Masa kecil Andin Part ll

Diruang tamu yang besar nan mewah. Tengah berlangsung perbincangan antara mamah, papah, dan seorang laki-laki yang bahkan tak ada satupun dari mamah atau papah menyebutkan namanya. Ia terlihat sangat kaku.

Tapi tidak apa-apa, kau tetaplah tampan. Tapi bisakah kau mempersembahkan senyum mu sedikit lagi, untukku? Aku ingin melihat lesung mu lagi. Ah, come on si kaku tampanku.

"Mah, dia siapa si?"

Karena sudah sangat penasaran, aku pun bertanya kepada mamah dengan berbisik-bisik.

Tetapi sayangnya, mamah ku hanya tersenyum tanpa berniat untuk memberi jawaban dari pertanyaan ku. Lalu mamah kembali bergabung bersama papah dan juga laki-laki tersebut. Mereka berbincang kesana kemari perihal bisnis. Beberapa kali terlontar candaan-candaan kecil yang membuat mereka tertawa. Tunggu! Bukan mereka. Tetapi hanya papah dan mamah ku yang terdengar tertawa nyaring.

Ada apa dengan laki-laki di depanku ini? Kenapa dia beberapa kali menundukkan kepala ke bawah? Dia terlihat sedikit malu-malu. Sangat berbeda denganku yang selalu malu-maluin. Hehe.

Oh tuhan, sampai kapan aku harus duduk diam disini mendengarkan mereka berbincang-bincang mengenai miniset-miniset apalah itu. Aku sama sekali tidak memahami nya.

Apa hubungannya miniset dengan perusahaan? Apa mungkin mereka akan mendirikan perusahaan lagi khusus produksi miniset? Kalau iya sekalipun, memangnya apa hubungannya denganku dan apa gunanya aku disini? Cih.

Bukan miniset bodoh! Tapi OMSET. Omset atau pemasukan. Mereka sedang berbicara mengenai pemasukan di perusahaan. Kau benar-benar payah, Ndin.

Siapa yang mengatai ku bodoh, hah? Aku hanya berpura-pura tidak tahu saja!

Aku memang kerapkali berdialog sendiri di dalam hatiku. Entah mengapa, hal itu membuatku sangat terhibur. Dan hal itupun, menjadi kebiasaan ku hingga sampai detik ini.

"Ndin?"

"Andin...?"

"Andin Puspita Arga! Anak papah yang tercantik sejagad raya!"

Panggil papah berkali-kali karena aku tidak menjawab panggilan papah. Dan memang faktanya, aku tengah sibuk dengan lamunan ku sendiri.

"Eh, kenapa pah?"

Jawab ku sedikit terkejut. Dan laki-laki yang tengah berada persis di hadapan ku, yang duduk dengan kepala menunduk, tiba-tiba melirik ku dengan ekor matanya.

Oh tuhan, mata kami sempat beradu.

Aaaa mata dia sangat indah. Tuhan, kenapa kau menciptakan dia sesempurna itu sih?

"Papah kan sudah sering mengatakan padamu, jangan biasakan kebiasaan burukmu yang sering melamun apalagi ketika di depan banyak orang."

"Maaf pah."

Hanya itu yang bisa aku katakan kepada suami tercinta mamah, pada saat itu. Aku tahu, papah terlihat tengah marah. Jika tidak ada tamu disitu, pastinya suami tercinta mamah akan menghukum ku, seperti biasa. Kali ini mungkin Andin harus sedikit berterimakasih kepada tamu tersebut.

Sebentar-sebentar, kenapa laki-laki itu melihat ku seperti itu sih. Kenapa harus tatapan nanar seperti itu?! Seperti mengatakan...

"Kasihan sekali kamu adik kecil, aku tahu mungkin hari-hari mu tidaklah menyenangkan. Aku bersedia menjadi kakak mu jika kau mau."

Kau bilang apa?! Aku tidak mau menjadi adikmu! Kalau kau menawariku untuk menjadi ibu dari anak-anakmu, itu baru aku sangat mau! Hehe.

