Diruang tamu yang besar nan mewah. Tengah berlangsung perbincangan antara mamah, papah, dan seorang laki-laki yang bahkan tak ada satupun dari mamah atau papah menyebutkan namanya. Ia terlihat sangat kaku.
Tapi tidak apa-apa, kau tetaplah tampan. Tapi bisakah kau mempersembahkan senyum mu sedikit lagi, untukku? Aku ingin melihat lesung mu lagi. Ah, come on si kaku tampanku.
"Mah, dia siapa si?"
Karena sudah sangat penasaran, aku pun bertanya kepada mamah dengan berbisik-bisik.
Tetapi sayangnya, mamah ku hanya tersenyum tanpa berniat untuk memberi jawaban dari pertanyaan ku. Lalu mamah kembali bergabung bersama papah dan juga laki-laki tersebut. Mereka berbincang kesana kemari perihal bisnis. Beberapa kali terlontar candaan-candaan kecil yang membuat mereka tertawa. Tunggu! Bukan mereka. Tetapi hanya papah dan mamah ku yang terdengar tertawa nyaring.
Ada apa dengan laki-laki di depanku ini? Kenapa dia beberapa kali menundukkan kepala ke bawah? Dia terlihat sedikit malu-malu. Sangat berbeda denganku yang selalu malu-maluin. Hehe.
Oh tuhan, sampai kapan aku harus duduk diam disini mendengarkan mereka berbincang-bincang mengenai miniset-miniset apalah itu. Aku sama sekali tidak memahami nya.
Apa hubungannya miniset dengan perusahaan? Apa mungkin mereka akan mendirikan perusahaan lagi khusus produksi miniset? Kalau iya sekalipun, memangnya apa hubungannya denganku dan apa gunanya aku disini? Cih.
Bukan miniset bodoh! Tapi OMSET. Omset atau pemasukan. Mereka sedang berbicara mengenai pemasukan di perusahaan. Kau benar-benar payah, Ndin.
Siapa yang mengatai ku bodoh, hah? Aku hanya berpura-pura tidak tahu saja!
Aku memang kerapkali berdialog sendiri di dalam hatiku. Entah mengapa, hal itu membuatku sangat terhibur. Dan hal itupun, menjadi kebiasaan ku hingga sampai detik ini.
"Ndin?"
"Andin...?"
"Andin Puspita Arga! Anak papah yang tercantik sejagad raya!"
Panggil papah berkali-kali karena aku tidak menjawab panggilan papah. Dan memang faktanya, aku tengah sibuk dengan lamunan ku sendiri.
"Eh, kenapa pah?"
Jawab ku sedikit terkejut. Dan laki-laki yang tengah berada persis di hadapan ku, yang duduk dengan kepala menunduk, tiba-tiba melirik ku dengan ekor matanya.
Oh tuhan, mata kami sempat beradu.
Aaaa mata dia sangat indah. Tuhan, kenapa kau menciptakan dia sesempurna itu sih?
"Papah kan sudah sering mengatakan padamu, jangan biasakan kebiasaan burukmu yang sering melamun apalagi ketika di depan banyak orang."
"Maaf pah."
Hanya itu yang bisa aku katakan kepada suami tercinta mamah, pada saat itu. Aku tahu, papah terlihat tengah marah. Jika tidak ada tamu disitu, pastinya suami tercinta mamah akan menghukum ku, seperti biasa. Kali ini mungkin Andin harus sedikit berterimakasih kepada tamu tersebut.
Sebentar-sebentar, kenapa laki-laki itu melihat ku seperti itu sih. Kenapa harus tatapan nanar seperti itu?! Seperti mengatakan...
"Kasihan sekali kamu adik kecil, aku tahu mungkin hari-hari mu tidaklah menyenangkan. Aku bersedia menjadi kakak mu jika kau mau."
Kau bilang apa?! Aku tidak mau menjadi adikmu! Kalau kau menawariku untuk menjadi ibu dari anak-anakmu, itu baru aku sangat mau! Hehe.
"Andin, nanti kau akan belajar mengenai ilmu perbisnisan dengannya sebelum kau berangkat ke pesantren."
Ucap papah menunjuk ke arah laki-laki yang masih terlihat tetap menunduk itu.
Sudah kuduga...
"Kau bersedia menimba ilmu bisnis darinya kan, sayang?" (sambung mamah)
Aaaa, tentu saja dengan senang hati, mah.
