"Kamu yakin mau menjodohkan Aarick sama Aisha, Mas?" tanya Anggun kepada Ariel ketika mereka berada di kamar.
"Ayolah sayang ... kita udah bahas ini sampai ke akar-akarnya, Endi dan Alisa juga udah setuju sama rencana ini. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk kita mengatakan hal ini sama Aarick dan Aisha."
"Masalahnya, Aisha masih terlalu muda. Dia baru aja lulus SMA. Apa Aisha menerima pernikahan ini?"
Anggun masih resah, memang ia juga sangat menginginkan keduanya berjodoh. Tapi mengingat usia mereka yang masih sama-sama muda membuatnya khawatir.
"Tidak ada yang perlu diragukan. Terkadang usia nggak menjamin tingkat kedewasaan seseorang. Yang penting mereka bisa saling mengerti dan mendukung dalam keadaan apapun."
Ariel memeluk Anggun dari belakang, meskipun mereka tidak lagi muda dan meskipun usia pernikahan mereka sudah lebih dari dua puluh tahun. Tapi keharmonisan rumah tangga keluarganya selalu terjaga sampai sekarang. Ariel selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Anggun dan anak-anak mereka.
"Jangan khawatir sayang, dulu kita juga punya rencana untuk menikah muda. Bahkan saat itu umur Aisha nggak jauh beda dengan umurmu. Sementara aku juga seusia Aarick yang sekarang. Cuma karena problem rencana kita berantakan dan harus menunggu lima tahun untuk mewujudkan pernikahan kita."
Anggun tertawa mengingat masa muda mereka yang cukup rumit, hanya karena fitnah dan salah paham mereka berpisah selama lima tahun.
"Itu semua karena sifat kamu yang posesif itu, Mas!" ucap Anggun.
"Karena aku mencintaimu," jawab Ariel sembari mencium puncak kepala Anggun.
Baiklah! Kita akan lihat apakah sifat posesif Ariel Erlangga menular ke anaknya Aarick Erlangga? Anggun hanya bergidik membayangkan apa yang akan dirasakan calon menantunya nanti.
Semoga mereka tidak mengalami masalah yang lebih besar melebihi masalah merea dulu. Anggun hanya bisa berdo'a untuk kebaikan anak-anaknya. Sebab apapun yang terjadi hanya Allah yang punya kuasa.
Aisha Bella melipat mukena yang baru saja dipakainya sholat maghrib, ia menoleh ke pintu kamar yang sudah terbuka dari luar.
Arta Anastasya anak perempuan Ariel sedang tersenyum kearahnya.
"Makan malam udah siap, Mbak ... udah ditunggu sama papa dan mama," ajak Arta.
"Kamu nggak sholat?" tanya Aisha.
"Lagi kedatangan tamu, Mbak."
Aisha tampak mengangguk paham, Arta masih SMP tetapi kecantikannya sudah terlihat mencolok. Pantes saja Arta selalu dibawah pengawasan Aditya dan om Ariel yang tidak pernah melepaskan Arta pergi seorang diri.
***
Papa Ariel dan Mama Anggun sudah duduk di kursi meja makan lalu disusul Aditya yang baru saja bergabung setelah memanggil kakaknya Aarick.
"Gimana kuliahnya?" tanya Papa Ariel saat Aditya sudah duduk di depannya.
"Beres, Pa ... Aditya mahasiswa teladan. Bisa dipastikan Aditya bisa membanggakan Papa sama Mama," ucapnya dengan bangga.
"Yakin? Bukannya kamu sibuk ngejar cewek-cewek kampus!" tebakan Papa Ariel membuat Aditya bertepuk tangan.
"Woaaahhhh Pa! Memang mantan play boy kampus selalu bisa membaca situasi." Aditya tertawa terbahak.
Sementara Papa Ariel bersaikap santai sembari bersedekap dada menatap anaknya yang menuruni sifatnya sebagai pemburu wanita.
"Mubazir kalau wajah tampan disia-siakan. Lagipula dulu mereka yang ngejar Papa. Nggak seperti kamu yang selalu cari mangsa."
Ariel kembali menegakkan punggungnya dan mengambil sendok untuk makan.
"Memang buah jatuh nggak jauh dari pohonnya," sindir Anggun sembari menyendokkan nasi dan lauk ke piring Ariel.
Aditya langsung melipat mulutnya, ia mengangkat kedua tangannya di udara saat Papa Ariel menunjuknya dengan sendok.
Ariel membuang napas resah saat melihat wajah istrinya cemberut.
"Beribu wanita di luar sana, hanya kamu yang aku cinta. Jangan khawatir sayang ... hanya kamu yang bisa meluluhkan hatiku," ucap Ariel cepat-cepat mencairkan suasana.
