Aku, Andin Puspita Arga.
Puspita adalah nama belakang mamah ku, Kumala Puspita. Sedangkan Arga adalah nama depan papah ku, Arga Raharga.
Nama yang diberikan oleh papah dan mamah ketika aku membuka mataku, untuk pertama kalinya ke dunia yang penuh tipu-tipu ini. Anak yang selalu dinanti-nantikan oleh kedua orangtua ku. Ya, anak perempuan pertama yang lahir dari keluarga Raharga.
Papah Arga adalah seorang pengusaha sukses terkenal di kotaku, bahkan hampir semua penjuru mengetahui papah ku, karena papah memanglah pengusaha sukses sejak ia masih muda. Selain itu, ia memang sudah beberapa kali muncul di layar televisi sebagai pembicara atau narasumber pengusaha sukses muda dalam berbagai acara dan seminar.
Apa? Papah ku keren? Menurutku biasa saja.
Mamah Kumala. Mamah ku sangatlah cantik. Tampilan dengan dress feminim yang selalu mamah suguhkan setiap hari untuk papah seorang.
Setiap mamah keluar rumah, pasti mamah memakai pakaian yang sopan, tertutup dan anggun.
Ya, begitulah mamah. Semua lekuk keindahan tubuhnya hanya untuk papah semata.
Kira-kira seperti itu maksud mamah.
Hemm, aku jadi ingin lekas bersuami kalau tidak sengaja melihat mamah sama papah berduaan mesra-mesraan.
Hei, ingat Andin. Kau itu masih bau kunir! Eh maksudnya bau kencur, belum cukup umur! Tidak tau diri sekali kau.
Aku dimanja?
Aku disayang?
Aku selalu ditimang-timang?
Karena aku anak pertama dan satu-satunya?
Oh sayang sekali, kali ini dugaan kalian salah!
Aku, Andin Puspita Arga memanglah anak perempuan satu-satunya yang tentunya akan menjadi pewaris sekaligus yang melanjutkan perusahaan papah.
Itu kalau mamah dan papah tidak ada rencana untuk membuat ehem-ehem lagi sih. Ya, semacam menyusun strategi membuat manusia kecil lagi. Apa?! Kau tanya bagaimana cara membuatnya ke aku?! Memangnya aku tau dari mana heh! Seperti ini juga aku kan masih polos, imut dan menggemaskan tau, cih!
"Kau adalah anak perempuan papah satu-satunya, kau lah yang akan mengelola perusahaan pusat beserta cabang-cabangnya suatu saat nanti. Oleh karena itu, tumbuhlah menjadi wanita tegar dan kuat demi papah dan demi masa depanmu nanti. Papah tidak memanjakan mu bukan berarti papah tidak sayang padamu Andin. Papah hanya ingin tuan putri kecil papah ini, tumbuh menjadi wanita yang dewasa dan tegar."
Ucap papah beberapa tahun silam, ketika aku bertanya padanya mengapa papah kerapkali menghukum ku, walau kesalahan yang sama sekali tak ku mengerti sekalipun.
Ya, seperti itulah kehidupan sebenarnya yang terjadi di masa-masa kecilku. Semboyan papah saat mendidikku waktu kecil yaitu "Salah ya salah, dan harus dihukum atas kesalahannya."
kenapa tidak kau bunuh saja aku pah?! Lebih baik aku mati saja.
Bintang utama kesayangan ku disini tentu saja mamah seorang. Ia selalu melindungi ku saat aku akan dihukum oleh papah. Seperti saat aku menolak untuk ikut kursus pribadi belajar Bahasa Inggris oleh papah. Aku menangis tersedu-sedu karena masih ingin bermain dengan boneka-boneka ku.
"Sudahlah pah, Andin kan masih kecil. Biarlah Andin tumbuh normal seperti anak-anak lain pada umumnya. Kenapa harus papah didik keras seperti ini sih?"
Saat itu mamah memelukku dan mengusap air mataku.