"Andin, nanti kau akan belajar mengenai ilmu perbisnisan dengannya sebelum kau berangkat ke pesantren."

Ucap papah menunjuk ke arah laki-laki yang masih terlihat tetap menunduk itu.

Sudah kuduga...

"Kau bersedia menimba ilmu bisnis darinya kan, sayang?" (sambung mamah)

Aaaa, tentu saja dengan senang hati, mah.

"Terserah mamah sama papah saja."

"Nah, itu baru putri papah".

Tarik kata-kata mu! Kau hanya menganggapku sebagai putrimu jika aku menuruti semua keinginan mu, kan?! Pergi menjauh, karena aku tidak butuh sosok seperti mu!

......................

Les privat mengenai bisnis berbisnis akan berjalan beberapa bulan kedepan untuk mengisi masa liburan ku. Dan les akan dimulai hari ini. Tentu saja dengan alasan karena papah tidak ingin aku bersantai dan bermalas-malasan ria selama liburan ku.

Les privat segera dimulai, Aku dan guru privat baru ku alias si kaku tampan ku, sudah berada di kursi taman belakang rumah Keluarga Raharga. Ya, tentu saja karena aku memilih untuk belajar di taman. Awalnya papah menolak permintaan ku karena besar kemungkinan, aku tidak akan serius dan fokus selama pembelajaran berlangsung.

Lagi-lagi, ini berkat jasa guru privat baru ku itu. Dia yang membantu mengiyakan keinginan ku kepada papah dengan alasannya, yaitu...

"Beberapa anak memang menyukai belajar yang rileks, tuan. Itu sangat membantu anak dalam pembelajaran berlangsung, apalagi anak-anak kan memang seharusnya tidak di kekang. Tidak apa-apa Tuan Arga, kegiatan les privat dapat dilakukan dimanapun sesuai keinginan putri tuan."

Wajah papah terlihat sedikit pias, mungkin karena sindiran secara tidak langsung yang terlontar dari mulut guru privat baru ku. Entah mengapa Aku merasa ada sesuatu yang hadir menyejukkan hati dan membuat ku tiba-tiba merasa di lindungi.

Aaaa, kau benar-benar malaikat penolong ku. Izinkan aku untuk memelukmu.

"Baik, kita mulai pelajaran hari ini ya, dimulai dengan pengenalan bisnis berbisnis."

Guru privat ku menjelaskan dengan penuh kharisma kepadaku. Sesekali menunjukkan beberapa kertas yang ia keluarkan dari tas hitam miliknya yang berisi gambar diagram-diagram bisnis beserta keterangannya.

Aku pun memperhatikan dengan seksama. Bukan dengan penjelasannya, melainkan dengan orang yang tengah menjelaskan.

"Apa ada pertanyaan, atau sesuatu yang belum kau pahami?" (tanya guru privat ku)

Apa kau sudah memiliki pacar?

Ah rasanya tidak sopan jika aku bertanya seperti itu.

"Mengenai penjelasan anda rasanya sudah cukup paham, tetapi apa boleh saya bertanya sesuatu tentang hal pribadi?"

"Tanya saja."

"Siapa nama anda? Saya bahkan belum mengetahui nama anda. Jika saya berusaha bertanya kepada mamah, dia hanya selalu tersenyum menyebalkan. Entah apa maksudnya."

"Zidan Haq."

Ah, sebenarnya aku tidak peduli dengan nama mu, karena siapapun nama mu aku akan tetap memanggil mu dengan sebutan si kaku tampanku, haha.

......................

Pelajaran pertama hari ini telah usai, guru privat baru ku, beranjak pergi setelah mengakhiri pelajaran hari itu. Aku pun segera menuju ke kamar mewah ku dan mengambil handuk lalu berniat menjalankan ritual rutin ku. Yaitu berendam air hangat di bathroom. Rasanya ingin sekali aku melepas penat yang berada di kepalaku.

