Allura meringis mengusap jidatnya. Ini tubuh apa batu sich keras amat, keningku jadi bengkak, cantikku jadi hilang batin Allura yang memang memiliki kepedean tingkat tinggi.
"Om kalau berhenti jangan mendadak begini atau setidaknya bilang kek, lihat ini jidatku bentol seperti batu," desis Allura.
William hanya mencabik lalu duduk di kursi single yang ada di ruang tamunya dengan menyilangkan kakinya di atas meja di depannya.
"Salah sendiri jalan ngak pakai mata."
"Jalan ya pakai kaki om, kalau lihat pakai mata," tawa Allura.
Allura segera ikut duduk di sofa berhadapan dengan Wiliam kini matanya melihat sekelilingnya mencari sosok penghuni selain laki-laki tampan di depannya.
Susah kalau ngomong sama bocah batin William mengeluarkan rokok dari sakunya.
"Kamu cari siapa?" tanya William yang melihat Allura memutar kepalanya ke seluruh penjuru sudut rumahnya.
Allura hanya menyengir hingga memperlihatkan deretan gigi kelinci yang putih itu.
"Disini tidak ada siapa-siapa hanya ada aku. Siapa nama kamu?"
"Aku Mia Allura At---," Bodoh kenapa aku menyebut margaku batin Allura. "Panggil aja Allura," ucapnya lagi.
"Alur, nama yang unik seperti petunjuk jalan," ledek William.
"Om! Bukan Alur tapi Allura juga bukan lur tapi Lura, its ok?"
William memangut-mangut.
"Om siapa nama om?"
"Hai bocah, jangan panggil aku om! Sejak kapan aku menikah dengan tantemu? Namaku William, panggil yang sopan. Sampai kapan kau menumpang di rumahku?"
Allura mengangkat kedua bahunya.
"Rumahku bukan tempat penampungan, aku harap kamu segera pergi setelah matahari terbit nanti," usir William.
Ia tidak ingin wanita selain kekasihnya menginap di rumahnya, ya ia memiliki kekasih seorang model terkenal yang kini sedang berada di luar kota untuk sesi pemotretan.
Allura tidak tahu harus gimana jika ia pulang ia tidak mau dinikahkan pada laki-laki yang tidak ia cintai. Mau tidak mau ia harus memelas memohon agar bisa tetap tinggal disini setidaknya beberapa minggu sampai kondisi aman.
Allura berdiri menghampiri William berjongkok sedikit bersimpuh di depannya seperti seseorang memohon pengampunan.
"Tuan William tolong izinkan aku tinggal disini beberapa hari saja, aku tidak punya tempat tinggal," rengek Allura sambil memegangi tangan William.
William menampik tangan Allura agar tidak sembarangan menyentuhnya bagaimanapun ia laki-laki normal yang memiliki tingkat kenormalan tinggi.
"Berdirilah! Aku izinkan kamu tinggal disini tapi hanya beberapa hari saja. Sebenarnya kamu ini siapa? Dimana rumahmu?" tanya William menyelidik.
Tidak mungkin jika dia wanita biasa dilihat dari segi pakaian bukanlah pakaian murahan tapi kenapa dia bisa masuk ke dalam mobilnya jika orang berada pikirnya menerka-nerka.
Allura mengambil nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya dengan sekali hembusan untuk menetralkan dirinya sebelum bercerita apa yang terjadi padanya. Menurutnya ia jujur itu lebih baik siapa tahu ia mendapat pertolongan dari laki-laki tampan yang menggoda imannya.
"Begini om, aku kabur dari rumah karena aku di jodohkan dengan teman rekan bisnis papaku kalau rekan bisnis pasti tua lah. Sedangkan aku sudah memiliki kekasih yang amat aku cintai tapi aku putuskan beberapa jam lalu karena dia tidak mau membantuku bahkan ia tidak membalas chatku," lirih Allura
Hanya gara-gara hal sepele bocah kecil ini kabur.
"Pulanglah! Orangtuamu itu menjodohkan kamu karena ingin yang terbaik untukmu. Sudah besok aku antar kamu pulang," tutur William.
"Whats?! Pulang? Om, jangan pulangkan aku dong. Biarkan aku disini sementara waktu, plis," Allura memohon pada William.
