Seperti malam-malam sebelumnya, Sania akan menunggu Sean sampai tertidur. Anak kecil itu sudah menderita insomnia sejak kecil, bukan dalam arti sebenarnya. Sean hanya tidak biasa tidur saat malam tiba. Ia akan tidur saat malam begitu larut.
"sepertinya mulai besok mba tidak bisa lagi merawat kamu" Sania teringat ucapan majikannya tadi siang, "padahal mba udah sayang banget sama kamu"
Sean mengerjapkan mata, mulai mengantuk. Ia menganggap Sania sedang cerita membuatnya semakin mengantuk.
"duh, dikira aku cerita kali ya? Malah tidur lagi. Hihi tapi den Sean tampan sekali, dari kecil saja hidungnya sudah mancung beda dengan aku yang pesek dari kecil hihihi"
Sania menaruh Sean dengan hati-hati dan memastikan keselamatan Sean saat tidur, "selamat malam den Sean" Ucap Sania seraya menutup pintu kamar
"hai"
Sania dikejutkan dengan Seno dengan pakaian acak-acakan dibelakang tubuhnya, "ih tuan bau alkohol"
"hehe saya cape hehe" lirih Seno diselingi dengan tawa kecil, "kenapa semua orang meninggalkan saya" Racau Seno
"tuan?" Sania menarik paksa Sean menuju ruang tamu, "kenapa disaat seperti ini semua orang malah lagi pergi"
Tadi sore, Ajeng meminta ijin seminggu untuk merawat anaknya yang sedang sakit. Karin dan Alex segera pergi setelah pertengkaran Karin dengan Seno tadi pagi. Ranty --pacar Seno-- sudah dua hari tidak pulang kerumah Seno.
Dengan sangat terpaksa Sania membuka kemeja Seno yang sudah basah oleh keringat, "maaf ya tuan, aku buka dikit aja"
Sania tersentak, Seno meraih tangan dan menarik tubuh Sania, "tuan sadar aku Sania pengasuh den Sean bukan nyonya Karin ataupun pacar tuan"
"kamu cantik sekali" Racau Seno, "apa selanjutnya kamu yang akan meninggalkan saya? Apa saya akan kembali sendiri lagi"
Sania menatap heran. Dengan pelan, ia sedikit menjauh dari Seno. Sania mendatangi dapur dan membawakan baskom berisikan air hangat dan kain.
"Sania akan meninggalkan tuan, toh aku udah dipecat oleh nyonya Karin"
Sania meremas kain. Hangatnya kain, ia basuh pada tubuh Seno. Seno sedikit menggeliat tidak nyaman. Matanya terbuka sedikit, lalu mendengus kesal.
"maaf, saya merepotkan"
Sepertinya tuan Seno sudah sedikit sadar. Eh, atau tidak?, Sania menarik ucapan saat Seno kembali meringkuk dengan tawa kecil.
"Sania? Kenapa rasanya tetap sakit padahal sudah bertahun-tahun berlalu"
"Sania tidak tahu" jawab Sania dengan enggan, ia masih direpotkan dengan tubuh Sneo yang tak kunjung diam membuatnya sedikit sulit untuk di asuh dengan air hangat
"kenapa Karin sangat enteng saat saya mengucap kata cerai. Sejak dulu, saya mencintai dia tapi Karin tidak kunjung mencintai saya. Saya sudah beri dia kebebasan dengan membawa pacarnya untuk tinggal dirumah saya walaupun harus merasakan sakit hati setiap harinya. Saya rela hahha iya saya rela"
"ih tuan bucin banget sama nyonya" Ucap Sania mengikuti kata gaul yang baru dilihatnya di televisi beberapa hari lalu, "pacar Sania saja tidak sebegitu nya. Ia rela meninggalkan Sania demi pekerjaannya" cerita Sania walaupun tahu Seno tidak akan mendengarkan nya
"Saya dulu yang cerita baru kamu" Seno berbalik, wajahnya masih memerah.
"Ih tuan egois! Sania juga mau cerita---
" tidak-tidak saya dulu" Seno menunjuk-nunjuk Snaia yang sudah memasang wajah kesal, lalu ia tertawa, "kamu lucu banget sih"
"apaan sih tuan! Sepertinya tuan sudah tidak mabok lagi. Sudah ah saya pergi dulu mau siap-siap"
Seno memegang lengan Sania, "jangan pergi dulu, saya belum selesai cerita"
Melihat raut wajah melas Seno, Sania menjadi prihatin dan duduk disamping Seno.
"kamu tahu tidak saya cinta banget sama Karin?"
"tahu dong, kalau tidak cinta gak mungkin tuan sama nyonya nikah dan sampai jadi anak satu"
"tapi kenapa Karin tidak mencintai saya?"
"lah mana Sania tahu! Kalian yang nikah" sewot Sania. Biarlah ia berlaku tidak sopan, toh dirinya sudah dipecat oleh majikannya.
Omong-omong, pemecatan. Apa besok Sania tetap mendapat gajinya? Bagaimana jikga tidak? Terus nanti Sania tinggal dimana? Setelah itu, ia harus mencari kerja dimana lagi. Masih banyak yang belum difikirkan oleh Sania.
Arkhhh, Sania jadi pusing, "tuan saya gak bisa dengar celotehan tuan. Sania harus siap-siap dari sekarang"
"temani saya sebentar, nanti saya gaji kamu"
Sania duduk tegap disamping Seno, "asal ada uang, Sania siap melakukan apapun" ucapnya disertai senyuman, "kecuali untuk melakukan hal yang buruk sih"
"cukup dengarkan saya, kamu tahu saya berusaha melupakan Karin dengan mengencani Ranty?" Farel mengerjap kan mata dan tersenyum kecil
Biarlah Sania berbicara dengan orang mabok. Tapi yang perempuan itu tahu, orang mabok akan selalu mengeluarkan semua unek-uneknya dan berkata jujur. Sania cukup mendengar dan mendapat gaji, tidak sulit bukan?
Sania terus menyimak, tanpa berniat menyela sama sekali.
"tetapi disaat saya sudah mulai membuka hati untuk Ranty, perempuan itu dengan asyiknya selingkuh dibelakang saya. Disaat saya sakit hati, saya mengetahui istri saya Karin sangat senang saat saya menceraikan dia. Apa saya tidak pantas untuk dicintai? Ditambah dengan masalah almarhum orang tua saya yang selalu memaksa saya dalam hal ini itu tanpa memahami perasaan saya. Saya tidak pernah merasa dicintai"
"tuan pantas ko, tuan pantas untuk dicintai orang lain. Oh iya, den Sean pasti sangat mencintai tuan"
"Saya merasa bersalah pada anak itu, saya tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua membuat saya tidak mengetahui cara yang tepat untuk mengurusnya"
Sania refleks menepuk pelan punggung Seno, yang mulai menangis.
"tuan tidak boleh sedih. Klau tuan sedih kasihan den Sean---
Huekk.......
" tuan!!!!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Rawrrr!!
Ralat *Seno
2022-03-01
0
nichic
istrinya yg jd sumber masalah rupanya
2021-09-25
0
putriii
banyak typo jdi harus bener" pahmin ceritanya
2021-09-01
0