Ah, seperti ini juga, aku harus serius dalam menerima semua materi yang si kaku tampanku berikan kepadaku. Ini demi martabat ku sebagai muridnya dan tentu saja sebagai persiapan diri untuk pertanyaan-pertanyaan yang akan menghujani ku dari papah, nantinya.

Berendam diri di bathroom, adalah pilihan terbaik untuk melepas penat, it is a fact. Setelah berendam aku akan meminta izin pada mamah untuk pergi menemui Tante Helen. Ah, rasanya rindu sekali padanya.

Aku menyudahi ritual berendam ku, dan segera bersiap diri menemui Tante Helen. Orang yang selalu aku temui ketika aku sedang tidak mood berada di rumah.

"Andin mau ke rumah Tante Helen ya mah, sebentar saja."

"Kenapa sayang, apa kamu sedang tidak suka berada dirumah?"

"Ah bukan seperti itu, mah. Andin hanya rindu dengan Tante Helen, kan sudah lama Andin tidak kesana." (jawab ku cengengesan)

"Baiklah sayang, nanti mamah akan mengatakannya ke papah. Kali ini biarkan sopir mengantar mu, ya." (ucap mamah)

"Aaaa tidak usah mah, Andin sudah memesan ojek online."

"Dah, mamah...Andin pergi dulu ya."

Ucapku, tanpa memberi mamah kesempatan untuk menjawab ku lagi. Aku pun segera mencium telapak tangan dan pipi kanan mamah, lalu berlari ke depan rumah menemui ojek online yang sudah menunggunya sejak tadi.

"Kau memang sangat mandiri, sayang." (gumam nya)

......................

Motor ojek online yang melaju dengan kecepatan sedang akhirnya berhenti tepat di depan rumah yang tak kalah luas dan mewah dengan rumah ku. Tentu saja setelah pak satpam membukakan pintu gerbang yang tanpa bertanya kepada ku. Karena ia sudah paham dengan siapa yang datang. Aku pun segera membayar ojek dengan mengeluarkan lima lembar uang kertas bergambar Ir. Soekarno dan M. Hatta yang sama-sama memakai peci berwarna hitam.

"Maaf ini terlalu banyak, nona."

"Ah tidak, pak. Tadi sudah aku berikan lima bintang juga untuk bapak. Anggap saja sebagai ucapan terimakasih karena bapak sudah mau mengantarku ke sini."

"Kau sangat baik nona, semoga kau selalu berbahagia."

Motor ojek online melaju meninggalkan ku setelah berterimakasih dan meminta izin ingin melanjutkan kembali pekerjaannya.

"Semoga doamu terkabul, pak." (lirihku)

Sekilas terlihat Tante Helen yang tengah menyiram tanaman nya. Aku pun segera berlari mendekat ke arahnya dengan hati dan wajah berseri-seri.

"Tante Helen!"

Aku berteriak dengan bersemangat. Tante Helen terlihat sedikit terkejut dengan kedatangan ku.

"Andin sayang, kau kesini? Apa kau sedang ada masalah lagi dengan papah mu, nak?"

Tante Helen tersenyum lalu meraih tubuh mungil ku untuk didekapnya.

"Aku sangat merindukanmu, Tante Helen."

Aku pun membalas pelukan hangat dari Tante Helen.

"Baiklah. Apa papah dan mamah mu baik-baik saja?"

Tante Helen melepaskan pelukannya.

"Ah, mamah baik-baik saja. Tetapi jangan tanyakan tentang papah padaku, karena aku tidak peduli dengannya. Tante kan tahu, papah sangatlah menyebalkan."

"Andin sayang, suatu hari nanti kau pasti tahu alasan sebenarnya kenapa papah mu memperlakukan mu seperti itu sayang, percayalah."

"Sudahlah, jangan membahas nya. Aku hanya ingin bertemu dan berbincang-bincang dengan tante saja."

"Apa?! Kau hanya ingin bertemu dengan tante? Kau yakin tidak ingin bertemu dengan Rossie, dia juga teman mu kan."

"Ah anak tante itu sangat membuat ku pusing. Dia terlalu cerewet, berbeda sekali denganmu."

