Sania menyuapkan pisang yang sudah dihancurkan pada Sean. Pagi-pagi, ia dibangun kan oleh Seno karena Sean tak kunjung berhenti menangis.
Karin, selaku ibu kandung Sean ataupun. Seno, selaku ayah kandung Sean tidak berhasil menghentikan tangisan Sean. Sean baru berhenti menangis saat berada dalam gendongan Sania.
Bener-bener membingungkan. Orang tua yang sepatutnya dekat dengan anak terganti kan perannya hanya dengan seorang pengasuh.
"wah kamu sudah cocok jadi istri saya" Ucap Seno kala itu
Sania berdecih, ia menganggap perkataan Seno sebagai angin lalu. Sudah punya istri dan pacar, masih saja menggoda pengasuh anaknya.
"aaaa" Sean membuka mulutnya mengikuti Sania.
Untuk seukuran anak berusia lima bulan, Sean merupakan tipe anak yang pandai dan tidak menyulitkan. Walaupun belum bisa berbicara, ia seperti mengetahui setiap kata yang diucapkan Sania. Tentu saja, hal itu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Sania. Mendapat anak asuh yang tidak rewel.
"Anak ibu sudah wangi yaaa. Maaf ya hari ini ibu tidak bisa menemani kamu bermain" celoteh Karin didepan Sean
Sean mengerjapkan mata, bingung. Ia memainkan pisang halus didalam mulutnya dan disemburkan kepada Karin.
"Anak sia**lan" Karin mengusap kasar wajahnya, "ibu sudah dandan lama-lama!" bentak Karin
Sean menangis, tangannya menggapai-gapai Sania yang terdiam.
"sudah jangan tangis terus, pengang kuping saya! kamu memang jadi anak yang sangat menyusahkan!" Karin mencengkeram wajah Sean
"nyonya, maaf saya lancang. Tidak sebaiknya nyonya berperilaku kasar kepada anak sendiri. Terlebih lagi, den Sean masih sangat kecil" Sania menggendong Sean dan menenangkannya
"terserah! Sudah kau urus anak si***lan itu. Saya tidak mau tertimpa sial jika terus berada didekatnya"
Astagfirullah, anak telah menjadi titipan Allah. Seharusnya nyonya bersyukur karena masih banyak orang yang ingin memiliki anak, tetapi belum dikasih oleh Allah. Kata tersebut hanya tertahan didalam hati Sania, jika diucapkan bisa-bisa Sania kehilangan pekerjaannya
"duh den Sean jangan nangis terus dong" Sania mengusap air mata Sean yang terus turun, "pipinya sakit yah"
Seakan mengerti Sean mengangguk.
"Anak ayah kenapa nangis" Sean mengulurkan tangan pada Seno yang datang. Sania kira, Sean lebih dekat kepada Seno ketimbang ibu kandungnya sendiri
"kamu apakan anak saya!" Seno mengerang frustasi
Sania gelagapan, "bukan salah saya tuan" elaknya
"terus saya harus salahkan siapa? Pacar saya? Sudah jelas-jelas diruangan ini hanya ada kamu dan anak saya. Mau saya pecat?"
"tapi memang kenyataannya bukan saya! Tadi nyonya Karin datang, dan den Sean tidak sengaja menyemburkan makanan dalam mulutnya kepada nyonya Karin. Nyonya Karin marah-marah dan menyebabkan den Sean seperti saat ini" tunjuk Sania pada Sean yang masih sesenggukan
"apa! Dasar wanita kurang ajar. Masih berani dia menyakiti anak saya" Seno pergi dengan amarah setelah memberikan Sean pada Sania
Sania ada salah bicara ya? Sania mengendikkan bahu.
Sania membawa Sean kekamarnya. Ia membersihkan wajah Sean yang masih belepotan dengan pisang tercampur air mata.
Kain basah menjadi incaran Sean. Ia meremas-remas kain itu, dan tertawa saat melihat air yang memuncrat padanya. Kejadiannya terus diulang oleh Sean, lagi-lagi Sean tertawa. Sania menggeleng,
"bahagianya anak kecil cuma hanya karena hal remeh seperti ini ya. Makin dewasa, makin sulit aku untuk menemui kebahagiaanku sendiri" lirih Sania
"sudah-sudah, jangan main air nanti kamar kamu jadi becek kemana-mana" Ucap Sania
Sean menatap Sania bingung, dan kembali memainkan kain basah. Kali ini lengan kecilnya ia kibaskan kewajah Sania.
"hahahah, sudah nanti ayah kamu marah sama mba" Sania mengangkat Sean dan menggantikan baju lalu menaruh tubuh gempal Sean diatas kasur
Seno merengek tidak terima. Tangisannya kembali pecah jika saja Sania tidak mengalihkan pandangan. Sania memegang mainan mobil dihadapan Sean. Tampaknya Sean tidak perduli, kini ia sedang berusaha berbalik diatas kasur.
Tubuh gempalnya menyulitkan Sean. Terkadang ia cemberut jika kembali gagal berbalik.
"yeayyy den Sean berhasil. Akhirnya kamu bisa tengkurep juga" Sania mengangkat-angkat Sean ke udara
"eh awas anak saya jatuh" entah datang darimana, Seno tiba-tiba datang dan membawa Sean kepelukan nya
"maaf tuan, saya hanya senang karena den Sean sudah bisa tengkurep" Sania mengambil Sean dari gendongan Seno dan menaruh anak majikannya diatas kasur, "tuan lihat deh, den Sean lucu banget ya" Sania menepuk punggung Seno, tanpa sadar.
Seno mengernyit. Ia merangkul erat Sania, "kalau mau pegang saya jangan pura-pura pukul gitu. Saya tahu, pesona seorang Seno akan selalu memikat seorang perempuan"
"eh? Maksudnya? Sebelumnya maaf saya memukul pelan tuan, Sania cuma refleks" bela Sania, "lagi pula mana mungkin Sania terpikat dengan pesona laki-laki yang sudah memiliki istri dan pacar, ckckkck"
"apa maksudmu!!!"
"tidak tuan, tuan hanya salah dengar" ujar Sania seraya membawa Sean pergi dari hadapan Seno
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Arniawaty Arman
suka dengan karakter Sania, apa adax.. gak kuper, ceplas ceplos.
2022-01-24
0
Su Sin
aing gelek ka seno
2021-11-15
0
nichic
itu Sania kalo ngomong asal nyablak jg y😆
2021-09-25
0