MT2. Bab 5

Sudah hampir jam sepuluh malam saat Alisa menutup obrolannya dengan anaknya Aisha Bella, ia tidak menyangka bahwa kini gadis kecil kesayangannya itu sudah mulai tumbuh dewasa bahkan diam-diam tanggal pernikahannya sudah ditentukan oleh suaminya Endi dan Ariel sahabatnya sejak dulu. Alisa duduk di pinggir tempat tidur sembari menatap beberapa foto anak-anaknya yang ada di layar ponselnya.

Gemilang Dirga anak pertama yang usianya hanya selisih satu tahun dari Aarick Erlangga. Gemilang menetap di luar negri bersama dengan orangtuanya yang sudah sepuh. Sementara AishaBella sejak SD sudah ikut mereka pindah ke Indonesia setelah suaminya Endi pindah tugas di salah satu rumah sakit yang ada di indonesia. Alisa tersenyum melihat wajah polos Aisha, anak itu benar-benar mirip dirinya dengan sifat yang ambisius dan terkadang tidak mau mengalah. Alisa menghembuskan napas gusar sebab tiba-tiba khawatir dengan sipat obsesi yang juga mengalir di tubuh Aisha. Benar! Alisa menyadari itu. Alisa hanya berharap kelak Aisha tidak hanya menuruti obsesinya semata.

Endi keluar dari kamar mandi dengan memakai piyama tidur, hari ini terakhir ia mengikuti seminar kedokteraan setelah 4 hari mereka menginap di hotel. Terkadang lelah yang dirasakan akan tetapi demi tugas ia rela menjalankannya terlebih lagi ada Alisa istri tercinta yang menemaninya.

"Lagi mikirin apa?" Endi duduk di samping Alisa setelah mencium kepala Alisa. Ia tersenyum saat melihat foto Aisha Bella gadis semata wayangnya.

"Kita egois nggak, sih? Terlalu memaksakan kehendak kita sama Aisha? Bahkan anak itu belum tau tentang perjodohan ini."

Tersirat kegelisahan dari wajah Alisa, bagaimana kalau anaknya menolak bahkan memberontak? Apa lagi usianya terbilang muda 18 tahun dan baru lulus SMA.

"Kita tidak menikahkannya, melainkan menjodohkannya dengan Aarick. Mereka sudah saling mengenal bahkan tumbuh bersama sejak kecil, jadi sudah saling mengenali sifat dan karakter masing-masing. Kalau mereka menerima perjodohan ini mereka bisa memulai dengan pertunangan, soal pernikahan bisa menunggu dua atau tiga tahun lagi."

Endi merangkul bahu Alisa untuk menenagkan istrinya, "aku tau kamu khawatir sama Aisha, tapi ini yang terbaik, harus ada seseorang yang bisa mengayomi Aisha agar anak itu bisa mengontrol diri dan aku rasa Aarick adalah orang yang tepat, darah Ariel mengalir ditubuh Aarick, dia akan melakukan apapun demi melindungi pendamping hidupnya, meskipun banyak yang menggoda tetapi mereka tetap setia pada satu wanita, begitu juga dengan Arick."

Alisa menoleh melihatnya membuat keduanya saling mengunci pandangan.

"Dan kemungkinan sifat Ariel yang posesif, keras kepala dan terkadang tidak bisa menahan emosi juga pasti ditularkan untuk Aarick atau Aditya," jawab Alisa masih juga cemas.

Endi tergelak, "sifat itu bukan penyakit sayang. Api harus dipadamkan dengan air. Tidak boleh menyatukan api dengan percikan api atau bahan bakar, sebab itu bisa mendatangkan tornado api. Ariel yang keras kepala bisa luluh dan tunduk kepada Anggun, dan Aarick pasti bisa mengontrol emosinya jika berhadapan dengan AishaBella."

Endi memegang kedua sisi wajah Alisa agar leluasa melihat wajah istrinya dan ia kembali bicara serius. "Aku yakin hanya Aarick yang pantas untuk anak kita," ucapnya.

Alisa menggeleng lemah, "Ariel bisa sangat mengerikan jika dia merasa dikhianati, lalu bagaimana dengan Aarick?" Alisa tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan Aarick jika dia marah.

"Tenanglah sayang ... semua akan baik-baik saja," Endi membawa Alisa ke dalam pelukannya.

Sebagai seorang Dokter, Endi begitu banyak menemukan kasus yang menimpa anak muda, kekerasan fisik, pe le ce han bahkan tingkat

a borsi yang cukup tinggi, Endi sadar betul kalau ia tidak bisa melindungi Aisha Bella selama 24 jam penuh, itu sebabnya ia sering menitipkan Aisha kepada Ariel dan Anggun. Melihat sikap dan sifat Aarick membuatnya yakin jika Aisha Bella akan aman dan baik-baik saja dibawah perlindungan Aarick Erlangga.

