Allura
Allura kini tumbuh menjadi gadis dewasa yang sangat cantik, semua orang yang melihatnya pasti akan terpesona akan pesonanya. Ya, kini usianya telah memasuki 20 tahun ia kuliah semester empat di universitas ternama di kotanya.
Saat ia pulang dari kampus tanpa sengaja mendengar suara percakapan mama Rara dengan papanya yang membahas tentang perjodohan.
"Apa mereka mau menjodohkan aku, emang ini zaman Siti Nurbaya," decak Allura.
Ia berjalan mengedap-ngedap masuk ke dalam untuk menaiki tangga menuju lantai atas.
"Lura," teriak Alex yang melihat putrinya berjalan mengedap-ngedap bagaikan pencuri. "Sini sayang, ada yang ingin papa bicarakan!" perintah Alex.
Rara berjalan gontai lalu duduk disamping mamanya.
"Ada apa mam, pah?" tanya Rara pura-pura tidak mendengar ucapan mereka.
Alex mengambil nafas dalam lalu menghembuskan nafasnya untuk mengatur dirinya agar tidak emosi dalam menghadapi putrinya yang sangat keras kepala.
"Papa langsung ke intinya saja. Papa dan mama ingin menjodohkan kamu dengan rekan bisnis papa, kamu tidak boleh menolak ini demi kebaikan kamu."
Kebaikan ini namanya egois, papa hanya mementingkan bisnis papa tanpa memikirkan perasaanku. Harusnya kalian tanya bagaimana perasaanku batin Allura.
"Tapi pah, Allura masih kuliah. Umur Allura juga masih belum ada 21 tahun, aku masih ingin meraih mimpi. Lagi pula Allura sudah punya pacar," tolak Allura.
"Putuskan dia!" hardik Alex. "Besok adalah hari pertunangan kalian, semakin cepat kalian bertunangan itu akan lebih baik," ucap lantang Alex.
Rara mengusap tangan Alex agar tidak emosi karena bicara kasar pada Allura akan membuat putrinya terluka.
"Kalian jahat! Kalian egois!" teriak Allura berlari menaiki tangga.
Setelah kepergian putrinya, Rara mencoba membujuk suaminya agar menggagalkan niatnya agar tidak menjodohkan putrinya.
"Pah, apa ini akan membuat Lura bahagia? Aku takut jika perjodohan ini tanpa cinta akan membuat putri kita menderita."
"Tenanglah, kamu. Aku yakin rekan bisnisku ini adalah orang yang cocok untuk Lura. Pasti dia mampu membuat putri kamu bahagia. Kalaupun aku batalkan rencana ini ditaruh dimana martabat keluarga Atmaja? Sudah kamu bujuk putrimu agar mau menerima rencana ini," tegas Alex.
"Daffin!" ucap Alex melihat putranya pulang dari kampus.
"Siang, pah, mah," sapa Daffin mencium tangan punggung orangtuanya.
"Tumben wajah kalian tegang seperti ini, apa ada masalah di perusahaan. Sepertinya kemarin perusahan baik-baik saja," ketus Daffin.
"Papamu ini punya rencana buat kakakmu tapi ngak mau rundingkan dulu sama mama. Kakakmu menolak, padahal besok acaranya," dengus Rara curhat pada putranya.
Daffin menautkan alisnya tidak paham apa yang di ucapkan oleh mamanya.
"Bujuk kakakmu agar mau menerima perjodohan ini, dan jaga dia jangan sampai kabur!" perintah Alex.
Apa?! Dijodohkan, jelas saja Allura tidak mau seorang ratu kampus dengan sejuta pesona di jodohkan apa kata dunia? Dia saja sudah punya cowok yang lengket kayak perangko batin Daffin.
"Beneran kata papa, mah?"
Rara mengangguk.
"Kenapa pakai acara perjodohan segala sich? Apa kalian kira Allura tidak laku," decak Daffin yang berpihak pada kakaknya.
Alex mengacak-acak rambutnya frustasi entah mengapa tidak ada yang mendukung keputusan yang ia ambil.
"Papa ingin yang terbaik untuk Allura, apa salahnya jika papa memberi jodoh yang terbaik," tegas Alex.
"Tapi buka begini caranya," sela Rara.
****
Allura tiba di kamarnya membuang tasnya sembarangan lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.
