Sudah satu tahun Sania bekerja sebagai pengasuh dirumah tuan Seno. Sudah satu tahun pula Sania melihat perkembangan pertumbuhan Sean tanpa dampingan kedua orang tuanya. Miris sebenarnya.
Tetapi, setidaknya sang tuan Rumah Seno masih lebih baik dalam menghampiri anaknya. Walaupun Sania harus mendapat godaan saat didekat tuannya itu.
Berbeda dengan sang nyonya, AKA ibu kandung Sean. Perempuan itu sama sekali tidak pernah mendatangi anaknya kecuali disuruh dengan Seno. Ketiadaan Karin membuat Sean tidak mengetahui bahwa ibu kandungnya adalah Karin. Hal itu dapat dilihat, Sean yang selalu memberontak saat Karin menggendong nya.
Ya, Sania tidak heran lagi.
"bu, den Sean manggil-manggil nama ibu didalam tidurnya" Karin berdecak kesal seraya membanting roti yang sedang dimakannya
"merepotkan sekali anak itu"
"sudahlah, kamu temui saja" pinta Alex, ia mengecup kening Karin, "kamu urus saja anak kamu. Aku mau berangkat kerja dulu"
"tidak, kita sudah memiliki janji untuk berjalan-jalan berdua. Aku tidak mau merusak rencana kita hanya karena anak si**lan itu"
Dalam diam, Sania menatap tajam Karin. Ibu seperti apa yang mengatakan anaknya sendiri sebagai anak si**alan. Astagfirullah.
"mau kamu mengelak pun, Sean tetap anak kandung kamu. Kalau dia tidak ada kita tidak mungkin mendapat warisan dari kedua orang tua Seno" Karin terdiam, "bukankah tidak sulit mendiamkan anak kecil. Kamu hanya perlu menggendong dan menenangkannya"
"tapi, anak kecil itu sangat merepotkan"
Tidak usah punya anak, jika masih mengatakan anak kecil itu merepotkan. Lagi-lagi Sania mendengus dalam hati, ingin secepatnya pergi dari hadapan majikannya itu.
"merepotkan pun Sean tetap anak kamu. Aku janji kita akan tetap melanjutkan rencana kita setelah kamu mengurus Sean" Alex mengecup bibir ranum Karin, "aku pergi dulu"
"iya sayang, nanti aku nyusul setelah anak itu tenang"
Kepergian Alex Sania segera memposisikan diri untuk mengikuti Karin memasuki kamar Sean. Karin mengambil alih Sean ke gendongannya.
"bu... Buuuu" pekik Sean
"kenapa pakai nangis segala sih. Ibu kan jadi gak bisa jalan-jalan sama pacar ibu" Karin menimang dengan ogah-ogahan
Sean semakin histeris. Tubuhnya ia taruh diceruk leher Karin. Sontak saja Karin menjatuhkan Sean, "lendir (cairan hidung) kamu menempel dileher ibu"
"nyonya!!!" Sania menjatuhkan tubuh demi menangkap Sean, "jangan kasar dengan anak kecil!" Sania tidak peduli akan dipecat setelah ini. Ia membenci orang yang tidak akan segan-segan menyakiti anak kecil.
Sean terus memberotak, "mi... mi..." Sania tidak paham, ia hanya terus menatap tajam Karin
"sudah berani ya kamu. Hari ini juga, kamu dipecat sebagai pengasuh Sean. Pengasuh saja udah sangat belagu" Karin menarik paksa Sean
"ndak... ndak.... ndakkk" Sean memberontak. Wajahnya sudah memerah Karena kebanyakan menangis.
"baik bu, saya terima jika ibu memecat saya. Tapi sebelum itu ijinkan saya untuk menenangkan den Sean terlebih dahulu"
"tidak-tidak" jawab Karin, "DIAM!! Ibu bilang berhenti menangis"
"ADA APA INI!" Seno masuk dengan muka garang, "dan kamu kenapa tidak menenangkan anak saya"
"tuan tanya sendiri saja dengan nyonya" ketus Sania lalu membawa pergi Sean dari pertengkaran majikannya
"kamu kenapa sih!! Aku udah bilang jangan bikin anakku menangis lagi"
"mereka juga anakku. Lagian salah Sean yang tidak berhenti menangis, jadi aku tidak bisa pergi jalan-jalan dengan Alex"
"menangis? Jalan-jalan? Ya ampun Karin. Aku sudah bilang kamu boleh memiliki pacar, tetapi Sean tetap menjadi prioritas utama kamu"
"prioritas... Prioritas.... Prioritas terus.. Memang dari awal seharusnya aku tidak memiliki anak. Benarkan, bahkan sekarang memiliki waktu berduaan dengan Alex saja sangat susah"
"jadi kamu menyesal memiliki Sean?"
"sangat menyesal. Bahkan sekarang aku menyesal karena telah menikahimu"
Seno tersenyum lirih, "kalau kau menyesal karena telah menikahiku, hidupmu tidak mungkin senyaman sekarang"
"nyatanya aku bisa hidup berdua dengan Alex"
"bisa hidup berdua dengan Alex? Tetapi kamu dan laki-laki itu lebih memilih tinggal dirumahku dan menikmati semua fasilitas yang aku berikan"
"itu karena kamu yang memintanya. Kamu sendiri kan yang meminta aku membawa pacarku kerumahmu saja agar tetap bisa menjaga Sean"
"kenyataannya, kamu tidak menjaga Sean dengan baik. Kamu sibuk pacaran tanpa mau melihat perkembangan Sean"
"kamu juga pacaran! Jangan terus memojokkan aku, kamu sendiri yang setuju"
"setidaknya aku menyempatkan waktu untuk melihat perkembangan Sean. Ranty, pacarku pun paham jika sudah menyangkut tentang Sean. Tapi kamu! Apa kamu pernah meluangkan waktu sedikit saja untuk menemani Sean. Sean masih kecil! Dia masih butuh bimbingan seorang ibu"
"pengasuh Sean ada kan? Tidak perlu ribet. Sudah, aku pusing ribut terus sama kamu"
"aku juga cape! Sudahlah kalau kau selalu egois seperti ini lebih baik kita cerai saja"
"gak bisa gitu dong mas, Terus warisan yang diberikan orang tua kamu bagaimana? Aku gak mau loh kalau gak kebagian"
"warisan terus yang kamu pikirkan. Pernikahan kita tidak pernah kau urusi"
"sejak awal aku tidak menerima pernikahan ini. Aku menerima hanya karena paksaan kamu dan iming-iming harta yang akan kamu berikan"
Seno berdecih, "sudah cukup, aku akan urusi perceraian kita. Aku yang akan bawa Sean dan untuk urusan harta kamu tidak usah khawatir aku akan urus sesuai yang kamu pinta"
"bagus kalau seperti itu, dengan senang hati aku akan pergi dari kehidupanmu"
"satu kata untuk kamu, EGOIS!" Seno berlalu pergi dan membanting pintu kamar Sean meninggalkan Karin yang terpaku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Yuliantin Ant
yg jadi korban anakny,, kasihan Sean 😢
2021-11-24
1
Debora Mahardika
dasar mamak gila
2021-08-11
1
zaffarahmah74
ya Allah.... kasian banget anaknya.... ku z ga tega ninggalin anak sendirian.... dan ga rela juga nitipin anak ke orang lain ini dah di kasih anugrah anak malah digituin...
2021-07-31
0