Endi hanya berharap kalau semua akan baik-bail saja.

***

Dengan satu tangan yang masih tetap pada posisinya Aarick memutar tubuhnya yang kini sudah berdiri di depan Aisha yang sudah terlelap dalam mimpi. Aarick menyingkirkan suir rambut Alisha yang hampir menutupi wajah cantiknya, dengan satu tangan yang masih bebas ia menyisipkan rambut itu di belakang telinga.

"Cantik," gumamnya.

Arick berjongkok di depan Aisha yang masih memejamkan mata, ntah apa yang membuatnya betah berlama-lama memandang wajah natural tanpa sentuhan makeup ini.

Aarick tersenyum melihat bibir ranum Aisha yang seperti buah chery . Bagaimana bisa anak kecil dengan rambut dikuncir kuda, cengeng, bahkan kadang ingusan ini bisa tumbuh secantik ini?

Perasaan ini datang lagi, hati dan desiran darahnya menghangat, jantungnya juga berpacu lebih cepat, perasaan apa ini? Tertarik, mengagumi atau mungkin mulai mencintai?

Tapi Aarick bukanlah orang yang mudah jatuh cinta, demi menyangkal perasaannya ini, ia menggendong Aisha dan memindahkannya ke dalam rumah.

"Daridulu kalau tidur selalu seperti ini, tidak pernah sadar kalau tubuhmu sudah melayang," gumam Aarick saat sudah di depan pintu kamar Arta, ia mengumpat saat pintu kamar dikunci dari dalam.

"Nggak mungkin tidur di sofa 'kan?"

Aarick membawa Aisha ke dalam kamarnya lalu merebahkan Aisha di atas tempat tidurnya.

"Bahkan berat badanmu semakin bertambah. Semua berubah tidak seperti kita kecil dulu," gumam Aarick sembari menutupi tubuh Aisha dengan selimut tebal miliknya.

"Kakak...."

Aarick terpaku saat mendengar Aisha mengigau.

"Jangan pergi," ucap Aisha lagi bahkan kini gadis ini memegang tangannya.

Aarick mengarahkan telapak tanganya tepat di wajah Aisha. Tetapi kedua mata Aisha masih terpejam.

"Mr. Jutekku ... jangan pergi," Aisha semakin bicara tidak jelas, bahkan semakin menarik tangan Aarick.

Aarick membuang napas gusar, bingung apa yang harus dilakukannya, kalau saja mereka masih kecil seperti dulu tentu ia juga akan tidur di samping Aisha, karena dulu saat mereka kecil sering tidur diatas ranjang yang sama menemani Arta tidur siang.

Tapi sekarang mereka sudah sama-sama dewasa, jadi tidak mungkin Aarick lancang tidur di samping Aisha meskipun tidak pernah punya niat jahat dengan gadis ini.

"Mr. Jutekku..." Aisha semakin mengeratkan cengkramannya.

"Hey kecil, bangun," Aarick menarik tangannya tetapi Aisha tetap memejamkan mata, ia membuang napas gusar.

Hanya tidur disamping Aisha, besok sebelum matahari muncul Aisha pasti sudah bangun dan keluar dari kamarnya. Baiklah karena mata juga sudah mengantuk Aarick juga memilih merebahkan tubuhnya di samping Aisha Bella.

"Dasar kerbau," lirih Aarick sembari menatap langit-langit kamarnya membiarkan Aisha Bella tetap mendekap lengannya, tanpa sadar tiba-tiba Aarick tersenyum sebelum menutup mata ikut terlelap dalam mimpi.

Siapa yang suka, tamatlah riwayatnya siap-siap dimusuhi.

Diam-diam Aisha mengulas senyum sembari semakin menarik tangan Aarick.

'MR. Jutek ... kita lihat siapa yang akan suka lebih dulu, kakak atau aku, dan siapa yang akan jadi musuh sejati.' Aisha membatin ternyata ia tidak benar-benar tidur.

****

AishaBella, kau sudah membuat masalah dengan sengaja memercik api dengan bahan bakar yang siap menjadi tornado api.

Kita lihat, apa yang direncanakan gadis selugu AishaBella.

Terpopuler

Comments

kim yera W k

kim yera W k

👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍

2021-06-25

0

ayla

ayla

aish aish lanjut thor

2021-05-30

0

Rosdelita Siregar

Rosdelita Siregar

menarik

2021-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!