Setelah Rinta menanyakan kepada Ziban, mengapa Andin dapat masuk ke ruangan padahal sangat terlambat, terlihat Ziban yang membisikkan sesuatu di telinga Rinta. Dan sejurus dengan itu, Rinta pun refleks menganggukkan kepalanya tanda memahami bisikan dari Ziban.
Andin meyakini, sesuatu hal yang dibisikkan Ziban kepada Rinta adalah kalimat-kalimat hinaan seperti,
"Hei kak Rinta, apa kau tidak melihat wajah kebon karet yang menyedihkan itu? Lihatlah wajahnya, yang bahkan bisa membuat semua orang bengkak mata. Atau kemungkinan, tadi dia menggoda pak satpam untuk bisa masuk ke sekolah. Biarkan saja Kak Rinta, nanti kita akan menjadikan dia boneka dan mengerjainya habis-habisan."
Benar-benar menyakitkan kata-katamu togor listrik, hiks.
"Baiklah, ayo masuk ke ruangan. Eh siapa namamu?"
Rinta menanyakan pada Andin dengan menyedakepkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Namaku Andin Puspita Arga, panggil saja Andin, Kak Rinta."
"Okey, cepat masuk!" (ucap Rinta tegas)
Andin pun langsung mengikuti Rinta masuk ke ruangan dan sedikit menoleh ke belakang. Dan ternyata Ziban pun pergi meninggalkan Ruangan Dahlia.
Apa! Bisa-bisanya Kak Rinta langsung berubah misterius seperti ini sih, atau jangan-jangan semua penghuni di sekolah ini misterius semua. Aaaaa, kenapa dugaanku selalu salah sih, benar-benar membuat kepalaku pening. Cih!
Andin pun dipersilakan masuk dan disuruh untuk memperkenalkan diri di depan semua siswa baru lainnya. Andin menuruti semua perintahnya. Lalu setelah selesai memperkenalkan dirinya, ia segera duduk. Terlihat hanya bagian kursi di belakang sendiri lah yang kosong. Itupun terdapat satu makhluk yang menghuni, itu artinya Andin harus berbagi tempat duduk semeja berdua dengan makhluk itu.
Ciri-ciri makhluk itu menggunakan seragam putih abu-abu sama sepertiku, tetapi dia sedikit tinggi dan berisi. Makhluk itu perempuan atau laki-laki sih? Kan harus liat ehem-ehem nya dulu baru tau dia laki-laki atau perempuan kan? Eh tunggu! Makhluk itu mempunyai rambut cepak dan tidak memakai kerudung sepertiku. Fiks banget sih dia pasti laki-laki. Hehe.
Lagi-lagi andin mengutuki kegilaannya sendiri dalam memprediksi seseorang. Ia cekikikan sendiri di dalam hatinya.
Kegiatan Andin di hari pertama orientasi selesai. Tentu saja dengan duduk bersebelahan dengan Arif alias Jin Tomang. Yang benar-benar membuat Andin menggelengkan kepalanya berkali-kali karena tingkah konyolnya. Lebih tepatnya tingkahnya yang benar-benar membuat Andin muak.
Terlihat semua siswa tengah mengemasi tas mereka. Itu pertanda kegiatan orientasi hari pertama benar-benar telah usai. Mereka pun bersiap-siap untuk kembali ke rumah tercinta mereka masing-masing. Dan ya, begitupun dengan Andin. Ia pun harus kembali ke asrama tepat pada waktunya.
"Apa kau mau aku antar ke rumah mu, Ndin?" (ucap Arif)
"Tidak usah."
Andin menjawab ucapan Arif tanpa melihat ke arahnya.
"Ayolah Ndin, aku kan hanya takut kau kenapa-kenapa saat perjalanan pulang. Aku boleh mengantar mu ya, Andin ku?"
Arif memasang raut wajah sok imut yang menurut Andin sangatlah menjijikan.
Apa dia bilang? Andin ku? Berhenti memanggil ku dengan sebutan Andin ku, Jin Tomang!
"Aku bilang tidak, itu berarti tidak!"
"Ayolah Ndin, kita kan sahabat karib..."
Sahabat karib? Sahabat dekat maksudnya? Sejak kapan kita sahabatan? Pergi menjauh sana!
"ANDIN AKAN PULANG DENGAN AKU!"
