Brakkk!!!
Perhatian Nathan, Senna dan Henry sedikit teralihkan karna dobrakan keras pada pintu. Seorang gadis langsung nyelonong masuk ke dalam kamar Nathan dan langsung memeluk pria itu. Senna yang tidak suka dengan kedatangan gadis itu pun langsung melenggang pergi, begitu pula dengan Henry.
"Oppa. Aku lega akhirnya kau kembali, kau tau bagaimana takut dan cemasnya aku saat tau kau menghilang. Aku sungguh-sungguh takut." Ujar gadis itu sambil mengeratkan pelukannya.
Nathan mendesah beeat, mengangkat sebelah tangannya dan membalas pelukan kekasihnya. "Bukankah sekarang aku sudah kembali, apa lagi yang kau takutkan?" kata Nathan sedikit datar. Senna yang melihat adegan itu hanya bisa mendecih tidak suka dan memutar matanya jengah, wanita itu benar-benar muak. Selain bermuka dua, gadis itu juga jago bersandiwara.
"Dasar ular betina." Desis Senna di tengah langkahnya. Senna ingin sekali supaya Nathan segera berpisah dengan gadis itu kemudian menerima gadis yang telah dia pilihkan untuknya. Karna bagaimana pun juga gadis pilihan Senna jauh lebih baik dari kekasih Nathan saat ini.
Sementara itu...
Viona yang hanya sendiri di rumahnya merasa kesepian, kedua sahabatnya tentu saja sibuk bekerja dan tidak bisa menemaninya. Sedangkan calon suaminya masih berada di luar negeri. Jika saja Nathan tidak pulang secepat itu, pasti ia masih memiliki teman untuk berbincang meskipun dia tidak banyak bicara. Tapi setidaknya ia tidak merasa kebosanan.
Drett drett drett!!
Getar pada ponselnya yang ada diatas meja sedikit menyita perhatiannya. Viona mengambil ponsel itu dan melihat ada satu pesan masuk dari nomor yang ia kenal.
"Aku sudah sampai di rumah. Terimakasih untuk semuanya. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu padaku, suatu saat aku pasti akan membalasnya."
Viona tersenyum simpul membaca pesan itu. Dengan cepat Viona mengetik pesan balasan untuk orang tersebut.
"Sama-sama. Pastikan untuk rutin mengganti perbannya pagi dan sore hari, dan jangan lupa minum obatmu dengan teratur."
Ting!! Tak berselang lama ada pesan masuk lagi dan masih dari orang yang sama.
"Pasti, aku akan selalu mengingat pesanmu!"
Viona meletakkan ponselnya tanpa berniat untuk membalas pesan itu lagi. Entah kenapa tiba-tiba Viona merasa hampa, gadis itu menggeleng. Tidak seharusnya ia memikirkan pria lain disaat dirinya telah bertunangan.
Ditempat Nathan....
Cherly memicingkan matanya saat melihat kekasihnya itu begitu serius berkirim pesan dengan seseorang. Merasa penasaran, Cherly pun beranjak dari duduknya untuk mendekati Nathan dan bertanya. "Oppa, kau serius sekali, memangnya kau mengirim pesan pada siapa?" tanya gadis itu penasaran.
"Bukan siapa-siapa." Nathan meletakkan kembali ponselnya diatas meja samping tempat tidurnya dan lalu menyandarkan kepalanya pada sandaran tempat tidur. Kepalanya benar-benar pusing, rasanya seperti ada bongkahan batu besar yang menghantamnya. "Bisakah kau tinggalkan aku sekarang, aku lelah dan ingin beristirahat."
Cherly mencerutkan bibirnya. "Jadi kau mengusirku? Baiklah, aku akan pergi. Tapi setelah kau sembuh, kau harus menemaniku jalan-jalan dan membelikan barang mahal untukku. Itung-itung untuk hadiah jadi kita yang ke dua bulan."
"Gampang, kita bicarakan lagi nanti. Keluarlah." Nathan menutup matanya bahkan sebelum Cherly pergi dari sana.
Sebenarnya hubungan Cerly dan Nathan tidak dilandasi cinta. Nathan terpaksa menerima Cherly karna merasa kasihan padanya. Gadis itu terus memohon supaya Nathan mau menerimanya. Nathan pikir cinta bisa tumbuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, tapi dua bulan bersama tak membuat Nathan merasakan getaran apapun pada gadis itu.
Cherly mendesah berat, dengan terpaksa ia pun menuruti permintaan Nathan meskipun sebenarnya dia tidak ingin pergi.
Nathan membuka kembali matanya. Ingatannya kembali membawanya pada peristiwa yang terjadi beberapa hari yang lalu. Dan Nathan tidak tau bagaimana nasibnya jika saja tidak ada Viona yang menyelamatkannya.
