'Fyuhhh'
Viona menyeka peluh dari keningnya. Lelah terlihat jelas di raut wajahnya. Dan berkat tangan ajaibnya, satu nyawa lagi berhasil diselamatkan.
Viona Anggella adalah wanita berumur 21 tahun , dia adalah dokter ahli bedah yang bekerja disalah satu rumah sakit terbesar di Seoul. Walaupun usianya masih muda, tapi kemampuannya sebagai kedokteran tidak bisa diragukan lagi.
Viona begitu disegani dan dihormati oleh para juniornya. Selain memiliki paras yang sangat cantik, dia juga memiliki bola mata hazel yang indah. Tatapannya terduh dan mampu membuat siapa pun yang melihatnya akan terpesona oleh tatapan matanya, teduh dan menenangkan. Rambutnya yang berwarna coklat panjang sepinggang diikat ekor kuda. Viona juga dikenal ramah dan murah senyum, dia sangat dekat dan mudah akrab dengan siapa saja termasuk para pasiennya.
"Kau terlihat berantakan sekali, Vi." ucap Kirana seraya mendaratkan pantatnya di sofa yang berada diruangan kerja sahabatnya itu. "Sepertinya kau harus mengambil cuti selama beberapa hari." Imbuhnya.
"Aku sependapat dengannya, kau terlalu membebani dirimu dengan pekerjaan, Nona Anggella!" ujar Sunny sambil menunjuk Kirana dengan dagunya.
Viona tidak menggubris ucapan kedua sahabatnya dan pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang terlihat lelah dengan air. Viona mengangkat wajahnya dan melihat pantulan dirinya dicermin, gadis itu mendesah lelah.
"Kau berantakan sekali, Viona Anggella," uca Viona pada dirinya sendiri.
Melangkahkan kakinya keluar kamar mandi, kehadiran seorang wanita yang satu profesi dengannya sedikit mengejutkannya. Ia tidak melihat batang hidung kedua sahabatnya yang mungkin sudah pulang kerumah masing-masing karna jam didinding sudah menunjuk angka 10 malam.
Wanita itu berdiri membelakangi dirinya didekat meja. Menyadari kedatangan Viona, wanita itu lantas berbalik dan mengulum senyum manis yang di balas senyum pula oleh Viona.
"Senior, kau disini?" seru Viona seraya menghampiri dokter cantik berdarah China yang selama ini menjadi panutannya tersebut, "Kapan senior kembali dari China? Aku fikir kau di sana dalam waktu yang cukup lama,"
"Tidak perlu seformal itu. Panggil Eonni saja itu lebih baik."
Senna tersenyum lalu memeluk Viona . Viona mengangkat kedua tangannya dan membalas pelukan Senna. "tadi pagi, dan aku sangat merindukanmu." Viona terkekeh mendengar ucapan Senna. Senna melepaskan pelukannya dan mendesah panjang.
"Kau terlihat kurusan, Viona Anggela. Pasti kau tidak makan dengan teratur, berhentilah menjadi Workaholic dan fikirkan dirimu juga. Kau itu seorang Dokter, pasti kau lebih mengerti kesehatan dibandingkan orang lain." Omel Senna karna sifat keras kepala Viona.
"Aisshh!! Eonni, kenapa kau jadi mirip dengan Kirana dan Sunny!! Bahkan kau lebih bawel dari mereka berdua." Keluh Viona sambil mencerutkan bibirnya.
"Itu karna aku peduli padamu, Nona Anggella" dengan gemas Senna menjitak kepala Viona dan membuat gadis itu meringis karna ulahnya. "Kenapa kau ini mirip sekali dengan adik bungsuku? Keras kepala dan sulit sekali dikasih tau, jika begini aku kan jadi semakin ingin menjodohkan kalian berdua."
"Aku tidak mau." Viona menyela cepat. "Aku sudah memiliki tunangan, Eonni tau itu bukan? Lagi pula aku belum pernah bertemu dengannya. Bisa saja kan dia itu jelek, gendut, hitam, bertompel, berambut keriting dan berkaca mata. Membayangkannya saja sudah membuat bulu kudukku berdiri.
