Malam harinya.
Asmira menghubungi kakaknya, Rose. Setelah saling bertukar kabar dan bincang-bincang sebentar, Asmira langsung ke inti pembicaraan.
Awalnya, ada rasa ragu di hati Asmira, ia takut jika apa yang ia obrolkan nanti bisa membuat mood Rose memburuk. Namun setelah memberanikan diri Asmira mulai bercerita tentang apa yang Kelvin utarakan tadi siang.
“Kalau menurut Mbak gimana?”tanya Asmira setelah selesai bicara.
“Terserah Kelvin, aku udah gak mau tau lagi soal mama Fenita.”
Asmira lega setelah mendengar jawaban Rose, ternyata sudah tak ada lagi dendam dihatinya.
Rose dan suaminya tinggal dirumah lama milik Sukma. Ryu sangat betah disana, suasana pedesaan asri yang membuatnya memilih untuk menetap di Indonesia dan tinggal disana. Brandon sudah hampir menyelesaikan sekolah dasarnya ia sekarang berusia 11 tahun.
*
Setelah melakukan pertemuan dengan klien, Kelvin menemui pengacaranya untuk mengurus semua urusan Fenita. Kemarin malam ia menerima pesan dari Darwin yang mengatakan Rose telah menyetujui jika Fenita boleh dibebaskan.
Kelvin masih enggan menghubungi Bastian untuk memberitahukan semuanya, ia biarkan kemarahan sang adik reda dengan sendirinya.
Saat jalan pulang, asisten Kelvin mengajaknya pulang lewat jalan Mentari, jalan tersebut melewati makamnya Ritha.
Kelvin kembali teringat dengan Ritha, setiap kali ia mengenang wanita itu, rasa bersalahnya kembali memuncak. Kelvin menepikan mobilnya ia menyuruh asistennya menunggu sejenak ia ingin ziarah makam mantan istrinya.
“Aku merindukan kalian berdua,” lirih Kelvin. Air mata jatuh perlahan di pipinya.
Tiba dirumah, Kelvin disambut Adel dan Nindy yang menunggunya di teras. Sebuah senyum terukir indah di bibir Kelvin, ia melangkah masuk dan sebuah ciuman mendarat di kening Nindy dengan mesra. Kelvin menggendong Adel dan mereka masuk kedalam rumah.
***
Asmira menunggu Darwin, sementara Evano asik menonton film kartun sendirian. Jam sudah menunjukkan pukul 17:20, biasanya jam segitu Darwin sudah tiba di rumah.
Handphone Asmira berdering ternyata Darwin. Darwin mengatakan agar Asmira tidak perlu menunggunya, karena hari ini ia ada lembur.
Sementara Darwin setelah menghubungi Asmira ia segera berangkat dengan Tiwi menemui klien yang menunggunya di sebuah restoran.
Dalam perjalanan Tiwi mencoba membuka obrolan agar tidak terlalu kaku dan hening. “Klien kita nanti, seangkatan dengan Pak Darwin dulu di SMA, loh.”
Darwin melirik sekilas wajah Tiwi dan kembali memperhatikan jalan. “Temen aku, siapa?”
“Yunita, Pak.”
Darwin berpikir keras, ia mencoba mengingat nama Yunita tersebut, tapi otaknya benar-benar tidak bisa mengingat nama tersebut bahkan sedikitpun tentangnya tidak teringat di ingatan Darwin.
Sesaat kemudian mereka tiba di sebuah restoran. Darwin melangkah masuk diikuti Tiwi dibelakang dengan berkas-berkas di tangannya.
Darwin bersalaman dengan wanita yang bernama Yunita itu, setelah bertemu pun Darwin sama sekali belum mengingat wanita di hadapannya kini.
Mereka memulai meeting dengan tertib dan lancar. Setelah selesai membahas tentang proyek yang akan mereka kerjakan bersama, Pratiwi mohon izin ke toilet sebentar.
Darwin membaca surat kontrak kerjasama dengan Yunita, sementara Yuni tidak membuang pandangannya dari wajah Darwin sedetikpun.
“Kamu apa kabar, Win?” tanya Yuni.
“Gimana Bu Yunita?” jawab Darwin dengan balik bertanya.
• “Panggil Yuni aja,” pinta Yunita tersenyum ramah.
“Ya Mbak Yuni, tadi Anda tanya apa?”
Belum sempat Yunita menjawab, Pratiwi telah kembali dari toilet. Yunita mengurungkan niatnya untuk melanjutkan kembali pertanyaan terhadap Darwin.
Jangan lupa like dan komentar ya?
baca juga novelku yang lainnya, cek di profil jangan lupa ikuti juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
tiya aditya
.roman" ny bkl ada pelakor lagi nih,,,😏😏
2020-04-26
2
Lily
Ada pelakor yg mank sudah biasa. d dunia nyata juga ada.
Tetapi thor pelakor dan pebinornya jangan terlalu sadis bikin dramanya
2020-03-05
0
Anas Malik
ok sip. bumbu rumah tangga aja biasa
2020-03-02
0