Melangkahkan kaki mengikuti Kirana sambil memakan burger, Jojo sukses menjadi perhatian karyawan Sky hotel tempatnya berada sekarang. Jelas semua mata tertuju kepadanya yang baru saja membuat kekacauan di sana, tanpa sadar, Ia bahkan berani memaki pemilik hotel itu.
Setelah menolak voucher dan steak pengganti, gadis itu meminta sahabatnya untuk membelikan makanan cepat saji yang baru saja habis Ia nikmati saat dirinya, Kirana dan satu orang marketing hotel berhenti di depan Ballroom utama.
"Untuk apa ke sini?" Jojo masuk sambil terheran-heran, terlebih saat Kirana langsung meminta si marketing hotel meninggalkan mereka berdua agar leluasa berbicara.
"Jo! kamu harus bantuin aku, aku mohon!"
Mengernyit heran, Kirana sampai menangkupkan kedua tangannya ke depan dada—mengiba kepada Jojo, sahabatnya sejak SMA.
"Bantuin apa?" masih tak mengerti, Jojo malah berjalan melihat-lihat sekeliling ballroom itu. "Aura di sini sungguh negatif, orang-orang yang melangsungkan pernikahan di sini pasti berakhir menderita," ucapnya ngaco.
"Maka dari itu tolong aku!" Kirana kembali mengiba, membuat Jojo semakin tak mengerti.
"Jo, aku mau dikawinin sama laki-laki yang ga aku kenal, aku cuma ketemu sekali dan bulan depan aku harus menikah di sini, alasan aku meminta bertemu di Sky hotel karena mama memaksa aku untuk melihat venues acara."
"Aku masih di dunia nyata kan An? Kek sinetron aja dijodohin," ucap Jojo santai.
"Kamu boleh minta apa aja, asal bantuin aku gagalin pernikahan ini. Jo aku ga mau nikah, kalau kamu ga mau bantuin, aku mau minum boba bersianida aja."
"Kopi udah ga ngetrend ya An?"
"JOJO!"
"Ish ... ogah ah, aku ga mau bikin masalah lagi, kamu tahu sendiri kan? Aku lagi kena skors abang Ical, ATM disita, ga dikasih duit operasional, untung habis borong skincare kemarin."
"Lagian kenapa sih kamu bikin masalah lagi?" Kirana frustrasi, sepertinya Ia meminta bantuan ke orang yang salah.
"Aku pergi ke club sama anak-anak, ketahuan sama bodyguard abang, aku kesal karena katanya dia ga bakal ngaduin aku tapi diaduin juga pas di rumah. Nah ... jadinya aku marah, aku lempar catokan rambut ke arah dia, eh … kena titituit nya."
"Astaga Jo, terus —"
"Ya terus abang murka, katanya aku bisa menghancurkan masa depan bodyguard nya, lagian itu catokan juga kayaknya tahu mana bagian yang bisa bikin orang kejang-kejang kalau kena lempar, nyasarnya bisa pas ke sana."
Kirana hanya bisa terperanga, sahabatnya itu memang luar biasa, jika ada spesies langka dari manusia yang perlu dijaga eksistensinya mungkin Jojo adalah salah satunya.
"Lagian yang nyalek kan dia, kenapa aku harus ikut kena imbasnya sih, ini ga boleh itu ga boleh."
Berniat meminta bantuan, Kirana malah harus mendengarkan keluh kesah sahabatnya itu dari A sampai ke A lagi.
"Jadi, kamu mau bantuin aku ga?" Kirana menatap Jojo lemas, semangatnya sudah habis untuk meladeni ocehan gadis itu.
"Apa yang kamu tawarkan sebagai imbalannya?"
Pertanyaan Jojo membuat mata Kirana berbinar, Ia buka tasnya untuk mengambil kartu kreditnya. "Limitnya seratus juta, kamu boleh memakainya."
"Keysip!"
Jojo langsung menyambar kartu itu dari tangan Kirana, mencium benda tipis itu sambil menaik turunkan alis matanya, lumayan pengganti duit bulanan dari kakaknya. Sebenarnya Jojo tak serta merta setuju membantu sahabatnya itu hanya karena uang. Gadis itu tahu Kirana tidak mau menikah karena sudah memiliki kekasih.
"Sesuai amanat Undang-undang, bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, penindasan yang tidak berperi kemanusiaan dan berperi keadilan harus dihapuskan, anggap saja aku sedang mengamalkannya dengan membantu Kirana mendapat kemerdekaannya dalam memilih suami." batin Jojo, memberi pembenaran terhadap tindakan yang akan dia lakukan.
***
"Jo!"
Suara kakak ipar Jojo menggema di pagi hari, mengetuk pintu kamarnya dengan kasar, wanita bernama Sylvia itu berusaha membangunkan satu-satunya adik kesayangan sang suami.
"Apasih mama Slipi?" Jojo membuka pintu kamarnya, Ia menguap selebar mulut kudanil. Memanggil nama kakak iparnya seperti sang keponakan yang masih tak jelas bicaranya.
"Sylvi panggil aku Sylvi, dasar adik ipar solimin."
"Hush ... calon Bu Gubernur ga boleh bicara sembarangan," ucap Jojo sambil menahan tawanya karena berhasil membalas wanita itu yang selalu melarangnya berbicara asal.
"Ingat Protokoler!" Sindirnya.
Sylvia mengangguk, semenjak Fahrizal sang suami mencalonkan diri menjadi Gubernur, tingkah laku keluarganya menjadi dibatasi, semuanya berada di bawah pantauan tim sukses pria itu.
Sama halnya dengan Jojo yang mau tidak mau harus mengikuti aturan itu juga, gadis itu tahu bahwa menjadi pemimpin adalah harapan mendiang orang tuanya ke sang kakak. Ya, Jojo yatim piatu, sejak umur delapan tahun Ia kehilangan kedua orangtua dan kakak keduanya. Saat itu Fahrizal berumur sembilan belas tahun dan sedang kuliah di luar negeri.
Jojo tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun, demi keselamatannya, Fahri meminta sang adik tutup mulut. Beruntung orangtuanya meninggalkan beberapa aset, berhektar-hektar kebun teh berikut pabriknya, juga saham di beberapa perusahaan besar.
"Apa kamu lupa? Pagi ini kita mau ke makam papa mama, abang 'mu ingin meminta restu."
"Bawa tim sukses ya?" tanya Jojo malas. "Aku tim hore saja lah," ucapnya sambil berlalu. Namun, bukannya segera mandi, gadis itu malah kembali merebahkan diri.
"Jojo!" Teriak Sylvia untuk kesekian kali.
"Biarkan aku merasakan kenikmatan yang hakiki ini sebentar lagi kak."
"Kalau kamu terus seperti ini, kakak yakin tidak akan ada pria yang mau menikah denganmu."
"Pasti ada," timpal Jojo. "Aku akan mencari pria khilaf yang mau menjadi suami 'ku, lihat saja nanti!"
"Kalau ga ada?"
"Aku akan minum boba bersianida," jawab Jojo enteng.
_
_
_
_
_
like
komen
add fav 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Ratna Dewi
udah vaca ke 5x dngn akun berbeda tpi tetep aj ngakak bacanya😂
2025-02-14
0
jumirah slavina
ishhh... bocah ini...
tp Aku mendukungmu Jooo...
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-11-05
2
Fafan15
bengek😭😭
2023-03-06
1