MT2. Bab 3

Aarick berdiri di bawah shower dengan kucuran air yang mengaliri seluruh tubuhnya, ia menunduk dengan kedua mata yang terpejam. Satu tangannya menempel di dinding sementara tangan kanannya sesekali mengusap tengkuk leherya. Berusaha mengusir bayangan Aisha yang sudah semakin cantik dan tumbuh dewasa. Tidak seperti beberapa tahun yang lalu saat keduanya sepakat untuk mengucapkan janji yang tidak boleh diingkari. Aarick berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa ia tidak tertarik sedikitpun kepada Aisha.

"Hais!!!"

Aarick menengadah seakan mengijinkan kucuran air deras itu jatuh tepat di wajahnya, ia mengumpat dalam hati saat bayangan bibir tipis Aisha kembali membuat tubuhnya panas, ini tidak boleh dibiarkan, Aarick harus memastikan perasaannya sebelum terlambat.

"Kamu suka sama kakak?" ia yang saat itu masih memakai seragam SMP itu menuding Aisha yang berjalan mengekorinya.

"Nggak!" jawab anak perempuan yang umurnya masih sekitar 12tahun.

"Kalau nggak suka kenapa ngikutin aku terus!"

Aarick kesal karena Aisha selalu mengikutinya, mereka berada di sekolah yang sama, Aarick duduk dibangku SMP sementara Aisha masih memakai seragam SD.

"Aku nggak kenal sama anak-anak yang lain. Aku mau pindah sekolah di sini juga karena kak Aarick."

Jawabannya membuat Aarick semakin kesal.

"kata papa aku harus selalu dekat sama kak Aarick," imbuh Aisha lagi.

"Memangnya aku bodyguard kamu!" ketus Aarick.

"Iya, pokoknya aku nggak mau jauh dari kak Aarick." Aisha tetap merengek tidak mau ditinggalkan Aarick.

Aarick memegang rambut Aisha yang dikuncir kuda, ingin sekali ia membentak Aisha dan melarangnya agar tidak terus-terusan mengikutinya. Tapi ia mengurungkan niatnya saat melihat wajah polos Aisha.

"Kamu perempuan, nggak pantes main sama kita. Kalau kamu kenapa-napa siapa yang mau tanggung jawab?" tanya Aarick seraya melepas rambut Aisha dari genggamannya.

"Kak Aarick lah, lagian aku pasti aman kalau sama kak Aarick."

Aisha terus mengekori Aarick meskipun sudah berkali-kali disuruh pergi.

"Ok fine!" Aarick yang sudah mulai tumbuh remaja ini tiba-tiba berbalik badan hingga Aisha menabrak dadanya.

Mereka berdiri di aula sekolah, tepat dibawah terika matahari dan cukup menarik perhatian beberapa murid yang ada di sana.

"Kamu belum tau apa-apa. Tapi aku udah tau semuanya!"

Aisha mengerutkan keningnya bingung dengan ucapan Aarick. Aisha masih tetap menatap wajah Aarick yang tampak serius.

"Nggak ada yang namanya pertemanan antara perempuan dan laki-laki!" Aarick memegang kedua sisi bahu Aisha. "Jadi ... kamu nggak boleh suka sama kakak!"

Aisha tertawa terbahak sampai Aarick menutup mulut Aisha dengan telapak tangannya.

"Hey kecil! Kenapa ketawa? Bisa diam nggak?"

Aisha mengangguk sembari menarik tangan Aarick, ia masih mengatur napasnya saat Aarick melotot kearahnya.

"Kakak tuh kayak udah dewasa aja. Lagian aku nggak mungkin suka sama kakak ...never!"

Aisha mengibaskan tangannya seakan menegaskan tidak mungkin dia akan menyukai Aarick yang kaku.

"Atau mungkin, kakak yang suka sama aku," Aisha mengerlingkan matanya.

Astaga! Anak sd ini tau apa sih? Aarick dibuat mati kutu, memegang kuat pergelangan tangan Aisha sampai Aisha meringis.

"Sampai kapanpun, aku nggak mungkin suka sama anak kecil kayak kamu. Ok selama disekolah kamu bebas ikut aku, tapi kita buat perjanjian," Aarick mengangkat jari kelinkingnya, "kita nggak boleh saling suka, sekarang dan sampai selamanya, kalau ada yang melanggar..." Aarick menjeda ucapannya dan menjentitkan jarinya hingga menimbulkan suara. "Tamat riwayat, siap-siap untuk dimusuhi!" lanjutnya lagi.

Aisha menyatukan kelingking mereka.