"Sudahlah, tapi ingat hanya sementara waktu ya. Tidurlah! Pakailah kamar tamu sebelah kanan," ucap William berlalu pergi menaiki tangga menuju kamarnya.
Allura berjalan menuju kamar yang di arahkan oleh William, sampai di dalam kamar ia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang untuk memejamkan matanya.
Di tempat lain Alex sedang uring-uringan mendapati putrinya kabur dari rumah.
"Mah, ini salah mama ngak bisa jaga Allura dengan baik. Rasanya papa malu dengan kejadian yang memalukan ulah putrimu," hardik Alex menyilangkan kedua tangannya di pinggangnya.
"Pah, ini salah papa kenapa pakai acara menjodohkan segala. Papa ngak ingat dengan dirimu sendiri yang di jodohkan kakek Rian juga selalu ngak mau dan kabur. Kalau putriku kabur itu juga meniru ulahmu karena gen mu itu lebih banyak di Allura," ketus Rara.
"Ini beda, Mah."
Alex mengelak ia tidak mau dibandingkan dengan
putrinya karena menurutnya laki-laki bisa memilih yang terbaik untuk dirinya sendiri berbeda dengan perempuan pikirnya.
Beda apanya jelas-jelas Allura anak papa batin Daffin yang mengguping pembicaraan orangtuanya dari kejauhan.
Gue berhasil memprovokasi Allura untuk kabur setidaknya Sammy itu tidak akan jadi keluarga Atmaja. Dia tidak pantas menjadi suami Allura laki-laki dari keluarga yang broken home yang memiliki riwayat ayahnya gila harta pasti itu anaknya sama ibarat pepatah jawa 'buah jatuh tidak jauh dari pohonnya' yang artinya sifat atau kelakuan anak tidak jauh berbeda dari orang tuanya. Dan sering sekali peribahasa ini digunakan untuk suatu perihal negatif.
"Beda gimana? Jelas-jelas Allura anak kamu. Yang buat juga kamu," ketus Rara menyilangkan kedua tangannya di dada dengan melototin suaminya. "Kamu lupa!" hardik Rara.
"Itu aku ingat."
"Kalau ingat kenapa selalu mengekang putrimu?! Dia berhak bahagia, ingat jangan pernah minta jatah kalau putriku belum kamu bawa pulang!" ancam Rara.
Alex hanya bisa terkulai lemas duduk di sofa mendapat ancaman istrinya itu. Walaupun ia sudah berumuran tapi jangan ditanya tenaganya.
Daffin berjalan sambil menertawakan papanya sambil mengejek.
"Emang enak? Ngak dapat jatah? Makanya jangan asal ambil keputusan kalau sudah begini mau gimana lagi. Terus kakakku yang suaranya seperti tarzan harus cari dimana?" sahut Daffin duduk disebelah mamanya.
Rara hanya bisa menangis sambil memeluk putranya mengadu tentang hatinya merasa sesak harus kehilangan putri tercintanya.
"Mah, jangan menangis! Lihat kerutan di wajah mama makin banyak nanti. Sudah, cup, cup, nanti cantiknya hilang," goda Daffin.
"Fin, kakakmu kabur kamu masih bisa bercanda!" hardik Rara dengan memukul lengan Daffin dengan kesal yang tidak melihat situasi.
"Fin, jangan-jangan kamu kerjasama dengan kakakmu kan? Cepat katakan dia dimana?" Tegas Alex menyelidik pada anak bungsunya.
Daffin yang mendapat tatapan dari sang papa hanya menyembunyikan wajahnya dibawa ketiak Rara sambil merajuk.
"Mah, papa menyeramkan sekali kalau lagi marah," bisik Daffin. "Bilangi sama papa aku ngak tahu Allura dimana, kalian tahu sendiri kita ngak pernah akur," titah Daffin.
"Lihat anak-anak kamu yang selalu kamu manjakan jadi pembangkak semua!"
Pembangkak itu juga meniru sifatmu batin Rara yang hanya bisa mengumpat dihati ia tidak mau situasi semakin mencengkeram.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Eni Trisnawati Mmhe Winvan
👍👍👍
2021-11-02
0
Rahmawaty❣️
daffin trnyta sudh tau ya klo yg dijodohkn sma lura itu si sammy
2021-07-05
0
Zahra Kabil
klo dh bhas jatah dh deh tuh bkin lmes😂
2021-06-05
0