"Terserah mamah sama papah saja."
"Nah, itu baru putri papah".
Tarik kata-kata mu! Kau hanya menganggapku sebagai putrimu jika aku menuruti semua keinginan mu, kan?! Pergi menjauh, karena aku tidak butuh sosok seperti mu!
......................
Les privat mengenai bisnis berbisnis akan berjalan beberapa bulan kedepan untuk mengisi masa liburan ku. Dan les akan dimulai hari ini. Tentu saja dengan alasan karena papah tidak ingin aku bersantai dan bermalas-malasan ria selama liburan ku.
Les privat segera dimulai, Aku dan guru privat baru ku alias si kaku tampan ku, sudah berada di kursi taman belakang rumah Keluarga Raharga. Ya, tentu saja karena aku memilih untuk belajar di taman. Awalnya papah menolak permintaan ku karena besar kemungkinan, aku tidak akan serius dan fokus selama pembelajaran berlangsung.
Lagi-lagi, ini berkat jasa guru privat baru ku itu. Dia yang membantu mengiyakan keinginan ku kepada papah dengan alasannya, yaitu...
"Beberapa anak memang menyukai belajar yang rileks, tuan. Itu sangat membantu anak dalam pembelajaran berlangsung, apalagi anak-anak kan memang seharusnya tidak di kekang. Tidak apa-apa Tuan Arga, kegiatan les privat dapat dilakukan dimanapun sesuai keinginan putri tuan."
Wajah papah terlihat sedikit pias, mungkin karena sindiran secara tidak langsung yang terlontar dari mulut guru privat baru ku. Entah mengapa Aku merasa ada sesuatu yang hadir menyejukkan hati dan membuat ku tiba-tiba merasa di lindungi.
Aaaa, kau benar-benar malaikat penolong ku. Izinkan aku untuk memelukmu.
"Baik, kita mulai pelajaran hari ini ya, dimulai dengan pengenalan bisnis berbisnis."
Guru privat ku menjelaskan dengan penuh kharisma kepadaku. Sesekali menunjukkan beberapa kertas yang ia keluarkan dari tas hitam miliknya yang berisi gambar diagram-diagram bisnis beserta keterangannya.
Aku pun memperhatikan dengan seksama. Bukan dengan penjelasannya, melainkan dengan orang yang tengah menjelaskan.
"Apa ada pertanyaan, atau sesuatu yang belum kau pahami?" (tanya guru privat ku)
Apa kau sudah memiliki pacar?
Ah rasanya tidak sopan jika aku bertanya seperti itu.
"Mengenai penjelasan anda rasanya sudah cukup paham, tetapi apa boleh saya bertanya sesuatu tentang hal pribadi?"
"Tanya saja."
"Siapa nama anda? Saya bahkan belum mengetahui nama anda. Jika saya berusaha bertanya kepada mamah, dia hanya selalu tersenyum menyebalkan. Entah apa maksudnya."
"Zidan Haq."
Ah, sebenarnya aku tidak peduli dengan nama mu, karena siapapun nama mu aku akan tetap memanggil mu dengan sebutan si kaku tampanku, haha.
......................
Pelajaran pertama hari ini telah usai, guru privat baru ku, beranjak pergi setelah mengakhiri pelajaran hari itu. Aku pun segera menuju ke kamar mewah ku dan mengambil handuk lalu berniat menjalankan ritual rutin ku. Yaitu berendam air hangat di bathroom. Rasanya ingin sekali aku melepas penat yang berada di kepalaku.
Ah, seperti ini juga, aku harus serius dalam menerima semua materi yang si kaku tampanku berikan kepadaku. Ini demi martabat ku sebagai muridnya dan tentu saja sebagai persiapan diri untuk pertanyaan-pertanyaan yang akan menghujani ku dari papah, nantinya.
Berendam diri di bathroom, adalah pilihan terbaik untuk melepas penat, it is a fact. Setelah berendam aku akan meminta izin pada mamah untuk pergi menemui Tante Helen. Ah, rasanya rindu sekali padanya.
Aku menyudahi ritual berendam ku, dan segera bersiap diri menemui Tante Helen. Orang yang selalu aku temui ketika aku sedang tidak mood berada di rumah.
"Andin mau ke rumah Tante Helen ya mah, sebentar saja."
"Kenapa sayang, apa kamu sedang tidak suka berada dirumah?"