Pokoknya aku tidak mau dijodohkan dengan adikmu itu, lagi pula aku dan dia akan menikah tahun depan. Ya meskipun aku tidak pernah mencintainya, tapi itu adalah permintaan terakhir Ibu dan Ayab sebelum mereka menghembuskan nafas terakhirnya. Jadi, Eonni cari yang lain saja untuk kau jodohkan dengan adikmu itu." ujar Viona panjang lebar sambil mendahului Senna dan duduk disofa.
"Sembarangan. Adikku itu tampan, sangat tampan malah. Dan Eonni jamin kau akan menyesal karna sudah menolaknya mentah-mentah bahkan sebelum bertemu dengannya," ujar Senna. Senna mengikuti Viona dari belakang dan kemudian duduk berhadapan dengannya.
"Tapi Vi, apa kau yakin akan menikah dengan pria itu? Dia tidak terlihat seperti pria baik-baik dan dia terlalu banyak menyimpan rahasia darimu. Viona, sebaiknya kau fikirkan baik-baik sebelum melangkah semakin jauh. Aku berbicara seperti ini karna peduli padamu."
Viona terdiam mendengar ucapan Senna, memang benar apa yang wanita itu katakan. Lagi pula tidak ada cinta dalam hubungan mereka, pertunangannya dan Leo terjadi atas permintaan kedua orang tuanya dan Viona tidak bisa menolaknya. Ia tidak memiliki pilihanl "Oya, bagaimana Eonni bisa tau kalau aku belum pulang?" tanya Viona mengalihkan pembicaraan. Viona tidak ingin membahas lebih jauh lagi mengenai hubungannya dengan Leo.
"Kirana dan Sunny, aku melihat mereka hanya pulang berdua saja. Jadi aku fikir kau masih disini dan tebakanku benar. Aku hanya ingin memastikan saja, setelah satu minggu tidak bertemu denganmu." Senna menggantung kalimatnya dan memperhatikan penampilan serta wajah Viona. "Kau terlihat sangat berantakan, Viona."
"Kirana dan Sunny juga mengatakannya."
"Cobalah untuk mengambil cuti beberapa hari dan pergilah berlibur." Saran Senna sambil menggenggam tangan Viona di atas meja. "Semoga kau mau menerima saran dariku." Imbuhnya.
"Ya, aku akan mencobanya." Jawab Viona tersenyum.
Senna mengenal Viona dengan sangat baik, dulu saat kuliah Viona adalah juniornya dan setelah lulus gadis itu bekerja dirumah sakit milik keluarga Lu yang Senna kelolah.
Viona menjadi salah satu dokter bedah terbaik dirumah sakit milik keluarga Lu, dan junior kesayangan Senna pastinya. Sudah lama Senna ingin memiliki adik perempuan namun keinginannya itu tidak pernah menjadi kenyataan sampai sosok Viona datang dalam hidupnya.
"Viona, maaf. Eonni tidak bisa menemanimu lama-lama, eonni tidak ingin mendapat amukan dari si bungsu karna menunggu kakak-nya terlalu lama. Hahaha, adikku itu sangat benci yang namanya menunggu." Ucap Senna dan beranjak dari duduknya.
Viona pun ikut berdiri, mengitari meja dan memeluk Senna . Sekilas dia mencium pipi Senna, kebiasaan yang sering Viona lakukan setelah mereka tidak bertemu dalam waktu yang cukup lama. Senna tersenyum lembut dan setelahnya Viona melepaskan pelukannya, Senna segera berjalan kearah pintu dan membukanya.
"Eonni, hati-hati." Pesan Viona yang segera dibalas anggukan oleh Senna.
"Tentu. Segeralah pulang, ini sudah larut malam." Nasehat Senna sebelum sosoknya menghilang di balik pintu. Dan tersisalah Viona sendiri didalam ruangan itu.
Drett drett drettt!!
Getaran pada ponselnya mengalihkan perhatian Viona, gadis itu beranjak dan kembali kemejanya. Senyum dibibir Viona mengembang seketika, Viona meletakkan ponsel itu tanpa berniat membalasnya. Namun tak berselang lama, ada pesan lain yang masuk dan itu dari salah satu sahabtnya.
