Hari yang buruk

Sena duduk di sebuah kursi di suatu ruangan. Jarinya saling bertautan menandakan bahwa ia sedang gugup sekarang. Hari ini untuk pertama kalinya ia datang kerumah sakit karena ayahnya menyuruhnya memeriksakan kesehatannya sebelum menikah. Sena sudah menunggu lebih dari setengah jam, saat hendak berdiri pintu terbuka.

"maaf, anda sudah lama menunggu?" tanya Arka, dokter spesialis jantung.

"ah tidak jug..." ucapan Sena terhenti saat terjadi kontak mata diantara keduanya.

"Sena" ucap Arka. keduanya saling menatap untuk beberapa saat.

"k-kau disini?" tanya Sena. Tanpa aba aba Arka langsung menarik Sena dan memeluknya. Sontak hal itu membuat Sena terkejut.

"aku merindukanmu" ucap Arka. Sena perlahan membalas pelukan Arka karena ia juga merindukan pria manis itu.

"aku juga merindukanmu" balas Sena. Arka melepaskan pelukannya lalu menatap Sena.

"bagaimana kabarmu?" tanya Arka.

"aku baik baik saja" jawab Sena.

"syukurlah kalau begitu. duduklah" Arka mengajak Sena untuk duduk di sofa.

"kau sedang apa disini?" tanya Sena.

"ini ruangan ku" jawab Arka.

"kau seorang dokter?" tanya Sena lagi. Arka mengangguk sembari tersenyum.

"omong omong bagaimana keadaan paman dan bibi?" tanya Arka.

"eum, seperti itulah" jawab Sena.

"oh ya, apa kau sakit?" tanya Arka. Sena menggeleng.

"aku ingin meminta surat kesehatan dari mu" jawab Sena.

"baiklah, sekarang ayo aku periksa dulu" ujar Arka. Arka langsung melakukan pemeriksaan pada Sena.Setelah selesai pemeriksaan Sena dan Arka kembali duduk di sofa.

"bagaimana?" tanya Sena.

"jantungmu baik, kau benar benar menjaganya" jawab Arka sembari tertawa kecil.

"eum, apa aku boleh memintanya sekarang? aku harus pergi" ucap Sena.

"tentu. kau akan kemana?" tanya Arka.

"ada urusan mendadak" jawab Sena.

"aku akan mengantarmu" ujar Arka.

"tidak" dengan cepat Sena menolak. Arka menaikkan satu alisnya.

"kenapa?" tanya Arka.

"aku akan pergi sendiri saja" tolak Sena. Sena mengambil surat kesehatan yang sudah di berikan oleh Arka. Ia kemudian bangkit di ikuti oleh Arka.

"kau marah padaku?" tanya Arka. Sena tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.

"tidak. kau harus stay disini, pasien mu pasti banyak yang menunggu. aku pergi dulu" Sena pergi dan menghilang di sebalik pintu.

Sena berjalan tergesa-gesa menuju lobi. sesampainya disana sebuah mobil hitam sudah menunggunya, Sena langsung masuk ke dalam mobil. Di dalam sudah ada Romi yang menunggunya.

"kenapa lama sekali?" tanya Romi.

"maaf yah" hanya itu yang bisa Sena ucapkan.

Mobil melaju menuju pada sebuah mansion mewah. Tak dipungkiri tangannya sudah berkeringat sekarang. Apalagi saat mobil berhenti dan ayahnya menyuruhnya turun. Dengan beberapa pengawal, Sena dan Romi masuk kedalam sebuah ruangan dan di persilahkan untuk duduk. Selang beberapa menit pintu kembali terbuka. Seorang pria dengan jas birunya melangkah masuk. Sena sontak menoleh, rahang tegas dan tatapan yang mengintimidasi membuat Sena tidak mampu berpaling.

"selamat siang tuan" sapa Romi yang kini sudah berdiri dan diikuti oleh Sena. Dean tidak menyapa atau sekedar melihat, tatapannya kini tertuju pada Sena.

"keluarlah" ucap Dean pada Romi. Romi langsung keluar dan meninggalkan putrinya. Kini hanya mereka berdua yang ada di dalam ruangan. Dean berjalan mendekati Sena yang saat ini sudah gemetar.

"kau Sena?" tanya Dean.

"I-iya" Sena mengangguk pelan. Dean mengeluarkan smirknya.

"Kau tau dengan siapa kau akan menikah?" tanya Dean. Sena menggeleng. "kau akan menikah dengan ayahku" ucap Dean. Sena sontak melebarkan matanya namun bibirnya sama sekali tidak bisa bergerak. Dean tertawa lalu mendudukkan bokongnya di sofa empuknya, ia mengeluarkan ponselnya.

