Hari ini adalah hari dimana ia akan di pertemukan dengan rekan sekaligus calon suaminya. Ia masih duduk termenung di sudut ranjang miliknya sambil membolak balik-balikkan benda pipih ditangannya.
"Lura ayo berpikir cepat, apa yang kamu perlukan untuk kabur?" decak Lura.
Saat ia memainkan ponselnya ia melihat aplikasi go pay miliknya ia teringat sesuatu. Ia segera mentransfer uang ke rekening pribadinya yang tidak di ketahui sang papa juga mama dalam jumlah yang lumayan besar bisa buat hidup selama enam bulan terakhir jika ia menghemat. Setelah itu ia meletakan kartu card berwarna gold di laci meja riasnya dengan sepenggal surat.
Tok ... Tok ...
"Lura, apa mama boleh masuk?" tutur Rara dari balik pintu.
"Tidak dikunci, masuk aja mah."
Rara segera duduk di sofa sebelah Allura yang pura-pura membaca komik.
"Lura, ini gaun kamu nanti. Bersiaplah acara akan di mulai pukul tujuh! Jangan mengecewakan mama dan papa!" ucap Rara dengan membelai lembut rambut putrinya yang kini telah tumbuh dewasa.
"Mah, apa tidak bisakan kalian menggagalkan perjodohan ini, Lura mohon, Mah. Lura ingin memilih pasangan Lura sendiri," rengek Allura yang tanpa sadari ia meneteskan air matanya.
Maafkan Mama, papamu sangat keras kepala. Mama sudah membujuknya tapi usaha mama gagal sayang batin Rara miris melihat putrinya menangis sesenggukan
"Jangan menangis! Nanti beauty kamu hilang sayang," goda Rara lalu mengusap bulir air mata yang membasahi ke pipi putrinya.
"Beautiful it's useless if love must be determined by you," umpat Lura beranjak berdiri menatap keluar ke arah jendela kamarnya.
Percuma aku memiliki hidup yang sempurna, memilik materi yang tidak pernah kekurangan, memiliki kecantikan tapi soal cinta kau telah menentukan erang Lura di dalam hatinya.
"Maafkan mama," lirih Rara pergi meninggalkan putrinya untuk bersiap.
Dua jam kemudian Lura telah bersiap dengan gaun cantik yang telah disiapkan oleh mamanya.
"Ih cantik banget elo, Lur," puji Daffin.
"Lur-lur, emang luluran. Ngapain elo kesini?" sinis Allura yang hatinya lagi bete.
"Sinis amat yang mau ketemu jodohnya," ledek Daffin. "Gue kasih saran kalau elo mau bahagia sono kabur, tapi ingat jangan lupa kasih gue kabar dimana elo kabur setidaknya gue bisa kasih elo jatah uang jajan," Daffin mengingatkan kakaknya.
Daffin memang lebih muda dari Allura tapi sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas ia sudah didik keras oleh Alex untuk bekerja karena laki-laki harus memiliki martabat yang tinggi. Saat ini Daffin telah diberi kepercayaan oleh Alex untuk mengurus salah satu perusahaan milik Atmaja.
"Makasih elo sudah baik sama gue, tapi ingat jika elo kasih tahu dimana keberadaan gue awas aja! Gue ngak bakal lagi anggap elo adik," hardik Allura.
Daffin hanya tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.
Kenapa itu bocah ketawa emang ada yang lucu pikir Allura.
"Elo ngak ngak gue adik ngak masalah, elo yang harusnya bangga punya adik kayak gue. Tanpa adik secerdas gue, elo bakal kelaparan jika kabur. Mana nomer rekening elo?"
"Buat apa?"
"Buat transfer uang jajan elo jika minggat," ketus Daffin.
Allura memberi ponselnya memberikan nomer digitnya. Sedangkan Daffin segera mengetik mengirimkan uang untuk sang kakak, ia juga memastikan nomer sang kakak tetap sama.
"Nomer elo ganti ya?!" Daffin bertanya saat nomer sang kakak tidak ada namanya di layar ponselnya.
"Elo apa-apa sich? Katanya mau transfer kenapa pakai cara telepon-telepon pakai ponselku! Ini pelanggaran, ini privasi orang tahu," tegas Lura merebut ponselnya kembali.
"Tenang gue ngak bakal kasih tahu mereka, gue cuma ingin kakakku yang cantik dan bawel ini kabur dengan keadaan aman. Sudah cepat keluar! Di tunggu sama nyokap juga bokap, semangat menentukan jalan hidupmu. Gue akan dukung elo," ucap Daffin mendorong Allura keluar kamarnya.
