You Are Mine

You Are Mine

MT2. Bab 1.

Laki-laki berkemeja biru yang tengah menyandarkan punggungnya di mobil hitam miliknya yang terparkir di halaman sekolah SMA ini menjadi pusat perhatian setiap sisiwi yang ada di sana. Sebab, kehadirannya terlihat paling mencolok diantara beberapa orang yang juga sedang menunggu di sekolah. Tepat hari ini acara kelulusan tingkat SMA tengah berlangsung dan ntah sampai kapan dirinya menunggu di tempat ini.

Sangat membosankan, berkali-kali ia melihat jam yang melingkar di tangannya, terhitung sudah hampir satu jam ia menunggu dalam kegelisahan sementara yang ditunggunya tak kunjung menampakkan diri dan ntah sudah berapa puntung rokok yang sudah dihabiskannya hanya sekedar untuk membuang suntuk.

"Kamu jemput Aishabella di sekolah, setelah itu ajak dia ke rumah ya."

Perintah itu dituturkan langsung dari papa Ariel Erlangga yang menyuruhnya untuk menjemput AishaBella anak dari sahabat papanya yaitu Endi dan Alisa.

"Om Endi dan Tante Alisa masih di luar kota, ada masalah sama penerbangannya, jadi mereka minta kamu yang jemput Aisha."

Padahal Aarick sudah hampir menolak perintah papanya, tetapi mama Anggun juga sudah mengeluarkan titahnya. Kalau sudah begini tidak ada yang bisa dilakukan Aarick Erlangga sebab ia paling tidak bisa menolak permintaan mamanya.

Aarick membuka topi yang tadi menghiasi kepala ia menyisir rambut dengan jemari tangannya, sementara manik matanya mengekori seorang siswi yang saat itu masih memakai seragam sekolah yang sudah dipenuhi dengan bermacam-macam warna pilox juga bubuhan tanda tangan yang sudah menjadi tradisi setiap perpisahan sekolah.

Setelah merapikan topinya ia melambaikan tangan kepada Aisha yang sudah semakin mendekatinya.

AishaBella usianya masih terlalu muda gadis cantik ini baru saja menyelesaikan pendidikannya dibangku SMA. Karena kecantikan dan kecerdasan yang dimilikinya Aisha menjadi pusat perhatian di sekolah, terutama para siswa yang berebut untuk menjadi kekasihnya, namun tidak ada seorangpun yang berhasil mendapatkan kesempatan untuk menjadi kekasihnya. Sebab bagi Aisha akan sangat membuang waktu jika berurusan dengan hubungan asmara, Aisha masih punya cita-cita yang harus diwujudkan apapun rintangan yang menghadang.

"Asiha ...bodyguard kamu udah di depan, tuh."

Aisha yang saat itu sedang mengikat tali

sepatu menatapnya heran dan berpikir sejenak, siapa yang menunggunya? Bukankah orang tuanya masih di luar kota?

Aisha menjadi lemas, semangat yang tadi menjalar di sekujur tubuh menjadi hilang ntah kemana, karena kali ini ia akan kehilangan kebebasannya lagi.

"Kamu nggak jadi ikut kita, dong! Lagian kenapa sih harus jadi inces? Nggak enak tau ...dikintilin terus sama bodyguard."

Ucapan Oca semakin membuatnya kesal, rencana yang sudah tersusun rapi seketika menjadi buyar setelah memastikan tali sepatunya terikat dengan baik, Aisha meminta maaf karena dengan terpaksa harus menemui orang yang sudah menunggunya, sepanjang koridor ia masih terus bertanya dalam hati siapa yang menjemputnya, mungkinkah Aarick?

Langkahnya terhenti saat melihat Aarick berdiri sembari merapikan rambutnya.

"Aisha ...kenalin ke kita dong, tu cowok ganteng banget."

"Iya, ngakunya bukan cowoknya, tapi sering dijemput."

"Kalau kamu nggak mau sama dia, aku siap kok jadi penggantinya siapa coba yang nolak cowok seganteng itu!"

AishaBella menghendus kesal kearah Aarick yang belum melihatnya, ia tidak suka jika Aarick menjadi pusat perhatian, ya memang ia juga mengagumi wajah tampan Aarick yang sudah dianggap sebagai kakak itu, tetapi ia tidak suka jika orang lain memuji Aarick secara terang-terangan di depan mata.

Aisha segera berlari agar telinganya tidak terasa semakin panas mendengar pujian yang dilontarkan teman-temannya untuk Aarick.