"Ok!!! Siapa takut!" jawab Aisha dengan mimik wajah mengejek.

Dan semenjak itu Aarick dan Aisha semakin dekat, baik itu di sekolah maupun di rumah keduanya sering menghabiskan waktu bersama, sampai Aarick memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di luar negri, Aarick pergi setelah lulus SMA dan selama itu ia jarang berkomunikasi dengan Aisha bahkan melihat fotonya saja hampir tidak pernah.

Hingga ia dikejutkan oleh seseorang yang menjemputnya di Bandara. Seorang gadis cantik dengan senyuman manis menghiasi wajahnya menyambutnya di pintu kedatangan sembari membawa kertas yang bertuliskan namanya.

Aisha Bella, sejak kapan anak kecil itu menjadi tumbuh cantik seperti ini? Bakan tubuhnya sudah hampir terbentuk sempurna meskipun masih SMA dan yang ia tahu beberapa hari lagi Aisha akan merayakan kelulusannya.

"Jagoan Papa...!"

Papa Ariel memberinya pelukan hangat ntah berapa kali punggungnya ditepuk papa Ariel.

"Kamu persis seperti Papa, tangguh dan berambisi!" Papa Ariel mengepalkan satu tanganya di udara. "Papa bangga sama kamu," ucapnya lagi.

Bagaimana tidak, dulu Aarick pergi dengan cita-cita ingin menjadi pengusaha yang sukses di usia muda dan kini ia kembali setelah berhasil mewujudkan cita-citanya.

"Anak siapa dulu," seloroh Aarick.

"Anak Mama, dong!" Mama Anggun juga tidak mau kalah, ia memeluk anaknya dengan penuh kerinduan dan kasih sayang.

"Kak Aarick...."

Bahkan suara Aisha sudah jelas berbeda, tunggu...apa perempuan ini Aisha yang dulu? Aarick masih diam menatapnya.

"Sudah berhasil mewujudkan cita-cita, sudah sukses dan sekarang sudah lupa sama aku."

Aarick tersenyum melihatnya dan ia yakin kalau perempuan yang ngambek ini adalah Aisha Bella teman masa kecilnya dan ntah dapat dorongan dari mana ia meraih bahu Aisha dan memeluknya.

Dan Aarick menyesali tindakannya. Pelukan ini terasa berbeda dari pelukan Papa dan Mamanya, juga berbeda saat ia memeluk teman-temannya. Aarick merasa ada gejalar aneh dari tubuhnya bahkan desiran darahnya terasa menjalar begitu hangat dan cepat.

"Aisha ...kamu Aisha?" Aarick melepaskan pelukannya.

"Hu'um," bahkan Aisha juga salah tingkah dibuatnya, ia juga merasakan hal yang sama, pelukan ini terasa beda saat ia memeluk kakaknya Gemilang.

Suara ketukan dari luar kamar mandi menyadarkan Aarick dari semua ingatan tentang Aisha, tentang mereka sewaktu kecil.

"Kakak mandi atau bersemedi, sih? Lama amat perasaan udah hampir satu jam." Aditya teriak memanggilnya.

Aarick tidak menjawab, ia memakai handuk putih yang baru diraihnya dan membuka pintu kamar mandi.

"Makan malam, kak. Semua udah nungguin."

"Semua?" tanya Aarick.

Aditya berdecak, "iya termasuk Aisha. Malam ini calon kakak iparku itu nginap di sini." Aditya tertawa melihat wajah Aarick yang sudah memerah.

"Tau apa kamu anak kecil? Keluar sana!" Aarick mendorong tubuh Aditya sampai keluar dari kamarnya.

"Kak aku dengar semuanya. Papa udah ngobrol sama om Endi untuk menjodohkan kalian berdua," ucap Aditya sembari menahan pintu yang sudah hampir tertutup.

Aarick masih diam menatapnya.

"Aku sih setuju kak, Aisha baik kok. Selama kakak nggak ada aku yang jagain dia. Semua aman terkendali nggak ada laki-laki yang berani dekat sama Aisha." ucapnya lagi.

Brak!!!!

Aarick menutup pintu tanpa sepatah katapun.

"Bener-bener nggak ada ahklak." Aditya menggedor pintu kamar Aarick sebelum benar-benar pergi dari sana.

Terpopuler

Comments

kim yera W k

kim yera W k

la n jut lanjut lgi

2021-06-25

0

pitaloka anjani

pitaloka anjani

suka ceritanya lanjut baca

2021-05-27

0

Rosdelita Siregar

Rosdelita Siregar

lanjut thor

2021-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!