Tiba-tiba saja terdengar seseorang berucap cukup keras. Dan seketika itu pun Andin dan Arif melihat ke arah sumber suara. Arif terperangah melihat siapa yang datang.
"Wah sang ketua osis paling populer datang. Hai Kak Ziban, senang kau datang kak." (ucap Arif)
Arif terlihat sangat bersemangat ketika menyapa Ziban. Andin melihat ke arah Arif sejenak. Lalu ia mengernyitkan keningnya. Ia tidak memahami apa yang tengah dilihatnya.
Apa?! Arif kan laki-laki, mengapa dia terlihat begitu mengagumi kak Ziban, yang sesama laki-laki? Layaknya pandangan suka ke lawan jenis? Semua hal yang aku saksikan benar-benar menjadi tidak masuk akal akhir-akhir ini, hiks.
Andin memandang Arif dan Ziban secara bergantian.
"Aku akan pulang sendiri saja, tidak denganmu Arif dan tidak juga dengan Kak Ziban,"
"Sampai jumpa daaaah."
Andin pun berlari sembari membenarkan tas ransel di pundaknya, menjalankan misi suci mulianya. Yaitu kembali ke asrama dan tentunya meninggalkan Arif dan Ziban.
......................
Di tempat lain, tepatnya di asrama pesantren. Terlihat dua orang yang tengah berbincang sesuatu.
"Mbak Zulfia, tolong panggilkan Andin." (ucap Ummi)
Zulfia adalah santri kepercayaan Ummi satu-satunya. Sebagai kepercayaannya, Ummi memang kerapkali mengandalkan Zulfia. Dan tentu Zulfia pun dengan senang hati melayani nya.
"Ya Ummi, sebentar..."
Zulfia segera pergi ke lantai atas dengan tujuan kamar C12. Yaitu kamar Andin dan teman-teman nya, yang berpenghuni lima orang. Andin, Meta, Viola, dan si kembar Riana, Riani.
Zulfia membuka pintu kamar C12. Lalu ia menyusuri sekeliling kamar berukuran sedang tersebut yang terdapat tiga ranjang susun. Masing-masing ranjang menampung dua orang. Itu artinya, terdapat satu ranjang yang hanya ditiduri oleh satu orang. Yaitu, Putri Andin seorang.
Zulfia hanya melihat si kembar Riana dan Riani yang berada di meja belajar. Mereka terlihat sedang sibuk membaca buku. Zulfia pun segera menanyakan perihal Andin kepada Si Kembar.
"Mbar, memangnya Andin belum pulang, kalian bukannya seangkatan sekolahnya, kan? Lagian ini sudah sore." (tanya Zulfia)
"Kan beda sekolahnya mbak. Andin di aliyah, kami di kejuruan. Nanti juga pasti pulang mbak, walaupun Andin terlihat selalu semaunya sendiri, tetapi dia sebenarnya tau aturan dan baik hati kepada semua." (ucap Riana)
"Iya benar sekali, nanti juga pasti akan pulang sebentar lagi." (sambung Riani)
Hanya Riana lah yang sejenak menutup bukunya. Sedangkan Riani masih saja menatap novel yang tengah dibacanya tanpa melihat ke arah Zulfia.
"Baiklah, jika nanti sudah pulang katakan kepadanya, Ummi mencarinya. Aku akan turun ke bawah mengatakan kepada Ummi bahwa Andin belum pulang." (ucap Zulfia)
"Okay mba..."
Riana dan Riani menjawab dengan bersamaan. Dan Zulfia pun bergegas kembali turun ke bawah untuk menemui Ummi.
......................
Masih ditempat yang sama, tempat yang ditinggalkan Andin tadi. Ya, Ruangan Dahlia. Masih berdiri dua makhluk meresahkan yang mengganggu Andin di hari pertamanya orientasi. Entah hanya di hari pertama orientasi saja, atau berlanjut. Hanya Tuhan yang mengetahuinya.
Arif dan Ziban tengah sama-sama berdiri. Tetapi tentunya dengan pikiran yang berbeda-beda. Yang satu sedang memikirkan Andin, yang satu lagi sedang mengagumi sosok didepannya yang dianggapnya sangat keren.
"Kak Ziban! Kita mau sampai kapan disini kak, semua sudah pulang. Begitupun dengan Andin."