*Aku dan Sunny sudah merencanakan liburan untukmu. Minggu depan kau akan berlibur dan berlayar dengan kapal pesiar. Kami ingin kau bersenang-senang dan menikmati waktumu. Kami tidak ingin mendengar kata tidak, titik tanpa koma.*
Viona mendengus berat. Ia tidak menduga jika Kirana dan Sunny masih tetap pada pendiriannya untuk mengirimnya berlibur dengan menggunakan kapal pesiar. Dan sepertinya Viona tidak memiliki pilihan lain selain menerimanya.
-
Diparkiran rumah sakit, terlihat seorang laki-laki duduk diatas kap mobil sportnya sambil menghisap tenang rokok mint yang diapit dua jarinya. Pemuda itu memakai kemeja putih yang lengannya digulung sampai siku dan dibungkus vest hitam serta celana bahan hitam juga, keberadaannya disana cukup menyita perhatian.
Banyak pasang mata yang menatapnya dengan tatapan memuja yang hanya disikapi dengan tatapan dingin oleh pria itu. Termasuk dua gadis yang baru saja melintas didepannya.
"Kau lihat pemuda itu, Kiran? Dia tipeku sekali."
"Hooh! Dia sangat tampan dan cool. Sunny, kau lihat tatapannya yang tajam dan dingin itu? Ohhh, aku terpanah."
"Bagaimana jika kita berbalik dan mengajaknya berkenalan?" usul Sunny tapi segera ditolak oleh Kirana.
"Aku tidak berani, kau lihat tatapannya. Dia terlalu dingin." Sunny dan Kirana menghentikan langkahnya dan menengok kebelakang. Bahkan pemuda itu tidak melirik mereka sama sekali.
Pemuda itu mendengus, meskipun tidak merespon sama sekali. Tapi telinganya yang super tajam mendengar semua yang kedua gadis itu katakan. Dan pria itu merasa tidak nyaman sama sekali, membuang putung rokoknya yang tinggal setengah kemudian masuk kembali kedalam mobilnya. Lebih baik dia menunggu kakak tercintanya di dalam saja.
"Dia sedang apa sekarang? Kenapa tiba-tiba aku teringat padanya?" ucap pria itu entah pada siapa. Mengeluarkan ponsel super canggih miliknya dan mulai mengetik pesan untuk seseorang.
~Bagaimana kabarmu hari ini? Kuharap kau baik-baik saja~
"Nathan!" Nathan lantas menoleh dan mendapati Senna yang tengah melambai padanya. Dan kedatangan Senna angsung disambut tatapan tajam oleh Nathan.
"Ck, apa saja sih yang kau lakukan di dalam sana? Kau tau? Aku hampir lumutan menunggumu." Omel Nathan sambil menatap Senna dengan kesal. Senna memutar matanya jengah, seperti yang dia duga jika Nathan akan ngomel-ngomel karna dia terlalu lama di dalam.
"Dasar tidak sabaran, sudah jangan bawel. Cepat nyalakan mobilnya, Kakak sangat lelah." tandasnya.
Nathan melirik Senna tajam dan mendengus berat. Jika saja Nathan tidak menyayangi kakaknya itu. Pasti dia sudah memintanya untuk turun dari mobilnya. Tapi hal itu tidak Nathan lakukan, meskipun dia dikenal sebagai pria sadis dan tidak memiliki hati. Namun dia tidak akan tega berbuat kejam pada kakak tercintanya.
Dan setibanya mereka di rumah. Senna dan Nathan dikejutkan dengan banyaknya mayat yang bergelimpangan dihalaman, beberapa orang terluka termasuk Kai, salah satu orang kepercayaan Nathan.
"Kai, apa yang terjadi?" tanya Nathan sambil membantu Kai berdiri. Pria berkulit tan itu terlihat babak belur, ada beberapa luka menghiasi tubuh dan wajahnya.
"Segerombol pria misterius datang dan membuat keributan. Mereka banyak menghabisi orang-orang kita, Tuan." jelasnya memaparkan.