Nathan mengambil kembali ponselnya dan mengetikkan beberapa angka pada layar tipis tersebut. Itu adalah ponsel pemberian Viona dan Nathan tidak berniat untuk menggantinya dengan ponsel yang jauh lebih canggih dan lebih mahal.
Tut... Tut... Tut...
Panggilan tersambung. Dan tak lama berselang ada jawaban dari seberang sana. Terdengar suara pria menyapu pendengarannya. "Hn, ini aku. Kau ada waktu besok siang? Aku ingin kita bertemu di tempat biasa. Ada hal penting yang harus aku bahas denganmu!"
"NATHAN! KAU, NATHAN LU? JADI KAU MASIH HIDUP? YAKK!! RUSA KUTUB, KEMANA SAJA KAU SELAMA BEBERAPA HARI INI, EO? APA KAU TAU JIKA SEMUA ORANG MENCEMASKANMU TERMASUK AKU!! KAMI MENGIRA KAU IKUT TERBUNUH JUGA!!"
Nathan menjauhkan ponsel itu dari telinganya saat mendengar teriakkan sahabatnya. "Ck, kau terlalu berlebihan. Aku baik-baik saja dan aku belum mati."
"Lalu kemana saja kau selama tiga hari menghilang?"
"Ceritanya panjang dan lain kali saja aku akan ceritakan padamu." Dan Nathan memutuskan sambungan telfonnya begitu saja.
Nathan berani bersumpah jika saat ini Bima sedang uring-uringan tidak jelas karna dirinya. Tapi Nathan tidak mau ambil pusing. Pria itu segera membaringkan tubuhnya dan mulai menutup matanya. Dan tanpa sepengetahuan Nathan. Bima sudah tancap gas kerumahnya karna dia sudah tidak sabar untuk melihat keadaan sahabat yang merangkak sebagai teman bisnisnya tersebut.
-
BRAKKK...!!
"NATHAN."
Dobrakan pada pintu dan teriakkan keras seseorang membuat Nathan nyaris terkena serangan jantung dadakan. Terlihat Bima menghampiri Nathan dengan raut panik penuh kecemasan. "Ya Tuhan!! Jadi lukamu sampai separah ini? Untung kau tidak sampai mati dijalanan, karna jika kau sampai mati maka siapa yang akan berinvestasi diperusahaanku dan membantuku menghidupi kucing-kucing liarku?" ujar Bima dengan hebohnya.
Nathan mendecih dan memutar matanya jengah. "Jadi kau menyumpahi supaya aku cepat mati?" ucapnya sinis. Lantas Bima menggeleng. "Dan apakah kau sudah bosan hidup, Bima Park!! Kau hanya tinggal pilih ingin mati dengan cara apa? Ditembak atau di mutilasi, aku memberiku kebebasan untuk memilih." Ucap Nathan dengan nada rendah namun namun penuh intimidasi.
Keringat dingin langsung meluncur di pelipis Bima. Meskipun ucapan Nathan hanya candaan saja, tapi tetap saja terdengar mengerikan. "Amit-amit tujuh turunan. Aku tidak pilih keduanya. Lagi pula jika aku sampai mati sekarang lalu siapa yang akan menghidupi 5 kucing liarku. Dan bisakah kau ceritakan detailnya padaku? Aku ingin tau apa yang sebenarnya menimpamu sampai kau bisa jadi seperti ini,"
"Ceritanya sangat panjang dan lain kali saja aku ceritakan padamu! Sebaiknya kau keluar sekarang jika kau tidak ingin aku sampai melemparmu keluar lewat jendela," ancam Nathan bersungguh-sungguh.
Bima mencerutkan bibirnya. "Dasar sahabat tidak berhati. Huft, baiklah. Aku akan keluar sekarang. Tapi aku tidak pulang dan akan menginap saja,"
"Hn, terserah,"
Dan selepas kepergian Bima. Di dalam ruangan hanya menyisahkan Nathan sendiri. Nathan mendesah berat. Terkadang sikap barbar Bima sering kali membuatnya naik darah. Tapi Nathan merasa beruntung karna memiliki sahabat yang seperti dia. Nathan menutup matanya, dia ingin segera tidur. Kepalanya terasa seperti ingin pecah, dan tidak sampai satu menit pria itu sudah terlelap dalam mimpinya.
-
Nathan Lu! Siapa yang tidak mengenalnya. CEO muda nan tampan pendiri LQ Group yang terkenal dingin, arogan dan tidak mengenal kata ampun pada siapa pun yang berani mencari masalah dengannya. Tidak ada sisi hangat dalam diri Nathan. Selain bermulut tajam dan irit bicara, Nathan juga sangat minim ekspresi.