"Apakah tante, tahu? Dia di sekolah sangatlah cengeng." (sambung ku)

"Hahaha, dia memang masih sangat kekanak-kanakan."

Tante Helen menjawab ungkapan polos ku dengan tertawa renyah. Dan tiba-tiba saja, terdengar seseorang menggeram. Aku dan Tante Helen tertawa bersama setelah mengetahui yang tengah dibicarakan rupanya sudah berada di sekeliling mereka.

"Jangan dengarkan dia bu! Andin hanya mengarang cerita. Aku tidak secengeng itu, dasar! Pergi sana dari rumahku! Jangan temui ibuku lagi!"

Aku dan Tante Helen kembali tertawa terpingkal-pingkal setelah mendengar geraman menohok dari Rossie, anak Tante Helen, teman sekolah ku.

BERSAMBUNG...

HAPPY WEEKEND, SEMOGA HARI KALIAN MENYENANGKAN ☺️

Terpopuler

Comments

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

thor aku kok kadang bingung,, suara dalam hati atau beneran,, ga ada badanya ngomong dalam hari atau beneran,, harusnya ada bedanya,, biar bacanya gampang dan ga bingung 🙏🙏🙏

2022-07-11

1

Anas Musyafa

Anas Musyafa

next thour

2021-03-14

2

lihat semua
Episodes
1 Terlambat Sekolah
2 Sahabat Karib Andin?
3 Panggilan Ummi
4 Masa Kecil Andin
5 Masa kecil Andin Part ll
6 Kucing Jepang Favorit
7 Sepucuk Surat Kumala
8 Kedermawanan
9 Kelakuan Aneh Jin Tomang
10 Kekasih Kontrak
11 Selebgram Talita Arifa
12 Kumala & Arga
13 Koridor Cinta
14 Tuan Zidan Haq
15 Diary Arif
16 Kepanikan Zidan
17 Sungai Keberuntungan
18 Rahasia Talita Arifa
19 Mimpi Belaka
20 Sekretaris Chan
21 Pahit
22 Pangeran Senjana, Putri Senjani?
23 Hati Yang Sama
24 Curiga
25 Tawaran Tuan Bram
26 Langitan Doa Meta
27 Kembalinya Alkash
28 Hati Sang Ustad
29 Tragedi Saat Upacara Bendera
30 Huh! Melayani Ziban Kembali
31 Fitnah
32 Di Hina, di Kucilkan
33 Penghianat
34 Terkuak
35 Kiss Jauh
36 Hama Semata
37 Tampar Aku, Ayah...
38 Mengalah Jangan?
39 Jangan Mendekat Kak!
40 Panggil Saja, Mamah
41 Bantuan Rinta
42 Janji Ummi Untuk Zulfia
43 Sim Salabim Menghilang!
44 Peran Boneka Cantik
45 Dengarkan Aku
46 Permintaan Andin
47 Kedatangan Raditya
48 Kejutannya, Cukup Sampai Disini
49 Ada Yang Berbeda Darinya
50 Seberkas Kisah
51 Dugaan Mu Salah Kaprah, Andin!
52 Aku, Mencintaimu
53 Kerinduan Rossie
54 Aku Lelah!
55 Apa Hak Mu?
56 Selamat Tinggal
57 Mimpi Dalam Kereta
58 Dia, Ibuku
59 Cuci Rambutmu, Andin
60 Apa Salah Bibi?
61 Sakit Atta
62 Rombongan Tak Di Kenal
63 Kabur
64 Will You Marry Me?
65 Tiga Hari Lagi
66 Doa Zulfia
67 Bicaralah Dengan Ibu
68 Terkejut
69 Kecewa Nan Terluka
70 Sorot Mata Kebahagiaan
71 Mata Ku Sudah Tidak Suci Lagi
72 Kado Pernikahan Dari Alkash
73 Pagi Hari Di Langit Yang Sama
74 Jahil