Ariel mencolek dagu Anggun saat istrinya itu meletakkan piring tepat dihadapannya.
"Buahahaha...."
Aditya tertawa terbahak mendengar rayuan maut Papanya bahkan ia memukul-mukul meja dengan sendok yang dipegangnya.
Ariel tersenyum kaku kearah Anggun yang juga sudah tersenyum melihatnya. Ya segampang itu membuat istrinya tersenyum.
"Sudah diam!" ucap Ariel sembari memukul kaki Aditya dibawah meja dengan kakinya.
Namun Aditya semakin terbahak.
Aarick menuruni anak tangga ia berjalan pelan dibelakang Aisha dan Arta yang juga menuju ruang makan, Aarick berjalan dengan terus memperhatikan Aisha.
Benarkah ia tertarik dengan Aisha? Atau hanya sekedar penasaran saja? Aarick belum bisa menentukan jawabannya.
Samar-samar ia mensengar suara tawa Aditya dari ruang makan, adik yang hanya selisih umur hampir dua tahun dengannya itu memang paling rame di rumah ini.
"Bahas apa, sih?" tanya Aarick yang sudah duduk di samping Aditya.
Aisha dan Arta duduk berdampingan di hadapan mereka.
"Makan dulu sebelum dingin, nanti lagi ngobrolnya!" titah Anggun seraya mengambilkan makanan untuk Aarick.
"Aisha, makan yang banyak, sayang," ucap Anggun.
"Iya Tante, maaf ya Aisha udah bikin tante repot," jawabnya.
"Repot apanya? Kamu sudah Tante anggap seperti anak sendiri. Jadi jangan sungkan ya," Anggun menambahkan ayam goreng di piring Aisha.
"Kakak harus banyak belajar dari papa untuk menaklukkan hati Aisha," bisik Aditya ditelinga Aarick.
Arick hanya diam dan menyikut siku Aditya.
Mereka makan malam bersama tidak ada obrolan serius di ruang makan itu, hanya suara dentingan sendok yang terdengar mendominasi.
****
"Papa kapan pulang?" tanya Aisha sembari terisak saat bicara dengan papanya melalui sambungan telepone.
"Maaf sayang, Papa usahakan secepatnya."
"Aisha nggak enak kalau harus tinggal lebih lama lagi di rumah om Ariel. Biarkan. Aisha pulang ke rumah Pa..." rengeknya.
"Kamu anak perempuan, nggak baik tinggal sendirian di rumah. Apalagi kakak kamu juga masih di luar negri."
"Tapi lebih nyaman tinggal di rumah sendiri meskipun semua orang di sini baik sama Aisha, Pa."
"Sebelumnya kamu betah aja tinggal di rumah om Ariel, apalagi ada Arta. Kamu udah deket banget sama dia. Kenapa sekarang kayak anak kecil gitu?"
Aisha terdiam tanpa bisa menjawab pertanyaan Papanya, ia bahkan tidak tau apa yang membuatnya tidak nyaman.
Apa karena saat di ruang makan tadi Aarick selalu meliriknya? Memang mereka tidak saling bicara, tapi ia tidak salah lihat saat Aarick tertangkap beberapa kali meliriknya. Kenapa hubungan mereka yang sekarang bisa secanggung ini? Kenapa tidak bisa seperti saat mereka masih kecil dulu?
Aisha tampak mengangguk kecil mendengarkan nasehat mamanya yang sudah mengambil alih pembicaraan.
Aarick menutup laptopnya, tadi setelah makan malam ia lansung mengurung diri di dalam kamar untuk mengecek beberapa email dari rekan bisnisnya.
Sudah hampir jam sepuluh malam saat ia menutup jendela kamarnya, Aarick mematung di tempatnya saat melihat pungung Aisha yang sedang duduk di ayunan di tepi kolam renang.
"Cari penyakit," gumam Aarick dengan gelengan kepala melihat Aisha dengan heran.
Aarick berjalan cepat menuruni anak tangga, hampir seluruh lampu padam di dalam ruangan di rumahnya, menandakan penghuni rumah yang lain sudah tidur.
Aarick berdiri tepat di belakang Aisha, lama ia memandang punggung Aisha sampai kepala gadis ini miring hampir terbentur besi ayunan, untunglah ia sempat lebih dulu mengulurkan tangannya sehingga kepala Aisha tepat mengenai telapak tangannya.
"Ternyata kau tidur ya? Dasar anak kecil tetaplah anak kecil," gumam Aarick.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
reader's cute
thor kisah yusri dan airin tidak diperjelaskah
2021-06-27
0
kim yera W k
bagus
2021-06-25
0
Agustin
Sudah ada tanda2
2021-06-08
0