"Papah mendidik keras seperti ini demi masa depan Andin mah. Mamah diam saja. Papah tahu apa yang harus papah lakukan."
Masa depan apa sih pah? Bunuh aku pah! Bunuh aku supaya kau puas! Aku ingin bermain dengan boneka-boneka ku lagi, pergi jauh sana!
Teman-teman ku pasti selalu berkata kepada ku.
"Wahh, semangnya jadi Andin ya. Anak tunggal dari keluarga Raharga..."
"Wahh, senangnya jadi Andin ya. Tidak akan kekurangan apapun..."
"Wahh, senangnya jadi Andin ya. Kehidupan nya pasti sangatlah menyenangkan..."
"Papah Andin juga terlihat tampan dan keren sekali ya. Mamah nya juga terlihat cantik dan menawan sekali wahh..."
Cukup.
Aku bilang cukup.
Kalau kalian ingin mengambil papah ku, ambil saja sana! Ambil saja! Tapi tidak dengan mamah ku! Aku benar-benar muak dengan kalian.
Hingga suatu hari ketika pengumuman nilai hasil Ujian Nasional menengah diumumkan.
"Andin!! Kenapa nilai Bahasa Inggris mu hanya 9,8!" (ucap papah)
Saat itu, papah benar-benar terlihat tengah emosi kepadaku.
9,8 dibilang kecil?! Memangnya nilai Bahasa Inggris papah dulu, berapa? Menyebalkan.
"Itu nilai paling tinggi di sekolah ku pah. Lagian aku kan mendapat penghargaan lulusan terbaik di sekolah, pah."
"Papah tidak peduli dengan itu! Papah hanya tanya kenapa nilai Bahasa Inggris mu kalah saing dengan Rian, anak teman papah yang mendapat nilai Ujian Nasional Bahasa Inggris 9,9! Kamu pasti kurang fokus dan kurang teliti!"
Apa-apaan sih papah ini, jadi mau papah sebenarnya apa sih pah? Aku lelah ditekan terus-menerus, hiks.
"Maaf pah, Andin kurang teliti dalam mengerjakan."
"Lain kali harus tetap diteliti dengan baik dan fokus. Papah sudah membuat keputusan, papah akan mengirim mu ke asrama pesantren. Kau akan belajar materi umum di sekolah dan belajar mendalami ilmu agama juga di pesantren."
Apa? Mengirim ku ke asrama pesantren? Kegilaan apalagi yang papah ciptakan untukku sih. Kenapa harus ke pesantren? Aku kan sudah menentukan melanjutkan di sekolah favorit. Andin! Kali ini kau harus menentang keputusan papah.
"Tapi pihak sekolah memberikan beasiswa ke SMA favorit pah, dan tidak bisa ditolak karena sebagai bukti menghargai pihak sekolah."
"Papah sama sekali tidak membutuhkan beasiswa darimana pun untukmu. Mengenai beasiswa, akan papah urus nanti. biarlah siswa lain yang lebih membutuhkan untuk menerima beasiswa tersebut."
Ayo Andin bicara lagi pada papah mu. Buat alasan lainnya supaya kau tidak jadi dikirim ke asrama pesantren! Kali ini kau pasti bisa! Come on.
"Baik pah, aku akan menuruti semua kemauan papah."
Puas.
Sudah puas kau ingin memisahkan aku dengan mamah ku!
Aku benar-benar membencimu.
Kau benar-benar tidak memiliki hati nurani!
......................
Di kamar mewah Andin berada.
Aku benar-benar tak habis pikir dengan keputusan papah. Bagaimana kalau aku kabur dari rumah saja, ya? Ah, tidak. Itu terlalu susah, bagaimana nanti aku makan? Yang ada, aku akan mati kelaparan.
Oh atau aku pergi ke rumah nenek saja ya? Selain mamah, nenek kan juga paling sayang padaku. Ah! Bagaimana mungkin, nenek pasti juga tidak dapat berbuat apa-apa sama seperti mamah.