75 Fawnia Grizelle Alexsa
76 Haha, Apa Itu Cinta
77 Bertemunya Andin dengan Elle dan Diana
78 Kau Tahu, Kami Bersahabat Dengan Tidak Sehat
79 Cinta dan Pemujaan
80 Segelas Air Putih
81 Cari Tahu Jawabannya
82 Mendung
83 Terimakasih Clarada
84 Hati Helen
85 Berhenti, Pah!
86 Kisah Baru
87 Ucap Syukur
88 Siapa Dia?
89 Pertunangan Lalu Pernikahan
90 Atas Nama Persahabatan dan Kebaikan
91 Talak
92 Talita sayang?
93 Pengumuman Hasil Ujian Dari Tuhan
94 Sepasang Pengantin
95 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Terlambat Sekolah
2
Sahabat Karib Andin?
3
Panggilan Ummi
4
Masa Kecil Andin
5
Masa kecil Andin Part ll
6
Kucing Jepang Favorit
7
Sepucuk Surat Kumala
8
Kedermawanan
9
Kelakuan Aneh Jin Tomang
10
Kekasih Kontrak
11
Selebgram Talita Arifa
12
Kumala & Arga
13
Koridor Cinta
14
Tuan Zidan Haq
15
Diary Arif
16
Kepanikan Zidan
17
Sungai Keberuntungan
18
Rahasia Talita Arifa
19
Mimpi Belaka
20
Sekretaris Chan
21
Pahit
22
Pangeran Senjana, Putri Senjani?
23
Hati Yang Sama
24
Curiga
25
Tawaran Tuan Bram
26
Langitan Doa Meta
27
Kembalinya Alkash
28
Hati Sang Ustad
29
Tragedi Saat Upacara Bendera
30
Huh! Melayani Ziban Kembali
31
Fitnah
32
Di Hina, di Kucilkan
33
Penghianat
34
Terkuak
35
Kiss Jauh
36
Hama Semata
37
Tampar Aku, Ayah...
38
Mengalah Jangan?
39
Jangan Mendekat Kak!
40
Panggil Saja, Mamah
41
Bantuan Rinta
42
Janji Ummi Untuk Zulfia
43
Sim Salabim Menghilang!
44
Peran Boneka Cantik
45
Dengarkan Aku
46
Permintaan Andin
47
Kedatangan Raditya
48
Kejutannya, Cukup Sampai Disini
49
Ada Yang Berbeda Darinya
50
Seberkas Kisah
51
Dugaan Mu Salah Kaprah, Andin!
52
Aku, Mencintaimu
53
Kerinduan Rossie
54
Aku Lelah!
55
Apa Hak Mu?
56
Selamat Tinggal
57
Mimpi Dalam Kereta
58
Dia, Ibuku
59
Cuci Rambutmu, Andin
60
Apa Salah Bibi?
61
Sakit Atta
62
Rombongan Tak Di Kenal
63
Kabur
64
Will You Marry Me?
65
Tiga Hari Lagi
66
Doa Zulfia
67
Bicaralah Dengan Ibu
68
Terkejut
69
Kecewa Nan Terluka
70
Sorot Mata Kebahagiaan
71
Mata Ku Sudah Tidak Suci Lagi
72
Kado Pernikahan Dari Alkash
73
Pagi Hari Di Langit Yang Sama
74
Jahil
75
Fawnia Grizelle Alexsa
76
Haha, Apa Itu Cinta
77
Bertemunya Andin dengan Elle dan Diana
78
Kau Tahu, Kami Bersahabat Dengan Tidak Sehat
79
Cinta dan Pemujaan
80
Segelas Air Putih
81
Cari Tahu Jawabannya
82
Mendung
83
Terimakasih Clarada
84
Hati Helen
85
Berhenti, Pah!
86
Kisah Baru
87
Ucap Syukur
88
Siapa Dia?
89
Pertunangan Lalu Pernikahan
90
Atas Nama Persahabatan dan Kebaikan
91
Talak
92
Talita sayang?
93
Pengumuman Hasil Ujian Dari Tuhan
94
Sepasang Pengantin
95
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!