Di sepanjang perjalanan menuju hotel tempat dimana orangtuanya mengadakan pertemuan makam malam ia hanya bisa memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil mewah milik sang papa.
Rara melihat wajah gusar putrinya hanya bisa menatap miris, seandainya disitu adalah posisinya pasti ia juga akan merasa sedih tapi ia tidak bisa berbuat apa karena semua sudah terlanjur terjadi taruhannya adalah nama baik perusahaan juga keluarga Atmaja.
"Lura, ini adalah keputusan yang terbaik buat kamu. Calon kamu juga masih muda seumuran kamu, pasti kalian akan bahagia," tutur Rara berharap putrinya mau menerima jalan takdir cintanya.
"Apa benar akan begitu? Bagimana kalau aku tidak bahagia apa kalian akan bertanggungjawab?" tanya Allura menerka-nerka.
Rara hanya diam tanpa berani menjawab.
"Sudah turuti kata papa, kamu pasti akan bahagia. Papa mencarikan pasangan untukmu melihat bibit, bebet, bobotnya bukan sembarang saja. Apa kamu akan mengandalkan cinta, busit dengan cinta kita itu hidup butuh uang tanpa uang kita tidak akan bahagia jika cuma cinta," sinis Alex.
"Pah," bentak Rara kepada suaminya.
Sampai di hotel Rara, Alex berjalan sejajar sedangkan Allura berjalan dibelakangnya. Ia sengaja mengulur jalannya sedikit lambat agar bisa kabur dari tempat terkutuk menurutnya.
Setelah punggung orangtuanya tidak terlihat ia segera berjalan keluar hotel namun saat masih tiga langkah tangannya sudah dicekal oleh dua orang berbadan tegap bertato. Ya orang bertato bodyguard sang papa yang telah disiapkan untuk mengawasinya
"Nona mau kabur kemana anda? Jangan merepotkan kami!" ucap orang berambut botak tapi dengan wajah menyeramkan.
"Siapa juga yang mau kabur? Aku hanya ingin ke toilet, aku lagi kebelet buang air besar," elak Allura yang tidak kehabisan ide.
Dua bodyguard itu tersenyum menanggapi putri bosnya.
"Nona kamar mandinya ada di dalam, di luar kamar mandinya tidak higienis, sangat kotor pasti Nona Allura sangat benci dan jijik."
Ini bodyguard nyebelin amat kalau seperti ini bisa-bisa papa curiga lalu turun kebawah mencariku pikir Allura.
"Bapak kepala botak, Lura itu tidak pilih-pilih tempat. Sudah sekarang ini kotoran mau keluar, kalau kalian tetap mencegahku jangan salahkan aku buang air besar disini lalu bajuku kotor kalian bisa di pecat sama bokap. Kalian mau dipecat?!"
Dua bodyguard menggeleng secara bersamaan.
Ini orang gue kibulin nurut amat.
"Tunggu disini! Aku mau ke toilet bentar," perintah Lura.
Allura berpura-pura berjalan ke arah toilet, saat kedua bodyguardnya lega ia segera berlari kabur, ya ia berlari semakin jauh dengan cukup mudah karena ia sengaja mengenakan sepatu Suede lace up flat shoes bukan high heels.
Allura melihat bodyguardnya mengajarnya ia segera berlari menelusuri jalanan melintasi mobil-mobil yang berjejeran berpakir dengan rapi. Ia mencoba membuka setiap mobil yang ia lewati hingga dewi fortuna memihak padanya.
Allura segera masuk ke dalam mobil mewah yang entah siapa pemiliknya. Ia tidak memikirkan itu yang terpenting adalah ia selamat dari kejaran kedua orang suruhan papanya. Kini ia mulai mengatur nafasnya yang terengah-engah hampir saja ia kehabisan oksigen karena berlari cukup jauh.
Merasa sedikit aman, ia segera mengintip dari balik jendela kaca mobil menyapu pandangan sekitarnya untuk memastikan kembali. Melihat kedua orang yang mengejarnya sudah tidak ada ia ingin segera turun namum saat itu juga sang empu pemilik mobil masuk kedalam mobil melajukannya dengan kecepatan tinggi. Kini ia hanya bisa pasrah dengan menyembunyikan wajahnya agar tidak ketahuan tanpa ia sadari justru ia terlelap dalam tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
maura shi
bener kata papa,tanpa uang qt tidak akan bahagia tp jan lupa juga harus d imbangi dgn cinta biar g monoton uang2 mulu
2022-01-04
0
Heny Ekawati
itu si adik kokgk panggil kak sih
2021-09-06
0
Yati Harun
Menarik😍
2021-08-13
0