"Ah bukan seperti itu, mah. Andin hanya rindu dengan Tante Helen, kan sudah lama Andin tidak kesana." (jawab ku cengengesan)
"Baiklah sayang, nanti mamah akan mengatakannya ke papah. Kali ini biarkan sopir mengantar mu, ya." (ucap mamah)
"Aaaa tidak usah mah, Andin sudah memesan ojek online."
"Dah, mamah...Andin pergi dulu ya."
Ucapku, tanpa memberi mamah kesempatan untuk menjawab ku lagi. Aku pun segera mencium telapak tangan dan pipi kanan mamah, lalu berlari ke depan rumah menemui ojek online yang sudah menunggunya sejak tadi.
"Kau memang sangat mandiri, sayang." (gumam nya)
......................
Motor ojek online yang melaju dengan kecepatan sedang akhirnya berhenti tepat di depan rumah yang tak kalah luas dan mewah dengan rumah ku. Tentu saja setelah pak satpam membukakan pintu gerbang yang tanpa bertanya kepada ku. Karena ia sudah paham dengan siapa yang datang. Aku pun segera membayar ojek dengan mengeluarkan lima lembar uang kertas bergambar Ir. Soekarno dan M. Hatta yang sama-sama memakai peci berwarna hitam.
"Maaf ini terlalu banyak, nona."
"Ah tidak, pak. Tadi sudah aku berikan lima bintang juga untuk bapak. Anggap saja sebagai ucapan terimakasih karena bapak sudah mau mengantarku ke sini."
"Kau sangat baik nona, semoga kau selalu berbahagia."
Motor ojek online melaju meninggalkan ku setelah berterimakasih dan meminta izin ingin melanjutkan kembali pekerjaannya.
"Semoga doamu terkabul, pak." (lirihku)
Sekilas terlihat Tante Helen yang tengah menyiram tanaman nya. Aku pun segera berlari mendekat ke arahnya dengan hati dan wajah berseri-seri.
"Tante Helen!"
Aku berteriak dengan bersemangat. Tante Helen terlihat sedikit terkejut dengan kedatangan ku.
"Andin sayang, kau kesini? Apa kau sedang ada masalah lagi dengan papah mu, nak?"
Tante Helen tersenyum lalu meraih tubuh mungil ku untuk didekapnya.
"Aku sangat merindukanmu, Tante Helen."
Aku pun membalas pelukan hangat dari Tante Helen.
"Baiklah. Apa papah dan mamah mu baik-baik saja?"
Tante Helen melepaskan pelukannya.
"Ah, mamah baik-baik saja. Tetapi jangan tanyakan tentang papah padaku, karena aku tidak peduli dengannya. Tante kan tahu, papah sangatlah menyebalkan."
"Andin sayang, suatu hari nanti kau pasti tahu alasan sebenarnya kenapa papah mu memperlakukan mu seperti itu sayang, percayalah."
"Sudahlah, jangan membahas nya. Aku hanya ingin bertemu dan berbincang-bincang dengan tante saja."
"Apa?! Kau hanya ingin bertemu dengan tante? Kau yakin tidak ingin bertemu dengan Rossie, dia juga teman mu kan."
"Ah anak tante itu sangat membuat ku pusing. Dia terlalu cerewet, berbeda sekali denganmu."
"Apakah tante, tahu? Dia di sekolah sangatlah cengeng." (sambung ku)
"Hahaha, dia memang masih sangat kekanak-kanakan."
Tante Helen menjawab ungkapan polos ku dengan tertawa renyah. Dan tiba-tiba saja, terdengar seseorang menggeram. Aku dan Tante Helen tertawa bersama setelah mengetahui yang tengah dibicarakan rupanya sudah berada di sekeliling mereka.
"Jangan dengarkan dia bu! Andin hanya mengarang cerita. Aku tidak secengeng itu, dasar! Pergi sana dari rumahku! Jangan temui ibuku lagi!"
Aku dan Tante Helen kembali tertawa terpingkal-pingkal setelah mendengar geraman menohok dari Rossie, anak Tante Helen, teman sekolah ku.
BERSAMBUNG...
HAPPY WEEKEND, SEMOGA HARI KALIAN MENYENANGKAN ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
thor aku kok kadang bingung,, suara dalam hati atau beneran,, ga ada badanya ngomong dalam hari atau beneran,, harusnya ada bedanya,, biar bacanya gampang dan ga bingung 🙏🙏🙏
2022-07-11
1
Anas Musyafa
next thour
2021-03-14
2