Ucap Arif memecah keheningan. Hal itu membuat Ziban baru tersadar akan sesuatu.
"Oh tuhan! Sampai jumpa besok Rif, aku pulang dulu." (ucap Ziban)
Ziban pun berlari terburu-buru. Meninggalkan Arif sendirian di Ruangan Dahlia.
Yayaya, ditinggal sendirian kapanpun dan di manapun aku berada, adalah takdirku sepertinya!
Ziban masih berlari mengejar seseorang. Ya, siapa lagi kalau bukan Andin lah bintang utamanya. Ziban mengejar Andin, tentu saja terdapat alasan tertentu. Tidak mungkin seorang Ziban yang sangatlah terhormat, berlari mengejar seorang perempuan. Yang bahkan dengan sangat mudah ia dapatkan bermodal tampang, pesona, dan juga prestasinya. Lagi-lagi, hanya ia dan tuhannya saja lah yang mengetahui apa tujuannya.
"Ah kenapa aku sampai kelupaan seperti ini, sih!" (ucap Ziban lirih)
Ziban berhenti di depan pintu gerbang sekolah dengan nafas ngos-ngosan naik turun dan juga sedikit terbatuk-batuk. Itu pertanda ia benar-benar bersungguh-sungguh dalam berlari mengejar Andin.
Cih! Kali ini kau lolos, Andin! Tunggu saja besok. Kau akan menerima akibatnya!
Geram Ziban dengan mengepalkan tangannya. Lalu memukul keras tembok gerbang, yang bahkan tak mengetahui apa-apa.
......................
Sesampainya Andin di asrama pesantren.
Benar-benar hari yang melelahkan, hari ini semua orang seperti sudah berjanjian saja dengan membuatku repot. Nasibku disini benar-benar memprihatinkan, hiks.
Tiba-tiba saja Meta datang. Membawa secangkir teh dari dapur. Meta memang sahabat dekat Andin, dan tentunya paling memahami semua tentang Andin baik suka maupun duka.
Wah, Meta membuatkan ku teh hangat. Ah, dia memang sahabat ku yang paling top.
"Ndin, sudah pulang? Kenapa sampai sore seperti ini? Bukannya masih orientasi..." (ucap Meta)
Meta menyeruput secangkir tehnya yang masih mengepul.
"Aku kira teh nya untukku, Met. Bisa-bisanya kau memberiku harapan palsu, huhu." (ucap Andin cemberut)
"Enak saja, buat sendiri sana!"
Meta kembali menyeruput tehnya, dengan mimik wajah meledek yang sangat dibuat-buat tentunya.
Aku menarik kembali kata-kataku, yang mengatakan bahwa Meta adalah sahabatku paling top. Sahabat macam apa, cih!
"Met, lihat ke arah pojok dinding. Kenapa aku baru menyadari bahwa disana ada sarang lebah. Wah, wah, sepertinya terlihat membahayakan. Dan sepertinya juga, kita harus segera lapor ke pihak pengurus."
Andin berbicara sembari menunjuk ke arah dinding. Meta pun segera ikut melihat ke arah dinding yang ditunjuk Andin.
"Apa? Dimana lebahnya?!"
Meta menyusuri dinding. Ia terlihat sangat panik. Meta memang sangat takut dengan serangga yang satu itu. Melihat Meta yang tengah serius menyusuri dinding, Andin pun segera mengambil kesempatan tersebut. Ia meneguk tandas secangkir teh milik Meta. Dan setelah itu, Andin segera berlalu secara diam-diam.
Beberapa saat Meta merasa dibohongi Andin, Meta pun segera berbalik arah, hendak meminta penjelasan Andin. Tetapi, sayangnya nihil. Yang ada hanya cangkir kosong tak bersisa. Menandakan seseorang telah meneguk habis tehnya. Hal itu berhasil membuat Meta benar-benar naik pitam.
"Andiiiiinnnn!!!!!!!!!!!!"
Dibawah ujung tangga terakhir, Andin cekikikan sendiri mendengar umpatan-umpatan Meta, sahabat dekatnya.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
my
😍😍
2021-06-08
1
RIndy Astuty
perasaan tdi lokasinya di bandung, tpi ko pke bhasa jawa?😇
2021-05-13
2