David hanya terdiam. Dia tidak berani memberitahukan apa yang terjadi kepada sang adik. Dia hanya bisa memalingkan wajahnya, menghindari tatapan mata sendu adik kesayangannya itu.
Kara pun tak putus asa. Dia menggoyang-goyangkan tubuh pria yang berdiri dihadapannya. Dan sontak saja sipemilik tubuh terkejut dari isakan tangisnya.
"Kak, apa yang terjadi? Kakak kenapa sih?" Tanyanya lagi tak sabaran.
"Dek, ki...kita harus.. harus tabah ya! ucapnya terbata-bata.
"Maksud kakak?" Ia bertanya karna tidak mengerti dengan perkataan kakaknya barusan.
David pun langsung berhambur memeluk sang adik karena tidak kuasa lagi menahan tangisnya.
"Sayang, mama sama papa... ucapannya terhenti. David kembali terisak.
Sontak Kara melepaskan pelukannya, kala mendengar mama dan papanya disebut oleh kakak kesayangannya.
"Mama sama papa.. kenapa kak? Apa yang terjadi? Mereka baik-baik aja kan kak? Kenapa kakak menangis?" tanyanya tanpa henti.
"Ma.. mama, saaa.. sama, sama papa.. ke, kecelakaan, sayang" Ucapnya terbata-bata.
"Aaapaaaa?" Kara berteriak begitu histeris.
"Ta tapi, me.. mereka ba.. baik-baik aja kan kak?" Sambungnya lagi merasa khawatir.
David hanya menggeleng.
Kara menggeleng-gelengkan kepalanya yang menandakan bahwa dia tidak mempercayainya.
Kara sangat shock. Kakinya tidak dapat berdiri tegap lagi, berasa jantungnya berhenti berdetak. Air matanya mengalir dengan derasnya.
Sakit, shock, rapuh.. ya tentu saja. Setiap orang juga pasti merasakan hal demikian kala mendengar berita yang begitu menyakitkan.
Dia tidak dapat berkata-kata lagi. Dia terduduk di lantai dengan tatapan kosongnya dengan deraian air mata yang tiada hentinya. Baru saja dia dan sang kakak memberangkatkan orang tua tercintanya, dia harus mendengar berita yang memilukan.
David pun memapah adiknya untuk duduk di sofa. Para pelayan yang mendengar ucapannya sontak kaget dan langsung menangis sembari berpelukan satu sama lain. Karna menurut mereka, keluarga Sebastian adalah keluarga yang sangat baik dan ramah, selalu memperlakukan mereka dengan sangat baik walaupun hanya pelayan sekalipun.
"Sayang, kita harus kuat, ya!" *U*cap David berusaha menguatkan adiknya.
Kara hanya terdiam. Tetapi David bisa mengerti perasaan adiknya yang berkecamuk. Karna Kara memang selalu dimanja oleh orang tua mereka dan juga dirinya. Tak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya tanpa kehadiran orang tuanya lagi disisinya.
David melambaikan tangannya yang menandakan bahwa dia memanggil seorang pelayan.
"Bi.. tolong bawa Kara kekamarnya. Dan jangan meninggalkannya seorang diri.
Saya mau kerumah sakit dulu" Ucapnya lirih.
"Iya Tuan" Sahut pelayan tersebut yang masih terisak.
Ketika pelayan itu memapah Kara yang akan membawanya ke kamar, tiba-tiba Kara pingsan.
Pelayan pun kaget. David yang melihatnya pun langsung membopong tubuh adiknya kekamar.
"Segera panggil dokter Rian" Ucapnya sedikit berteriak.
Dokter Rian adalah dokter kepercayaan keluarga Sebastian, yang merupakan sahabat baik Tuan Rayn. Dia sudah bekerja disana sejak Tuan Rayn dan Nyonya Sophia menikah.
Tak heran jika mereka terlihat sangat akrab.
Dikamar Kara
Sebelumnya dokter Rian telah tiba beberapa menit yang lalu. Dan segera memeriksa keadaan gadis yang sudah dianggapnya sebagai putrinya itu.
"Paman, gimana keadaan Kara?" Sahut David dengan tatapan sendunya. Ia mengelus-elus rambut indah milik adik kesayangannya itu.
"Dia baik-baik saja. Hanya shock dan membuatnya pingsan" Sahut dokter Rian.
"Kamu yang sabar ya nak. Aku sudah mendengarnya dari pelayan tadi. Sejujurnya paman juga merasa kehilangan" Ucapnya pelan. Tanpa disadari air matanya juga telah menetes.
"Yaudah paman pulang dulu ya nanti paman akan kembali lagi" ucapnya lagi.
Dan hanya dibalas anggukan oleh David.
David pun bergegas menuju ke rumah sakit untuk menjemput mayat orangtuanya.
Flashback off
Didalam mobil
"Pa.. Nanti setelah kita pulang, kita liburannya ke Jepang aja ya? Sekalian menjenguk bibiku yang tinggal disana!" Ucap mama Sophia membuktikan percakapan.
"Iya sayang. Terserah kamu aja!" Balas suaminya lembut sembari mengecup kening sang istri tercinta.