"T-tuan" panggil Sena. Dean mendongak. "apa aku sudah boleh pergi sekarang?" tanya Sena.

"kau mau pergi?" tanya Dean. Kini ia berdiri dan kembali menghampiri Sena. "Pulanglah, kau butuh istirahat dan kumpulkan tenaga sebanyak mungkin. Setelah ini kau akan menerima apa yang sudah di setujui ayahmu" ucap Dean yang membuat Sena seketika menegang.

"Apa yang disetujui ayahku?" tanya Sena.

"Itu tidak penting. pulanglah" ucap Dean. Pria itu kemudian berlalu meninggalkan Sena yang masih membeku. Jarinya saling bertautan dan saling menggenggam erat. Air matanya seketika luluh saat ingat bahwa ayahnya sudah menjualnya.

***

Hari berlalu begitu cepat. Sena berdiri dengan senyum terpaksa. Gadis itu kini berdiri bukan lagi sebagai karyawan toserba, melainkan sebagai nyonya Winaja. Hari ini adalah hari pernikahan Sena dan Dean. Di hadiri oleh keluarga dari Sena dan beberapa kolega dari Dean. Sena melihat kebahagiaan di wajah sang ayah. Tapi kemudian ia melihat kekesalan yang terpancar dari wajah kakak dan ibunya. Yoan kesal karena merasa telah di bohongi oleh sang ayah.

"Ayah sudah membohongiku" ucap Yoan. ia kemudian menatap sang ibu. "apa ibu juga sudah tau?" tanya Yoan. Sarah menggeleng cepat.

"bagaimana ibu bisa tau?" tanya Sarah. Yoan menghentakkan kakinya lalu pergi meninggalkan pesta dan di susul oleh Sarah.

Sena menatap kecewa pada Yoan dan ibunya yang pergi begitu saja tanpa pamit.

Acara berjalan dengan lancar, namun setelah itu ia tidak menemui keberadaan keluarganya. Dan sekarang ia tidak melihat pria yang menyandang status sebagai suaminya itu. Sena menghela nafas.

"nyonya Sena" panggil seorang pelayan. Sena sontak berbalik.

"I-iya?"

"mari saya antar ke kamar nyonya" ujar pelayan itu. Sena mengangguk lalu mengikuti kemana pelayan itu pergi. Pelayan itu membawa Sena ke sebuah kamar yang besar. Sena mengedarkan pandangannya dengan tatapan takjub.

"saya adalah asisten pribadi anda mulai hari ini" ucap pelayan itu. "nama saya Viana" imbuhnya.

"asisten pribadi?" tanya Sena bingung. Viana mengangguk sembari tersenyum.

"Mulai sekarang saya yang akan mengurus segala kebutuhan anda di Mension ini. Mulai dari pakaian, makanan, dan lainnya yang bersangkutan dengan keperluan anda" jawab Viana.

"tapi itu tidak perlu" ucap Sena.

"ini adalah perintah dari tuan Deandra, dan segala yang sudah menjadi perintahnya tidak bisa di bantah nyonya" ujar Viana. Sena tersenyum kikuk.

"kau bisa panggil aku Sena" ucap Sena sembari mengulurkan tangannya. Tapi Viana hanya memandangi tangan Sena dan takut takut untuk membalasnya. Sena lalu mengambil tangan Viana dan menggenggamnya. "Mulai sekarang kita teman" ucap Sena antusias. Viana sontak menarik tangannya.

"maaf tapi itu tidak bisa nyonya" ucap Viana.

"kenapa? aku bukan nyonya dirumah ini" ujar Sena.

"T-tapi ...."

"kau bisa panggil aku nyonya jika dihadapan pelayan lain dan tuan Deandra. jika sedang berdua kita adalah teman" ujar Sena sembari tersenyum. Viana tersenyum malu.

"tapi tetap saja nyonya" ucap Viana. Sena menghela nafas.

"kalau begitu kau bisa memanggilku Nona Sena" ujar Sena.

"baiklah" ucap Viana. "sekarang anda bisa membersihkan diri, aku akan menyiapkan pakaian anda" imbuhnya.

"kau terlalu kaku" ucap Sena kemudian berlalu meninggalkan Viana.

"aku bisa di pecat bila ketahuan" ujar Viana sembari berjalan mengambil pakaian untuk Sena.

Terpopuler

Comments

ratu adil

ratu adil

jgan kmbli k ortumu dan beeskplah biasa ae d ddpan deandra

2021-06-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!