"Kenapa kakak yang jemput?" Aisha bertanya sembari menetralkan napasnya yang masih tersenggal-senggal setelah berlari.

"Kalau bukan karena mama yang nyuruh, aku juga nggak mau datang ke sini, kamu tau kan ... aku paling nggak bisa membuang waktuku percuma seperti ini."

Astaga!!! Aisha menggelengkan kepala mendengar jawaban Aarick. Memang sifat laki-laki berwajah dingin ini selalu saja terkesan songong serta tidak pandai menjaga perasaan orang lain.

"Tante Anggun?" tanyanya basa-basi meskipun ia sudah tau kalau pasti tante Aanggun yang meyuruhnya keningnya mengernyit saat Arick hanya diam memandangnya dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak luput dari perhatiannya, membuat Aisha sigap menutup bagian dada yang sebenarnya sama sekali tidak menonjol itu.

Aarick tertawa dan mengacak rambutnya, sumpah demi apapun jika Aarick tersenyum dan tertawa semakin terlihat tampan, Aisha menikmati tawa yang jarang terdengar seperti irama lagu.

"Anak kecil! Kamu pikir aku tertarik sama kamu? Kamu bukan wanita idamanku, kecil gitu," ejeknya dengan mata melirik tangan Aisha yang masih bersedekap dada.

Aisha menarik pujian yang sempat terlontar dan menggantikan dengan gumaman yang tidak jelas.

"Masuk!" titah Aarick seraya membuka pintu mobil samping kemudi.

"Mama udah nunggu di rumah," imbuhnya saat melihat Aisha tetap diam di tempat.

"Naik di belakang aja!" ketus Aisha.

Aarick menarik tangan Aisha yang sudah hampir membuka pintu bagian penumpang, dengan mata yang tajam ia berkata. "Masuk! Aku bukan supirmu!" tegasnya.

Aisha menelan ludah dan hanya bisa mengikuti perintah Aarick.

Aarick melajukan mobilnya menuju rumahnya, tidak ada yang kembali memulai bicara. Aarick hanya memikirkan percakapan antara papa dan mamanya yang tidak sengaja di dengarnya, mereka berniat untuk menjodohkan dirinya dengan Aisha. Aarick berharap ia salah dengar atau ini hanyalah gurauan semata.

"Kita mau ke mana, kak?" tanya Aisha saat mobil Aarick berbelok ke arah yang berlawanan dengan rumahnya.

Aarick hanya meliriknya tanpa menjawab pertanyaannya. Hingga mobil itu berhenti tepat di depan rumah Aarick.

"Seharusnya kakak antar aku ke rumah aja," Aisha enggan turun dari mobil.

Aaric tetap diam lalu mendekat dan membuka sabuk pengaman yang masih melilit tubuh Aisha.

Mata Aisha terbelalak dengan mulut yang setengah mengaga saat wajah Aarick tepat di depan wajahnya.

Aarick juga seperti enggan beranjak dari posisinya yang sekarang, memandang wajah Aisha sedekat ini membuat debaran aneh di hatinya. Wajah Aisha yang putih bersih, mata cantik dengan bulu mata lenting yang menghiasinya, alis indah seperti bulan sabit yang sudah sering dilihatnya sejak kecil.

"Aku akan menjodohkan Aarick dan Aisha. Mereka sedari kecil sudah sering bersama pasti sudah saling mengenal dan merasa nyaman."

Ucapan papa Ariel kembali melintas membuatnya cepat-cepat menarik diri dari Aisha setelah melepaskan sabuk pengamannya. Aarick keluar dari mobil tanpa bicara apapun lagi.

Aisha menghembuskan napas lega seraya memukul kecil kepalanya.

"Aisha ...jangan mikirin yang aneh-aneh," gumamnya.

Aarick Erlangga dan AishaBella sudah sejak kacil bersama sebagai teman yang selalu saling membantu, persahabatan orang tua mereka juga membuat pertemuan mereka menjadi intens hingga keduanya membuat janji yang telah disepakati dan tidak boleh ada yang melanggarnya.

Terpopuler

Comments

kim yera W k

kim yera W k

kayaknya seru

2021-06-25

0

Agustin

Agustin

Maaf baru nyimak..
Sepertinya seru, bagus seperti karya sebelumnya

2021-06-08

0

pitaloka anjani

pitaloka anjani

kayanya ceritanya seru lanjut baca

2021-05-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!