoleh sebentar. Tidak menghiraukan sang kakak yang menghampirinya dengan membawa nampan berisi makanan ditangannya.
David meletakkan nampan yang dibawanya keatas meja disamping Kara. Dan duduk disisi ranjang.
Lalu dia memegang tangan sang adik dan berkata..
"Adikku tersayang.. kamu makan ya biar kakak suapin" bujuknya.
Namun hanya dibalas dengan gelengan kepala oleh adiknya.
David tak menyerah. Ia kembali melanjutkan ucapannya.
"Nanti kalau adik kesayangannya kakak sakit... Kakak harus gimana?! Kakak bakalan sedih dan mama papa yang di surga juga bakalan sedih sayang" ucapnya mencoba mencurahkan kasih sayang kedua orang tuanya melalui dirinya.
Walaupun itu hanya suatu kemustahilan baginya.
Kara menatap wajah sendu kakaknya dengan mata sembabnya. Tiba-tiba dia sadar bahwa dia telah menyusahkan kakaknya selama ini. Dia pun mulai membuka mulutnya.
"Kak.. Maafin Kara ya? U, udah nyusahin kakak terus" ucapnya lirih.
David pun langsung memeluk adiknya dan mencium rambut indah adiknya.
"Nggak kok sayang! Mana mungkin adik kakak yang gemesin ini ngerepotin kakak. Kakak sayang sama kamu. Apapun bakalan kakak lakuin buat kamu, meskipun harus mengorbankan hidup kakak." Ucapnya sambil tersenyum tipis.
"Makasih ya kak. Kara juga sayang sama kakak" ucapnya sembari membalas pelukan hangat kakaknya.
"Yaudah kamu makan ya, biar makin chubby, hehe.." ucapnya terkekeh berusaha menghibur adiknya.
Kara pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Beberapa saat kemudian
Kring..kring.. kring (suara dering ponsel David berbunyi).
Dia mengambil benda pipih tersebut dari saku celananya dan segera mengangkatnya.
"Ada apa? Baiklah!" ucapnya singkat dan mematikan ponselnya.
"Siapa kak?" Tanya Kara penasaran.
"Asisten kakak. Dia mengingatkan kakak kalau ada meeting penting hari ini. Kakak hampir aja lupa!" Balasnya sambil membelai lembut rambut Kara.
"Itu pasti gara-gara Kara kan kak.. yang selalu nyusahin kakak? Kara minta maaf ya, kak? Kakak harus standby disamping Kara terus walaupun banyak kerjaan dikantor" ucapnya lirih.
David langsung mencubit pipi adiknya pelan dan..
"Ini bukan karna adik kesayangannya kakak. Tapi karna kakak memang ingin dirumah sayang. Jadi kamu gak nyusahin kakak kok. Udah jangan sedih lagi, nanti kakak juga jadi gak semangat kerjanya. Kalau kamu tersenyum.. kakak juga tambah semangat kerjanya." Balasnya.
Kara hanya menganggukkan kepalanya. Dia tau bahwa kakaknya hanya berusaha menghiburnya agar tidak merasa bersalah.
Yaudah kakak berangkat ya, sayang? Kamu harus istirahat yang banyak." Sahutnya lagi.
"Enggak akh.. Nanti Kara gendutan"
"Yah.. gapapa dong! Mau kamu gendut, mau kamu kurus, mau kamu keriput tinggal tulang doang sekalipun.. kamu itu tetap adik kesayangan kakak" ucapnya terkekeh.
"Akhh.. Kakakkkkk...." teriaknya sembari melempar bantal kearah kakaknya yang sudah keluar dari pintu.
"Hahahaha"... David masih terkekeh.
Dia bahagia melihat adiknya sudah tersenyum. Dan ia mengusili adiknya seperti sedia kala.
Dia telah masuk kedalam mobil kesayangannya menuju kantor untuk menghadiri rapat yang akan dihadiri oleh para pemegang saham.
Sementara itu...
Kara masih berada didalam kamarnya. Dan dia mulai menyadari bahwa sudah seminggu belakangan ini, dia belum keluar kamar. Dia ingin berkeliling dirumahnya untuk menghilangkan kesedihan hatinya. Dia juga tidak mau selalu merepotkan para pelayan, tak terkecuali sang kakak.