Tiba-tiba..
"Ckiiitt..! Suara mobil yang mereka tumpangi terdengar begitu berisik.
"Pak.. mobilnya kenapa pak?" Tanya Tuan Rayn khawatir.
"Remnya blong Tuan!" Sahut sang supir. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar karna merasa takut.
"Pa... mama takut! Apa yang harus kita lakukan? Gimana dengan anak-anak jika kita pergi?" Sahut mama Sophia khawatir.
"Mama tenang dulu, ya? Kita pasti baik-baik aja kok. Jangan berpikiran yang aneh-aneh. Ada papa disini." Ucap Tuan Rayn sembari memeluk sang istri.
"Ya Tuhan.. apa yang sebenarnya terjadi?
Kenapa tiba-tiba remnya blong? Biasanya pak Risky selalu memeriksa mobil terlebih dahulu sebelum berangkat kemanapun." Gumam Tuan Rayn dalam hati, dan semakin mempererat pelukannya.
"Braaaakk... Ckitt.. Brakkk!"
"Hati-hati pak! Akhhhh..."
"Braaakkkk.... Brakk!"
"Tidakkkkkk!" Teriak mereka bersamaan.
Mobilnya terlempar ke pinggiran jalan. Ya, kecelakaan yang mengenaskan baru saja terjadi. Hingga menyebabkan kehilangan nyawa. Tak seorangpun yang selamat dari marabahaya tersebut.
Orang yang disekitar pun terkejut dan merasa kasihan. Ada yang menangis histeris melihat kejadian tersebut.
"Ya Tuhan.. Malang sekali nasib mereka" Teriak seorang wanita tua dan sudah menitikkan air matanya.
"Hiks.. hiks semoga keluarga yang ditinggalkan tabah ya" ucap wanita satunya lagi.
Blaaa... blaaa... blaaa ... Dan masih banyak lagi lantunan ucapan lain dari sekitar.
Hingga polisi pun tiba ditempat. Karna seseorang telah menghubunginya tadi. Dan polisi tersebut mengambil ponsel milik mama Sophia yang kebetulan terhempas kejalan raya.
"Dan.... Apa ini keluarga dari keluarga ibu Sophia?" Sahut seorang petugas.
Setelah melihat kartu identitas korban, polisi langsung menghubungi nomor yang terakhir kali dihubungi oleh mama Sophia.
Flashback on
Pemakaman telah usai. Banyak tamu yang telah berlalu pulang kerumahnya masing-masing.
Tetapi deraian air mata Kara masih belum berhenti.
"MAMAA..... PAPAA.....!" Teriaknya.
KENAPA MAMA SAMA PAPA NINGGALIN KARA?? APA KALIAN GAK SAYANG LAGI SAMA KARA?" Lanjutnya lagi dengan suara seraknya, karna sudah lelah menangis sejak tadi.
"Kara harus gimana sekarang? Siapa yang bakalan meluk kara setiap hari, siapa yang bakalan nemenin Kara setiap saat?" Ia terus berteriak dan tak berhenti menangis. Hal itu membuat sang kakak merasa iba dan menitikkan air mata lagi.
"Aku harus kuat. Ya aku harus kuat. Gak boleh menangis. Demi Kara adikku, tersayang." Gumamnya pelan berusaha menguatkan dirinya sendiri.
David langsung menghampiri adiknya dan memeluknya erat sembari menepuk-nepuk dan mengelus rambut adik kesayangannya itu.
"Kamu jangan nangis terus ya, sayang? Masih ada kakak disini. Kita bakalan hadapin ini semua bersama. Kakak bakalan selalu menjaga dan melindungi kamu adikku.
Kita harus kuat ya..." ucapnya sembari menguatkan hati adiknya.
Selepas itu ia memapah adiknya untuk segera berdiri dari tanah untuk pulang kerumah mereka.
"Sayang.. kita pulang dulu ya. Besok kita kesini lagi jenguk mama papa. Nanti kamu bisa sakit.. kalo kamu sakit yang jagain kakak siapa?" Lanjutnya lagi sembari berusaha tersenyum.
"Ta.. tapi... "Sahut Kara. Namun ucapannya langsung dipotong oleh kakaknya.
"Sssttttt... ucap David yang langsung menutup bibir adiknya dengan jari telunjuknya agar adiknya tak beralasan lagi.
"Kakak janji kita bakalan sering-sering kesini" bujuknya.
Kara pun mengangguk, menuruti kemauan kakaknya. Mereka kembali kerumah, kesedihan masih menyelimuti seisi rumah. Suasana rumah yang biasanya hangat dan ramai... tiba-tiba sepi tanpa kehadiran orang tuanya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Mella Soplantila Tentua Mella
kasian sekali baru saja berpsmitan...blm beberapa jam aja uda dpt kbr duka dari ortu mereka yg mengalami kecelakaan dan meninggal 😭😭😭😭😭
2022-09-27
0
Novi Zahra
mampir kak
2022-06-14
0
clararine
😭😭😭😭😭😭 sabar ya ara
2021-10-17
0