Dia tidak pernah bersikap hangat pada siapa pun termasuk pada Cherly yang notbainnya adalah kekasihnya sendiri. Tidak ada kehangatan dalam hubungan mereka. Nathan selalu bersikap dingin dan kaku sepanjang waktu, jangankan untuk bersikap romantis pada Cherly, tersenyum pun jarang. Dan sebuah keajaiban jika melihat seorang Nathan Lu sampai tersenyum. Dan sekalinya tersenyum, senyum itu tak lebih tebal dari selembar kertas.
Setelah satu minggu. Kondisi Nathan berangsur membaik, luka tembak pada perutnya dah luka jahit pada pelipisnya juga sudah mulai kering meskipun perban masih belum mau beranjak dari luka-lukanya. Seperti janjinya pada Cherly malam itu, hari ini Nathan menemaninya berbelanja. Keduanya sedang berada di pusat perbelanjaan. Cherly minta di belikan tas dan Nathan tidak merasa keberatan.
"Oppa, itu tokonya. Ayo cepat kita ke sana, aku khawatir jika tas incaranku lebih dulu di ambil orang lain."
Nathan melepaskan pelukkan Cherly pada lengannya. "Kau duluan saja, nanti aku menyusul." Ucapnya datar. Dan dengan terpaksa Cherly masuk ke dalam toko tersebut tanpa Nathan. Padahal Cherly ingin memamerkan pada semua orang jika dirinya adalah kekasih dari seorang Nathan Lu. CEO dingin yang menjadi incaran banyak wanita.
"Huaaa... Ibu bangun, ibu tidak boleh mati!!"
"Tenang Nak, ambulans akan segera tiba." Bujuk seorang wanita menenangkan.
Samar-samar Nathan mendengar suara jeritan anak kecil yang sedang menangis. Lantas dia menyapukan pandangannya dan melihat beberapa berkerumun di satu titik, sepasang iris coklatnya melihat siluet wanita tergeletak di lantai dengan seorang bocah yang menangis disampingnya. Penasaran apa yang terjadi, Nathan memutuskan untuk ke sana dan melihatnya.
Setibanya di sana, Nathan melihat jika wanita yang sedang tak sadarkan diri itu tengah di tangani oleh seorang gadis muda yang memakai dress putih bermotif bunga. Dari postur dan warna rambut sepertinya tidak asing untuk Nathan. Tapi dia tidak yakin jika itu memang dia.
Pertama-tama yang gadis itu lakukan adalah memeriksa detak jantung dan nadinya. Dan kedua matanya membelalak melihat adanya tanda-tanda jika wanita itu mengalami Pneumothorax, dan hal itu terlihat saat wanita tersebut terlihat kesulitan untuk bernafas.
Dia harus melakukan penanganan cepat karna jika tidak wanita itu bisa kehilangan nyawanya dalam beberapa menit saja. Dan berhasil, wanita itu langsung membuka matanya kembali.
"Nyonya, Anda baik-baik saja?"
DEGG..!!
"Suara itu? Viona!!"
Nathan tersentak kaget setelah mendengar suara yang terdengar begitu familiar ditelinganya. Dan setelah mendengar suara tersebut Nathan semakin yakin jika gadis itu adalah Viona. Dan dugaan Nathan benar ketika gadis itu berdiri dan berbalik badan. Wanita yang pingsan itu langsung di larikan ke rumah sakit.
Orang-orang yang berkerumun di sana juga sudah bubar. Hanya tersisa dua orang saja, yakni Nathan dan Viona. Tapi sepertinya Viona masih belum menyadari keberadaan Nathan di sana sampai akhirnya...
"Viona,"
Mendengar namanya di panggil sontak Viona menoleh. Matanya sedikit membelalak melihat siapa pria yang berdiri dihadapannya. "Tuan Nathan!!" sudut bibir Viona lantas tertarik ke atas. Gadis itu menghampiri Nathan. "Tidak di sangka kita bertemu lagi, bagaimana luka-lukanya? Apa sudah membaik?"
"Ya, berkat saran darimu. Sedang apa kau di sini? Dan apa kau hanya sendiri?"
Viona mengangguk. "Aku sedang berbelanja bulanan, kebetulan stok di dalam kulkas sudah mulai menipis," jawabnya.
"Kau mau kemana lagi setelah ini?"
"Mungkin langsung pulang,"
"Kalau begitu aku akan mengantarmu!" ucapnya tak ingin di bantah, seolah-olah ucapan Nathan adalah hal yang mutlak.
dan sebelum pergi Nathan tak lupa mengirim pesan pada Cherly jika dia ada urusan mendadak. Dan dari pada harus menunggu Cherly yang sedang berbelanja, Nathan lebih memilih mengantarkan pulang gadis penolongnya. Lagi pula Cherly tidak terlalu miskin untuk membayar tas itu sendiri.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments
Manda P Wulandani
merangkak x merangkap
2022-08-30
0
Lee Fay
Adiknya Lee Chan ini pasti wkwkwkwk
2022-02-20
0
meymei
emang enak di tinggal😂😂😂
2021-08-28
0