Dia telah memutuskan untuk bangkit kembali. Tidak akan terpuruknya selamanya. Meskipun dia masih shock, tapi tetap harus melanjutkan hidupnya. Mengingat kembali pesan kedua orang tuanya kepadanya dan kakaknya...
"Kelak kalian harus saling menjaga dan melindungi satu sama lain dimasa depan. Jika suatu hari nanti papa dan mama gak ada lagi. Karena kita gak bisa terus bersama. Dan memastikan apa yang akan terjadi selanjutnya." Itulah pesan orang tuanya kepada mereka.
"Ya, aku harus kuat dan semangat menjalani kehidupan ku. Demi kakak.. agar mama papa juga ikut bahagia" batinnya.
Dia pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah beberapa saat, dia keluar dari kamar mandi dan memilih pakaian yang akan dikenakannya. Matanya tertuju pada baju polos rumahan yang selutut berwarna merah maroon, namun nampak imut dipakainya.
Dia menggerai rambut panjangnya yang indah.
Waktu telah menunjukkan pukul 3 sore.
Dia keluar hendak berkeliling. Namun, dia terhenti kala itu para pelayan menatapnya dengan wajah bahagia. Mereka bahagia nonanya sudah keluar kamar dan tidak mengurung diri lagi.
"Ada apa bi?" tanyanya dengan senyum manisnya.
"Nggak apa-apa non. Kami bahagia melihat non tersenyum" ucap bik Marni.
"Kalau ada apa-apa langsung panggil aja ya non.. kita mau lanjut kerja dulu. Sebentar lagi tuan muda akan kembali" ucap bik Sumi.
"Iya bi" sahutnya.
Kemudian dia melanjutkan langkahnya menuju taman belakang sembari melihat-lihat tanaman bunga kesayangan mamanya. Mamanya adalah seorang pecinta bunga. Jika mereka mengunjungi suatu tempat maka harus membeli Tabanan khas daerah tersebut. Dan mamanya juga kerap menanam tanaman langka.
Dia kembali teringat mamanya dan tak terasa dia menitikkan air matanya. Selepas itu, dia kembali menuju kearah gubuk kecil yang dihuni oleh seekor anjing berwarna putih menggemaskan yang sudah mulai tumbuh besar. Anjing tersebut mereka beli dari negara A ketika mereka liburan disana. Dan anjing tersebut merupakan kesayangan papanya. Waktu itu Tuan Rayn ngotot ingin membelinya dan memberinya nama "Taozy".
Dia teringat papanya melihat Taozy yang tengah duduk menggemaskan dan kembali terisak sambil mengelus-elus puncak kepala Taozy.
"Mama.. papa.. Kara janji untuk selalu jagain kakak, tanaman kesayangan mama, dan juga Taozy. Kara juga janji gak bakalan sedih lagi, gak akan cengeng lagi dan jadi anak yang berhasil seperti keinginan mama papa" ucapnya lagi.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. David telah pulang dari kantor dan langsung disambut oleh para pelayan.
"Selamat datang kembali tuan muda" ucap pak Leo. Pak Leo merupakan kepala pelayan keluarga Sebastian. Dia sangat setia dan juga menyayangi David dan Kara. Pria paruh baya tersebut memiliki seorang putri berusia 17 tahun. Dan istrinya telah lama meninggal.
Dan dibalas anggukan oleh David.
"Oh ya.. Apa Kara masih dikamar?" Tanyanya sembari melepaskan jasnya.
"Nona ada di taman belakang Tuan. Apa perlu saya panggilkan tuan?" Sahut Pak Leo sopan.
"Nggak usah. Biar saya yang kesana. Kalian siapkan saja makan malamnya. Kebetulan saya sangat lapar pak!" Sahutnya lagi dan berlalu pergi menuju taman belakang.
Baik Tuan " Pak Leo"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Edah Khudaedah
lanjut baca ,,,,
2021-05-04
1
Zulfa
Salken kak, JIKA mampir membawa like nih. Mari saling dukung kakak😍
2021-04-15
2