Sena bangun dan bergegas ke kamar mandi. Baju sudah disiapkan oleh Viana dan itu cukup membuat Sena terkejut. Viana masuk dan mengajak Sena turun untuk sarapan.
"Nona ayo turun, koki sudah menyiapkan sarapan" ucap Viana.
"eum, baiklah" Sena mengikuti Viana yang berjalan menuju ruang makan.
Yang di fikirkan oleh Sena adalah wajah pria tampan yang sedang menikmati sarapannya tapi yang ada hanya beberapa pelayan dan seorang koki. Mereka menyambut Sena dengan senyuman hangat.
"selamat pagi nyonya!" sapa para pelayan. Sena sedikit membungkuk sembari tersenyum.
"duduklah" seorang pelayan menarik kan kursinya. Setelah itu, Sena bingung kenapa hanya dia sendiri yang duduk.
"hanya aku?" tanya Sena bingung. Para pelayan saling menatap satu sama lain.
"Silahkan di makan nona" ucap Viana. Sena dengan bingung langsung mengambil makanannya namun dengan adanya beberapa pelayan yang menunggunya membuatnya tidak nyaman. Viana langsung menyadari ketidaknyamanan dari nyonya nya.
"kalian pergilah, biar aku yang menemani nyonya Sena" ujar Viana. Semua pelayan langsung pergi dan hanya menyisakan Sena dan Viana.
"kau sudah makan?" tanya Sena yang saat ini sudah menatap Viana.
"saya akan makan setelah nona menghabiskan makanan nona" jawab Viana.
"duduklah" suruh Sena. Sontak hal itu membuat Viana terkejut.
"tidak nona, terima kasih" tolak Viana lembut.
"kenapa?" tanya Sena.
"saya tidak terbiasa sarapan pagi" jawab Viana.
"wah begitu? baiklah" ucap Sena. Ia kembali melanjutkan makannya. Setelah selesai Sena kembali ke kamar di ikuti oleh Viana di belakangnya.
"nona Sena" panggil Viana. Ia memberikan selembar kertas pada Sena.
"apa ini?" tanya Sena.
"surat dari tuan Dean" jawab Viana.
"wah, apa orang kaya ternyata sekolot itu? kenapa masih menggunakan surat?" omel Sena. Ia kemudian membacanya satu per satu. Ia seketika melebarkan matanya lalu beralih menatap Viana. "dia bercanda?" tanya Sena.
"tidak nona" jawab Viana. Sena kembali membaca ulang.
"syarat untuk pergi bekerja. satu, pulang dibawah pukul lima sore. dua, tidak boleh memakai cincin pernikahan. tiga, tidak boleh terlambat. empat, patuhi" Sena menghela nafas kasar setelah membaca surat itu untuk yang kedua kalinya.
"Mari nona saya akan mengantarmu" ucap Viana.
"yang benar saja ..." Sena hanya bisa pasrah. "baiklah ayo pergi" ucap Sena akhirnya.
Viana mengantarkan Sena ke tempat kerjanya. Tidak jauh dari tokonya bekerja, Sena meminta supir untuk menghentikan mobilnya.
"Kau tunggulah dirumah" suruh Sena.
"Tapi saya harus menemani anda nona" ujar Viana.
"kau mau aku ketahuan dan dimarah oleh tuan Dean?" tanya Sena. "pergilah, aku sudah biasa sendiri" ucap Sena. Dengan terpaksa Viana pergi meninggalkan Sena.
Di dalam mobil Viana terus memikirkan Sena. Ia kemudian memutuskan untuk menunggu Sena di tempat yang tidak mencurigakan.
"Dia adalah wanita yang sederhana dan pekerja keras tidak seperti nona Jihan" ucap Viana dari dalam mobilnya.
****
Dean dan Aldric sudah berada di salah satu gedung pertunjukan musik dan seni. Dean di undang oleh salah satu koleganya yang putrinya adalah seorang penyanyi seriosa. Sesampainya disana Dean dan Aldric disambut dengan tepukan tangan yang meriah.
"tuan Dean terima kasih sudah menyempatkan untuk hadir disini" ucap Mark, partner bisnis yang sudah lama bekerja sama dengannya. "sebentar lagi pertunjukan akan segera dimulai, kalian bisa menikmatinya" ucap Mark sembari tersenyum.
"dimana anak dan istrimu Mark?" tanya Dean.
"ada di ruang geladi bersih" jawab Mark. "Ah ya, kenapa kau tidak membawa istrimu?" tanya Mark heran.
"dia sedang istirahat, aku tidak mengizinkannya ikut. lagipula ia tidak suka muncul ke publik" jawab Dean.