"Lalu bagaimana dengan, Henry? Apa dia baik-baik saja?" tanya Senna memastikan.
"Dia baik-baik saja, Nona. Tuan Henry hanya mengalami cidera ringan saja. Dia berusaha mengejar salah satu dari mereka yang berhasil melarikan diri."
"Kearah mana mereka pergi?" tanya Nathan.
"Barat."
Natham segera masuk kembali kedalam mobilnya dan menyusul Henry. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk sampai menimpa kakaknya, karna bisa saja orang itu menggiring Henry pada markas mereka dan menjebaknya.
Tak lupa Nathan memakai masker dan topi seperti yang biasa dia gunakan saat beraksi, Nathan tidak ingin jika identitasnya yang sebenarnya sampai diketahui oleh musuh-musuhnya karna itu hanya akan menghambat semua rencananya dan membiarkan sosok Black Devil tetap menjadi misteri yang tidak terpecahkan.
"Aku menemukanmu."
Nathan menginjak gasnya dan menambah kecepatan pada mobilnya. Mobil sport mewah itu melewati dua mobil didepannya kemudian menghadangnya, membuat dua mobil yang semula saling kejar mengejar itu terpaksa harus berhenti.
Pengemudi van hitam itu terlihat keluar dari mobilnya dan menghampiri mobil Nathan, begitu pula dengan Henry yang juga sudah keluar dari mobilnya. Ia bisa menghela nafas lega sekarang setelah melihat kedatangan Nathan di waktu yang sangat tepat.
BRAKKK!!
"Sialan, keluar kau brengs**." Amuk laki-laki itu sambil menggebrak keras bagian depan mobil Nathan. Nathan pun segera keluar dari mobilnya tentu dengan masker dan topi hitam yang menyamarkan wajahnya. "Siapa kau? Dan punya masalah apa kau denganku?"
DORRR!!
Alih-alih sebuah jawaban, malah timah panas yang pria itu dapatkan. Tubuhnya ambruk seketika setelah amunisi yang Nathan lepaskan menembus kepalanya. "Cih, dasar bajing**. Itu adalah ganjaran yang setimpal untuk manusia sepertimu." Ujar Nathan dan berlalu.
Henry membuka kembali matanya dan menghampiri Nathan. "Nathan, kenapa kau harus membunuhnya? Kitakan jadi tidak bisa mendapatkan informasi apa pun darinya." Omel Henry pada Nathan.
"Tanpa manusia ini buka suara sekali pun, aku tau siapa dalang utama dan orang yang mengirim mereka untuk membuat keributan di rumah kita. Ini adalah kerjaan si kepar** itu, aku sungguh-sungguh tidak sabar ingin segera bertemu dengannya. Tapi sayang sekali, dia hanyalah pengecut yang tidak memiliki nyali. Sudahlah, sebaiknya kita pulang. Kakak sangat mencemaskanmu." Ujarnya dan berlalu begitu saja.
Mobil sport mewah milik Nathan melesat jauh meninggalkan Henry yang masih belum beranjak dari posisinya. Henry mendesah berat. Terkadang dia berfikir kenapa dulu orang tuanya harus memberinya adik yang mirip patung es berjalan, sedangkan dirinya meminta adik yang manis dan bisa diajak main bersama.
Sejak kecil sifat Nathan memang sangat dingin, dia jarang bicara dan selalu memasang wajah datar. Bahkan saat masih kuliah, Nathan selalu menyendiri dan tidak memiliki banyak teman.
Nathan adalah pemuda yang penuh misteri, dan jarang mau bersosialisasi. Satu-satunya sahabat yang Nathan miliki hanyalah pria jangkung bernama Bima, dan hanya dia satu-satunya orang yang bisa bertahan dengan sifat dingin Nathan.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments
EndRu
ada nama yang sama dengan cerita novelmu yang lain. apa mereka orang yang sama?
2023-09-24
0
Febri Ana
lanjuuttt
2023-08-02
0
💟💟rianti lope 💟💟💟
visualnya dong thor
2021-08-03
0