Tunggu, atau aku pergi ke rumah Tante Helen saja ya? Ya, yang sering aku lakukan ketika aku sedang muak berada di rumah. Ya benar. Aku harus kesana, minimal untuk bukti mogok ku karena aku akan di kirim ke asrama pesantren.
"Andin sayang..."
Terdengar mamah mengetuk pintu.
"Ya mah, masuk saja. Kamarnya tidak dikunci."
Mamah pun masuk dengan membawa nampan berisi segelas susu, dan sekotak buah yang sudah dikupas bersih dan dipotong-potong.
"Mamah boleh duduk, Andin sayang?"
"Tentu saja, Andin tau ada sesuatu yang ingin mamah bicarakan dengan Andin. Bicaralah, mah."
Ucapku, sambil mendekati mamah dan menjatuhkan kepala di pangkuan mamah. Entah kenapa aku merasa sangat manja akhir-akhir ini.
"Mamah selalu sayang sama Andin. Jangan pernah menganggap mamah ini sebagai orang lain di dalam hidup mu. Sayang..."
Mamah menggantungkan kalimatnya tanpa berhenti mengelus-elus rambut ku.
"Turuti saja keputusan papahmu dengan hati lapang. Papahmu tahu apa yang terbaik untukmu. Jangan berusaha menolak atau bahkan berusaha kabur ke Tante Helen,"
Bisa-bisanya rencana ku sudah diketahui mamah, sebelum aku jalankan? Ah, mamah memang selalu dapat menebak apa yang aku pikirkan.
"Dan jangan sampai membenci papah mu sayang..."
Mamah melanjutkan kalimatnya lagi.
Andin sangat tulus dalam menyayangi mamah. Tapi tidak dengan suami tercinta mamah. Maafkan Andin sekali lagi, mah.
"Ah, kenapa Andin harus membenci papah, mah? Papah sudah sangat baik dalam mendidikku."
Pada saat itu, aku benar-benar mengutuki kata-kataku sendiri yang terlontar dari mulutku. Sedangkan mamah tersenyum kepadaku.
"Bersiap-siaplah, ayo pakai kerudung mu sayang. Di depan ada seseorang yang ingin menemui mu. Mamah ke depan dulu ya? Nanti kau harus menyusul. Dia sedang menunggu mu. Ah iya, jangan lupa susunya diminum."
Mamah mengecup keningku kemudian berlalu meninggalkan ku, sendirian.
Seseorang? Menungguku? Kira-kira siapa? Kenapa dia menunggu ku? Ah persetan dengan nya. Paling hanya guru bimbingan bahasa baru yang papah persembahkan untuk membuatku semakin gila di rumah ini.
Di ruang tamu berada...
"Andin mana mah, kenapa tidak ikut keluar?"
Tanya papah yang selalu bersikap tenang dengan siapapun kecuali denganku.
"Sedang menuju ke sini pah, hitungan detik pasti datang,"
"Tuh kan yang dibicarakan datang, juga."
Saat itu, aku melihat semuanya yang tengah menungguku. Dan ya, aku melihat seseorang yang ingin menemuiku. Laki-laki yang memakai kemeja abu berpadu jas berwarna silver. Wajahnya terlihat berseri-seri. Terdapat tahi lalat kecil yang menempel di pelipis nya sebelah kanan. Ia terlihat berwibawa dan ya, menawan. Saat itu pula, aku dibuat terkejut ketika laki-laki itu, mengulas senyum.
Astaga, apa yang dia lakukan? Kenapa dia tersenyum seperti itu? Dan lihatlah kedua lesung yang menyempurnakan senyuman nya itu. Mamah, dia siapa mah?
BERSAMBUNG...
JANGAN LUPA UNTUK MENINGGALKAN JEJAK SEPERTI VOTE/LIKE/KOMENTAR YAAA...🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Nuriyati Pambajeng
Udah mampir nih di keluarga raharga
2021-03-16
1