Hari libur tiba, pak Samsul datang menjemput Evano dengan perintah Marco sang majikan. Ketika Samsul tiba mereka sedang sarapan pagi, dengan sedikit pemaksaan dari empunya rumah Samsul harus ikut makan di sana walau dengan rasa canggung.
Setelah makan dan Evano sudah siap, mereka segera berangkat Evano sangat senang bisa seharian full jalan-jalan.
“Jangan nakal ya, Nak? Jangan buat Nany dan Grandpa kesal!” teriak Asmira ketika mobil yang membawa Evano keluar dari gerbang rumah. Evano mengangguk dan melambaikan tangan pada Asmira.
Asmira segera bersiap-siap. Darwin ingin berkunjung ke rumah Kelvin, sekalian juga Asmira ingin menjenguk Nindy yang baru melahirkan.
Setelah mengikuti program hamil dengan usaha yang tidak pernah putus, berkat kesabaran keduanya kini mereka sudah memiliki seorang putri cantik yang mereka beri nama Adelia.
Mereka tiba di sana disambut oleh Santi, Santi semakin cantik dan anggun perangainya yang lemah lembut dari dulu tidak pernah hilang.
“Apa kabar, Santi?”
“Aku baik, Mbak apa kabar?”
“Sehat, kapan-kapan ke rumah dong.”
“Sip deh pokoknya,” sahut Santi dengan mengacungkan jempolnya.
Darwin berbincang-bincang dengan Kelvin di ruang tamu, sementara Asmira dan Santi segera masuk menemui Nindy yang lagi mengganti popok Adelia.
Nindy senang sekali mengetahui siapa yang datang, ia tampak kerepotan dengan Adel yang terus menangis. Dengan sigap Asmira segera mengambil alih.
“Enggak usah Mira.” tolak Nindy merasa tidak enak.
Tanpa menghiraukan Nindy yang merasa tidak enakkan Asmira terus mengganti popok Adel sampai selesai.
“Thank ya, Mira?”
Sementara di ruang tamu Darwin sedang bicara serius dengan Kelvin. Bukan urusan kantor maupun tentang lainnya yang menyangkut tentang pekerjaan. Tapi mengenai Fenita yang setiap kali Kelvin jenguk selalu menyuruhnya mempercepat proses tahanannya.
“Aku bingung, Win.”
“Bebaskan saja. Apa lagi yang kau pertimbangkan sekarang?"
“Entah lah!”
Kelvin tidak mengutarakan keraguannya pada Darwin. Kelvin selalu merasa bahwa Fenita belum berubah, jika nanti terjadi sesuatu setelah ia bebas dari penjara siapa yang akan tanggung jawab? Begitu pikir Kelvin.
Asmira turun, ia mengendong Adelia, Nindy dan Santi mengikutinya di belakang. Darwin tersenyum melihat Asmira menggendong Adel.
“Kayaknya udah siap punya baby lagi, nih?” goda Kelvin.
“Sepertinya harus sih,” Darwin ikut menggodanya.
“Ya Mira, lagian Evano udah sekolah.” Nindy ikut berkomentar.
Asmira hanya senyum-senyum sendiri, sebenarnya ia pun ingin hamil lagi.
Tiba-tiba Adelia menangis cukup kencang karena haus. Nindy segera masuk ke kamar untuk menyusui Adelia.
Santi mengajak Asmira masak. Santi bercerita tentang masalah pribadinya pada Asmira, ia sedang dekat dengan seseorang namun Santi belum berniat untuk memikirkan ke jenjang yang lebih serius.
“Loh, kenapa?” tanya Asmira.
“Entah lah Mbak.”
Asmira tidak menanyakan lebih lanjut, tentu ada hal yang membuat Santi tidak cerita. Asmira berpesan pada Santi jika ia butuh sesuatu yang tidak bisa ia ceritakan pada Nindy, Asmira siap mendengarkan kapan saja.
“Thank you Mbak.” Santi peluk Asmira sebentar.
Setelah seharian Darwin menemani Asmira di rumah Kelvin, mereka berpamitan sekalian menjemput Evano di rumah Marco.
“Kapan-kapan datang ke rumahku, ya?”
“Iya deh,” sahut Nindy tersenyum.
Darwin segera memutar arah menuju rumah orang tuanya yang terletak sedikit jauh dari rumah Kelvin. Dalam perjalanan Darwin menceritakan apa yang Kelvin katakan tadi mengenai Fenita, Asmira terdiam.
“Apa sebaiknya kita kasih tahu Mbak Rose?” tanya Darwin.
Asmira mengangguk, karena semua keputusan ada pada Rose. Asmira tidak berani mengatakan apa pun yang nantinya akan membuat Rose kecewa padanya.
Jangan lupa like ya dan komentarnya ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Nunik Warsiah
banyak banget nama pemeranx... jadi bingung
2021-01-06
0
Lily
mudah2an authornya mng up sampai beberpa Part ya...
2020-02-23
0
Ila Lain
lanjuuuutt donk....
2020-02-23
0