"Kenapa hidupku sesial ini dalam urusan percintaan. Apa aku tidak berhak bahagia," cerocos Allura dengan memejamkan matanya.
Tok Tok
"Lura, gue boleh masuk engak?" teriak Daffin dari balik pintu.
Pasti itu anak juga memaksa aku.
"Masuk aja ngak dikunci!"
Daffin segera masuk, ia juga ikut berbaring di samping kakaknya.
"Ngapain elo ikut rebahan disini! Sana di kamarmu sendiri!" usir Lura. "Elo kebiasan habis olahraga ngak mandi, bau tahu," ejeknya lagi.
Daffin hanya menanggapi santai percakapan sang kakak, justru ia semakin menggodanya dengan mendekatkan ketiaknya pada hidung Allura yang membuat dia mendorong tubuhnya dengan kuat.
"Daffin!" teriak lantang Allura yang semakin menggema memenuhi ruang kamar, jika bangunan rumah Alex tidak kuat pasti akan roboh mendengar tiap hari teriak Allura yang seperti tarzan.
Daffin menutupi kedua telinganya dengan bantal di dekatnya berharap gendang telinganya tidak pecah.
"Elo kebiasaan, apa elo ngak bisa pelanin suara elo? Elo ini harusnya jadi wanita kalem, feminim, aneh feminim kalau di kampus doang. Rubah itu sikap elo, bentar lagi juga bakal punya suami," ejek Daffin.
"Whats?!"
Apa aku sebentar lagi punya suami? Aku tidak bisa lagi bersenang-senang. Oh, tidak aku harus berpikir sesuatu. Ayo Allura otakmu cepat berpikir jangan diam saja.
"Jangan pura-pura begitu! Elo pasti juga sudah tahu kalau elo akan di jodohkan. Apa elo sudah tahu siapa calon yang akan jadi suamimu?" Daffin bertanya menyelidik.
"Mana gue tahu, itu bokap aja baru kasih tahu tadi. Bokap elo itu resek amat, emang ini jaman Siti Nurbayah apa? Elo ada ide ngak?"
"Ide, ada. Jangan bilang kalau elo mau kabur!"
Kabur ide bagus ini, gue harus memperjuangkan hidupku untuk bahagia dengan bersama orang tersayang pikir licik Allura tapi bagaimana dengan biaya hidupku nanti. Masalah itu gampang tinggal numpang makan sama Sammy apa susahnya pasti dia mau diakan sayang sama gue.
Daffin menyentil kening Allura yang sibuk dengan pemikirannya dengan senyum tidak jelas seperti orang kehabisan obat sakit jiwa.
"Auw, sakit tahu," Allura merancau sambil menggusap jidatnya.
"Elo mau kabur ya? Kalau kabur kasih tahu gue, biar gue tahu pasti keadaan elo."
"Dimana-mana kabur itu pergi tanpa kabar. Kalau kabur memberi tahu elo ya sama aja bohong, rugi gue. Pasti elo akan ngadu sama bokap," cerocos Allura dengan duduk di atas ranjang bersimpu.
Daffin menggusap punggung kakaknya, walaupun mereka sering debat dan beda pendapat serta jalan pikirannya. Daffin sangat menyayangi kakaknya, ia sangat peduli dengan apapun yang terjadi pada Allura.
"Lura, gue ngak mau kamu pergi tanpa kabar. Gue ngak ingin elo menderita di luaran sana saat pergi dari rumah. Nanti gue makan enak, tidur nyenyak, pakai fasilitas lengkap tapi el-- elo berjuang hidup sendiri di luaran sana. Itu tidak adil, kita besar bersama-sama Lura," lirih Daffin dengan wajah masamnya.
"Elo itu cowok jangan lebay dech, gue ini bukan anak kecil. Gue bisa kerja part time nanti."
"Elo beneran akan kabur, gue ikut elo ya," rengek Daffin yang emang ngak bisa pisah dari Allura.
Allura memukul dengan kencang lengan adiknya.
"Elo ikut kabur, itu bakal membuat gue tambah repot. Gue ngak jadi kabur, gue mau tidur. Sana cepat tidur!" usir Allura.
bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
bundanya Fa
gusmandora ganti nama ya.... bener2 penulisnya nama aslinya ini?
2024-09-24
0
Syarwan Hermawan Sarwan
0
😍😍
2022-11-24
0
Ana Yuliana Malewa
mampir 🥰 aku langsung faforit loh
2022-06-14
0