"ah begitu rupanya. baiklah aku akan menemui anak dan istriku, kalian nikmati saja jamuan makanannya" Mark pergi setelah mengucapkan itu.
"wah, kau sangat pandai membuat alasan tuan" ucap Aldric menyindir.
"lalu kau ingin aku berkata apa? berkata bahwa aku tidak mencintai istriku?" tanya Dean.
"tuan Mark bertanya dimana istrimu bukan dimana cintamu" ujar Aldric. Dean langsung melayangkan tatapan tajamnya.
"siapkan surat pengunduran dirimu besok" ucap Dean sembari meninggalkan Aldric. Aldric yang panik langsung mengejarnya.
"aku hanya bergurau bung" tukas Aldric. Keduanya pun mulai mencicipi hidangan yang disajikan.
***
Sena duduk di teras tokonya. Hari ini sangat panas jadi Sena mencoba mencari udara segar diluar. Dengan memegang sekaleng minuman bersoda Sena tenggelam dalam fikiran nya sendiri sehingga ia tak menyadari bahwa Viana sudah berada di sampingnya.
"apa yang sedang nona fikirkan?" tanya Viana yang sontak membuat Sena terkejut.
"ah kau mengejutkan ku saja" ucap Sena. Viana hanya tertawa geli.
"maafkan saya" ucap Viana.
"sudah berapa lama kau disini?" tanya Sena.
"baru saja" jawab Viana. "nona ingin makan sesuatu?" tanya Viana. Sena menggeleng.
"aku tidak lapar" jawab Sena. "kau sendiri bagaimana? apa kau sudah makan?" tanya Sena. Viana mengangguk.
"sudah nona" jawab Viana.
"bagus kalau begitu, jika kau sakit aku tidak punya teman" ucap Sena. Viana tersenyum malu.
"nona tau, awalnya aku bekerja sebagai sekretaris di perusahaan tuan Dean. Lalu entah bagaimana ceritanya tuan Aldric memanggilku ke ruangannya" ucap Viana.
"lalu?" tanya Sena bingung.
"tuan Al bilang aku akan dipindahtugaskan ke mension tuan Dean. Aku berfikir untuk apa aku dipindahkan? dan ternyata untuk dijadikan asisten pribadi dari nyonya Dean. aku sangat terkejut, mengingat kekayaan yang dimiliki tuan Dean pasti istrinya juga bukan orang sembarangan. Aku berfikir pasti sulit untuk bergabung dengan keluarga tuan Dean. Aku berfikir istri dari tuan Dean pasti dingin dan menyeramkan, mungkin saja dia angkuh, dan semacamnya, aku berfikir begitu" ucap Viana panjang lebar.
Sena terdiam lalu setelahnya ia tertawa terbahak-bahak. Viana hanya menatap Sena dengan tatapan heran. Ia bertanya tanya apa yang membuat nona nya tertawa seperti itu.
"apa ada yang salah nona?" tanya Viana. Sena perlahan mengatur nafasnya.
"kau menggemaskan sekali" jawab Sena sembari menahan tawa. "dan menurutmu aku bagaimana?" tanya Sena.
"baik dan sederhana, itu poin utamanya" jawab Viana dengan polosnya. Sena mengangguk-angguk an kepalanya.
"baguslah jika kau melihatku seperti itu" ucap Sena. "kau tau aku tidak datang dari kalangan atas, aku hanya orang biasa" imbuhnya.
"benarkah?" tanya Viana kaget. "tapi kualitas diri nona sangat sangat baik" ucap Viana.
"wah, kau sangat mengerti aku rupanya" ucap Sena menggoda Viana.
"tidak maksudku, nona sangat elegan dan anggun" ujar Viana.
"kau mencoba menggodaku ternyata" ucap Sena sembari tertawa kecil. Viana hanya tersenyum malu.
"apa nona sudah bisa pulang?" tanya Viana. Sena lalu mengecek jam di ponselnya.
"dua jam lagi" jawab Sena. "kau pulanglah duluan, nanti jemput aku" suruh Sena.
"baiklah kalau begitu" Viana kemudian pergi meninggalkan Sena dan kembali ke posisi awal.
Sena kembali melanjutkan pekerjaannya. Bos Sena datang setelah Sena menghubunginya. Sena mengatakan pada bosnya bahwa di akan bekerja paruh waktu mulai sekarang. Ia tidak bisa lagi bekerja full time seperti biasanya. Bosnya pun mengizinkannya. Dan pukul empat sore, Viana kembali datang untuk menjemput Sena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments